Pernikahan Bahagia Penyebab Obesitas, Benarkah?

Lia Toriana
Penulis lepas di tengah waktu luang demi menjaga kewarasan menjalani peran sebagai ibu dari tiga anak perempuan.
Konten dari Pengguna
19 Februari 2020 14:43 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lia Toriana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
com-Ilustrasi Pasangan Menikah Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi Pasangan Menikah Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kita mungkin sesekali atau sering mendengar bahwa pasangan yang saling cinta dan berbahagia akan cenderung menggemuk seiring waktu relasi mereka. Apakah ini sekadar mitos dan isapan jempol belaka? Ternyata, tidak juga. Sejumlah studi di Amerika Serikat membuktikannya.
ADVERTISEMENT

1. Pasangan menikah akan naik berat badannya

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas North Carolina melakukan survei terhadap 8.000 orang. Salah satu profil sampel mereka adalah para istri. Rata-rata mereka naik berat badan 12 kg dalam kurun lima sampai enam tahun usia pernikahan. Selain itu, mereka yang memutuskan tinggal bersama, tanpa ikatan pernikahan naik sekitar 11 kg, dan yang berpacaran bisa naik sampai 7 kg. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa para laki-laki yang berubah status dari lajang menjadi suami naik sekitar 13 kg hanya dalam waktu dua tahun saja.
Studi tersebut menyimpulkan adanya korelasi kuat antara relasi dengan angka obesitas dalam masyarakat, khususnya di Amerika Serikat. Meskipun demikian, naiknya bobot tubuh ternyata berkorelasi terbalik dengan penggunaan rokok dan minuman keras. Artinya, para pasangan ini lebih peka menjalani hidup yang lebih sehat dengan mengurangi konsumsi dua hal berisiko tersebut.
ADVERTISEMENT

2. Pasangan baru menikah lebih mudah gemuk

Studi lainnya yang dilakukan oleh National Institute of Health Amerika Serikat menemukan bahwa mereka yang baru menikah--atau setidaknya kurang dari empat tahun menikah rentan naik bobot tubuhnya dua kali lipat! Hal ini dikarenakan tingkat stres serta tuntutan belum begitu rumit. Sedangkan saat tuntutan kehidupan lebih rumit dan mereka tidak cukup baik mengkomunikasikan relasi, bobot tubuh pun cenderung tetap atau bahkan berkurang.
Studi tersebut juga menegaskan bahwa pasangan yang berbahagia satu sama lain cenderung naik bobot tubuhnya karena mereka merasa tidak perlu lagi menarik orang lain di dalam kehidupannya. Mereka cukup merasa bahagia karena sudah menjadi diri mereka sendiri dan diterima oleh pasangan mereka, apa adanya. Sedangkan pasangan yang tidak bahagia cenderung tidak bisa naik bobot tubuhnya dikarenakan tingkat stres. Walaupun begitu, para ahli ini terus mengingatkan pentingnya memperhatikan indeks BMI setiap individu.
ADVERTISEMENT

3. Naiknya bobot tubuh itu menular!

Studi yang dilakukan oleh New England Journal of Medicine menunjukkan bahwa naiknya bobot tubuh itu menular antar-pasangan. Jika suami kita naik berat badan, maka istri memiliki kecenderungan naik sebesar 37%. Phew! Hal ini dikarenakan mereka saling menyesuaikan dalam kebiasaan sehari-hari. Dari menu makanan harian sampai kebiasaan berolahraga. Sedangkan mereka yang tidak bahagia akan cenderung menghindar dan tidak beradaptasi satu sama lain.
Studi menyimpulkan bahwa lingkungan sosial, kebiasaan, dan aktivitas keseharian setiap pasangan akan berdampak positif pada bobot tubuh mereka. Hal ini dikarenakan secara psikologis mereka saling menyesuaikan pola makan satu sama lain.
Dari ragam studi yang dipaparkan di atas, ahli tetap mengingatkan bahwa studi tersebut tidak bisa digeneralisir hasilnya. Angka yang didapat pun bukan representasi dari seluruh pasangan menikah di seluruh dunia, artinya hasilnya belum tentu sama bagi setiap orang. Tidak berarti saat anda tidak naik bobot tubuh artinya anda tidak bahagia, begitu juga sebaliknya. Studi ini justru dilakukan untuk memahami gejala naiknya bobot tubuh di setiap individu untuk melawan dampak buruk obesitas.
ADVERTISEMENT
Amatlah penting menginspirasi satu sama lain bahwa gaya hidup sehat dan pola makan yang baik adalah resep awet bahagia setiap pasangan. Melampaui hal tersebut, komitmen untuk saling menjaga nilai serta kejujuran yang membuat masing-masing pihak berbahagia adalah kunci utama.[]