Sambut Positif Semua Prakarsa yang Bertujuan Membangun Bersama Tatanan Dunia

Liliana
Jurnalis China Media Group (CMG) Departemen Bahasa Indonesia
Konten dari Pengguna
21 November 2022 11:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Liliana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
KTT G20 yang telah berakhir beberapa waktu yang lalu mengangkat tema ‘Pulih bersama bangkit lebih kuat'. Menurut ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah, tema ini adalah ajakan untuk bekerja sama bersama-sama, dan sangat kuat kaitannya dengan Indonesia yang berusaha menjalin hubungan baik dengan semua pihak, untuk ikut berkontribusi dalam mewujudkan perdamaian dunia. Posisi Indonesia adalah mengajak untuk pulih bersama.
Sumber : Website resmi G20.org
Piter mengatakan, peran Indonesia dalam KTT G20 kali ini adalah menyampaikan pemikiran yang menjadi agenda untuk disepakati bersama, tidak hanya sekedar menjadi tuan rumah, tapi juga mengidentifikasi dan menyodorkan isu-isu yang akan disepakati bersama, memfasilitasi, mempertemukan, serta menghubungi semua pihak untuk hadir, berkontribusi, dan sepakat. Indonesia menjadi penggerak dan inisiator isu-isu yang dianggap sangat penting dan relevan dalam upaya untuk menyejahterakan dunia.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, salah satu hasil dari KTT G20 kali ini adalah Deklarasi Pemimpin G20 Bali yang didalamnya banyak kesapakatan konkret yang berbeda dengan forum-forum G20 sebelumnya. Kesepakatan konkret dalam G20 Bali ini bahkan memiliki angka kesepakatan yang jelas, misalnya kesepakatan Pandemic Fund dengan komitmen uang yang terkumpul senilai 1,4 miliar US Dolar, kesepakatan untuk pembiayaan transisi energi dan lain sebagainya. Pandemic Fund ini adalah sesuatu yang sangat konkret, sebuah gagasan baru dalam rangka menciptakan arsitektur kesehatan global.
Dalam ketegangan konflik antara Ukraina dan Rusia, Piter berpendapat bahwa kehadiran Tiongkok dalam KTT G20 sangat berarti besar, jika Tiongkok tidak hadir, mungkin kesepakatan yang kemarin dihasilkan akan sulit tercapai, karena dalam kesepakatan itu terdapat suasana perang. “Sebenarnya KTT G20 adalah forum pembahasan ekonomi, tapi kali ini nuansa perangnya dan ketegangannya cukup besar, yang bisa mengimbangi AS hanyalah Tiongkok, sehingga jika tidak ada Tiongkok, Indonesia akan sulit memainkan peran sebagai penengah ketegangan situasi. Peran Indonesia dan Tiongkok sangat penting sehingga terjadi kesepakatan yang diharapkan dapat membantu meredakan ketegangan geopolitik yang sekarang terjadi”, tutur Piter.
ADVERTISEMENT
Terkait dengan proyek ikonik inisiatif “B&R”, Piter berpandangan bahwa manfaat KCJB saat ini masih belum maksimal, antara manfaat dan biaya masih besar biaya, tapi manfaatnya akan menjadi maksimal setelah KCJB menghubungkan berbagai daerah di Indonesia, dan untuk itu memang harus dimulai terlebih dahulu. KCJB adalah tuntutan zaman, jika menginginkan manfaat yang lebih besar dari KCJB ini, tidak boleh hanya terbatas di Jawa tapi dikembangkan hingga lintas Sumatra, lintas Kalimantan dan sebagainya.
Sedangkan terhadap inisiatif Pembangunan Global dan Kemanan Global yang diajukan Tiongkok, Piter Abdullah menyambutnya dengan positif, “semua prakarsa yang ditujukan untuk bersama membangun tatanan dunia ini harus disambut positif, apalagi yang menggagas adalah negara superpower yang tentunya akan memberikan potensi besar dalam mewujudkannya secara bersama-sama”.
ADVERTISEMENT