Anak Muslim

Mengamalkan Sifat Tawadhu dalam Hidup Bermasyarakat

Lentera Ramadhan
Ilmu dan iman harus menjadi lentera dalam menyambut Ramadhan.
19 April 2021 11:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak Muslim Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak Muslim Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Rasulullah SAW menjalani kehidupan bermasyarakat dengan mengedepankan sifat rendah hati atau tawadhu.
ADVERTISEMENT
Dalam berinteraksi sosial, sebagian dari kita pernah merasa sombong dan angkuh kepada sesama. Hal itu biasanya dilakukan ketika kita merasa lebih atas pencapaian dalam hidup. Padahal Allah SAWT memandang hambanya sama tanpa membeda-bedakan, kecuali dari amal kebaikannya.
Sifat tawadhu yang diberi contoh oleh Rasulullah dapat mulai kita amalkan di bulan Ramadhan ini lewat cara-cara berikut.
Lemah lembut kepada orang lain
Rasulullah mengajarkan kita untuk menjadi hamba yang tawadhu adalah dengan bertutur kata lembut dan baik. Hal ini menghindari kita dari kerasnya hati.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
Arti dari ayat di atas adalah
: “Maka berkat rahmat Allah, engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu” (QS Ali Imran: 159).
ADVERTISEMENT
Tidak membanggakan diri dan sombong
Tuntutan pokok ajaran Islam adalah dengan tidak menyombongkan diri di hadapan orang lain. Kita diajarkan untuk tidak berjalan di bumi ini dengan angkuh karena Allah SWT tidak menyukai orang yang sombong.
Dikutip dari situs NU Online, Syekh Nawawi al-Bantani dalam karyanya Nashaih al-Ibad (nasihat-nasihat kepada para hamba) menjelaskan dengan menukil ungkapan Syekh Abdul Qadir al-Jilani radliyallahu ‘anh sebagaimana berikut:
إذا لقيت أحدا من الناس رأيت الفضل له عليك وتقول عسى أن يكون عند الله خيرا مني وأرفع درجة،
“Jika kamu bertemu salah seorang, maka pandanglah bahwa dia memiliki keutamaan dibandingkan dirimu, dan (tanamkan dalam hatimu) katakan bahwa bisa jadi menurut Allah dia lebih baik dan lebih tinggi derajatnya dibandingkan diri sendiri.”
ADVERTISEMENT
فإن كان صغيرا قلت هذا لم يعص الله وأنا قد عصيت فلا شك أنه خير مني،
“Jika melihat orang yang lebih muda, maka katakan bahwa dia tidak (belum) melakukan dosa kepada Allah, sementara saya telah melakukan dosa kepada-Nya, maka tidak dapat dibantah lagi bahwa dia lebih baik daripada saya.”
وإن كان كبيرا قلت هذا قد عبد الله قبلي،
“Jika melihat orang yang lebih tua (umurnya) maka katakan bahwa dia telah lebih dulu beribadah kepada Allah dibandingkan saya.”
وإن كان عالما قلت هذا أعطى ما لم أبلغ ونال ما لم أنل وعلم ما جهلت وهو يعمل بعلمه،
“Jika melihat orang alim, maka katakan bahwa dia telah berkontribusi dengan ilmunya sedang saya belum mampu melakukannya dan dia mendapatkan apa yang belum saya capai dan mengetahui apa yang tidak saya ketahui dan dia mengamalkan ilmunya.”
ADVERTISEMENT
وإن كان جاهلا قلت هذا عصى الله بجهل وأنا قد عصيته بعلم ولا أدري بم يختم لي أو بم يختم له،
“Jika melihat orang bodoh, maka katakan bahwa dia melakukan dosa kepada Allah karena kebodohannya sementara saya melakukan dosa dalam keadaan sadar, saya tidak tahu bagaimana kelak saya berakhir atau bagaimana dia berakhir?”
وإن كان كافرا قلت لا أدري عسى أن يسلم فيختم له بخير العمل وعسى أن أكفر فيختم لي بسوء العمل.
“Jika melihat orang kafir, maka katakan saya tidak tahu barangkali ia masuk Islam dan berakhir dengan amal yang baik dan barangkali saya jadi kafir dan berakhir dengan amal yang buruk.”
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten