Video: Suara Hati Anak Korban Gempa Maluku, Sekolah di Tenda Darurat

Konten Media Partner
15 Oktober 2019 15:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Lentera Maluku. Ramdani dan Zulfikar Tuanaya merupakan siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 7 Maluku Tengah. Mereka adalah korban gempa bumi yang saat ini menjalani proses belajar di kelas darurat.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, kondisi bangunan sekolah Madrassah Ibtidaiyah (MI), yang berlokasi di Negeri Kailolo, Kecamatan Pulau Haruku itu, juga mengalami kerusakan akibat gempa berkekuatan 6.5 SR, pada Kamis (26/9), lalu.
Kondisi pascagempa sampai saat ini, meninggalkan trauma yang dalam bagi anak-anak. Terutama siswa usia SD, mereka masih takut untuk masuk ke kelas.
Ramdani dan zulfikar. (14/10). Dok : Lentera Maluku
Kepada Lentera Maluku (14/9), Ramdani dan Zulfikar mengaku belum berani kembali masuk ke Sekolah.
“Kita lebih enak sekolah di kelas Darurat”, kata Ramdani.
“Karena ada kakak-kakak kami yang bisa menjaga kami dari saat yang berbahaya”, ungkap Zulfikar.
“Beta masih takut”, ungkap Ramdani, siswa kelas III Madrassah Ibtidaiyah.
Lokasi tenda untuk kelas darurat siswa MI, berada ditengah lingkungan MTS dan Madrassah Aliyah. Hal inilah yang membuat Zulfikar, siswa kelas IV ini merasa nyaman belajar di kelas darurat bila harus kembali ke sekolahnya, karena disekililingnya mereka selalu bersama siswa MTS maupun siswa Madrassah Aliyah. Apalagi Maluku masih sering digoncang dengan gempa susulan setiap harinya, tentu saja dia merasa nyaman bersama siswa yang jauh lebih senior darinya..
ADVERTISEMENT
Dengan menggunakan terpal, kelas itu baru dibangun seminggu yang lalu, setidaknya dapat melindungi 100 lebih siswa dari panas dan hujan. Sebelumnya, empat hari setelah gempa siswa-siswa di Madrasaah Ibtidaiyah (MI) ini hanya menumpang belajar di emperan Madrassah Tsanawiyah dan Madrassah Aliyah milik Yayasan Al-Islah. Namun sesuai persetujuan pihak sekolah MI boleh membangunkan kelas darurat di lingkungan tersebut.
Menurut salah satu guru MI yang berhasil ditemui Lentera Maluku (14/10), Saida Tomagola, Ia mengaku bahwa bukan hanya para siswa saja yag mengalami trauma, namun dia pun juga mengalami kondisi yang sama. Pasalnya kejadian gempa yeng mengguncang Maluku itu membuat dirinya jatuh di dalam kelas, beruntungnya Saida dapat diselamatkan.
“Kelas itu dibikin satu minggu yang lalu, tapi belum selesai. Kelas ini dibangun untuk kenyamanan siswa. Siswa masih trauma, saat kami ajak untuk kembali ke sekolah, mereka tidak mau. Karena kondisi pertama mereka berada di dalam ruang kelas, kejadian itu membuat siswa jatuh, termasuk beta (saya) dan dewan guru juga jatuh, beta (saya) jatuh-bangun sampai ditarik keluar, karena goncangan kuat, bayangan kematian itu sudah ada,” ungkap Saida.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, sampai saat ini setiap kali siswa mendengar gerakan apapun yang mengagetkan, meraka langsung lari berhemburan keluar, saking traumanya suara guntur pun membuat mereka keluar ke lapangan.
“Mereka lebih aman belajar di luar, untuk sementara ini kami masih fokus pada pisikologis anak-anak dengan menghibur mereka, banyak bercerita dan diskusi. Kami juga singgung pelajaran sedikit, tetapi belum bisa langsung masuk pada proses pembelajaran seperti biasa”, katanya.
Saida juga menjadi korban gempa, saat ini dia tinggal bersama keluarganya di tenda pengungsian bersama 5 KK atau 30 jiwa dalam satu tenda. Dia memaparkan kondisi para siswa yang masih trauma belum bisa dipaksa untuk belajar seperti proses pembelajaran biasanya, mereka masih melakukan trauma healing untuk anak didik. (LM1)
ADVERTISEMENT