Kelompok Kreatif Anak Banda Menciptakan Wadah Inspiratif.

Konten Media Partner
12 November 2019 18:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Rumah Bersama Kalesang Tirta, (Dok. Lentera Maluku)
Kelompok Kreatif Anak Banda (KKAB) membuat sebuah rumah belajar dengan nama Kalesang Tirta yang mana tempat ini juga menjadi tempat belajar bahasa Inggris dan komputer bagi anak-anak sekolah, secara gratis. KKAB sendiri terbuka untuk semua orang yang ingin belajar membuat tas dan dompet dari bahan sampah daur ulang.
ADVERTISEMENT
Sejak pertama berdiri hingga sekarang KKAB telah melakukan edukasi di 8 desa di Pulau Banda, diantaranya: Desa Nusantara, Desa Kampung Baru, Desa Tanah Rata, Desa Walang, Desa Biau, Pulau Ay, Desa Lonthoir, dan Pulau Hatta. Masih ada 11 desa lain yang masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi KKAB. Untuk sekali penetrasi KKAB memerlukan 1-2 bulan dengan jadwal 3x seminggu pertemuan.
Melihat kenyataan dalam masyarakat bahwa masih banyak orang yang belum memiliki kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya, Magafira Ali, Pembina KKAB, ia ketika masih menjadi guru di salah satu Sekolah Dasar di Banda Neira 15 tahun lalu, akhirnya tergerak untuk melakukan upaya menyelamatkan laut Banda dari sampah.
Rumah Bersama Kalesang Tirta, (Doc. Lentera Maluku)
Ia menjelaskan, diawali dengan aktifitas sederhana bernama Parnek (Peduli Negeri) di Desa Merdeka, pada tanggal 14 Desember 2016 saya membentuk Kelompok Kreatif Anak Banda (KKAB) dan pada awalnya KKAB sendiri lebih berfokus pada masalah lingkungan (daur ulang sampah).
ADVERTISEMENT
"KKAB di bentuk memberikan edukasi akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan serta memberikan pelatihan kepada ibu-ibu cara membuat tas dan dompet dari limbah plastik kemasan," ujarnya.
Maga melanjutkan, Tidak sampai disitu, hasil kerajinan ibu-ibu tersebut bisa dijual ke KKAB. Selanjutnya KKAB yang akan memasarkan. Untuk pemasarannya sendiri KKAB dibantu oleh Marike Direktur Lumination (Yayasan Cahaya Samudera Indonesia).
Magafira Ali, (Dok. Lentera Maluku)
"Selanjutnya untuk program daur ulang sendiri KKAB mendapat dukungan dari Yayasan Cahaya Samudera Indonesia. Yayasan ini menyediakan relawan khusus yang datang dari Jerman untuk membantu KKAB dalam program bersih laut. Relawan ini akan tinggal selama 1-2 bulan di Banda Neira, setelah itu akan ada relawan lain yang datang mengganti. Hingga saat ini hasil kerajinan dompet dan tas tersebut telah menembus pasar di Jerman," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Hasil produk daur ulang sampah plastik, (Dok. Lentera Maluku)
Namun, dari semua usaha yang dilakukan Magafira Ali bersama KKAB, terbersit harapan akan terjalin kerjasama yang baik antara komunitas dan pemerintah.
“dari apa yang dilakukan yayasan, semoga dapat diperhatikan lebih lagi oleh pemerintah. Sampah adalah masalah serius”, pungkas Maga.
Permasalahan sampah plastik bukan tanggung jawab seseorang atau sekelompok warga akan tetapi masalah sampah ini memerlukan perhatian dan kepedulian semua lapisan masyarakat. Kerjasama yang harmonis antara pemerintah dan komunitas akan melahirkan perubahan yang lebih luas dan terorganisir. (LM3)