Fitur Baru Google Maps Ini Semakin Menepis Teori Bumi Datar

LifeHack
Membicarakan seputar trik dan tips kehidupan.
Konten dari Pengguna
9 November 2018 9:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari LifeHack tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bumi datar. (Foto: Flat Earth Society)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bumi datar. (Foto: Flat Earth Society)
ADVERTISEMENT
Google baru-baru ini merilis fitur baru pada aplikasi Google Maps. Fitur ini disebut dengan 3D Globe Mode yang dapat mengubah peta bumi yang tadinya terlihat datar menjadi berbentuk bulat.
ADVERTISEMENT
Sejatinya, fitur ini sudah dirilis pada Agustus lalu. Bumi pada aplikasi Google Maps akan otomatis berubah menjadi bulat saat peta di zoom out. Sedangkan jika di zoom in, peta akan kembali menjadi bentuk datar seperti biasa.
Tentu orang-orang yang mendukung teori bumi datar kecewa berat dengan fitur baru yang dibuat Google. Pasalnya, fitur baru ini tak sesuai dengan kepercayaan mereka tentang bentuk bumi.
Dilansir Cnet, Kamis (8/11), pihak pendukung teori bumi datar yakin bahwa Google Maps menjadi aplikasi dengan proyeksi peta yang tidak akurat.
"Dari sudut pandang Bumi datar, ini adalah perubahan dari proyeksi yang tidak akurat (Mercator) ke yang lainnya (Globe)," ucap Pete Svarrior, Social Media Manager Flat Earth Society.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Svarrio menganggap bahwa Google memberikan fitur baru pada Google Maps hanya untuk kegiatan bisnis saja.
"Google Maps mencoba memberikan apa yang pengguna akan terima. Kebanyakan orang percaya bahwa Bumi itu bulat. Ini adalah bisnis yang masuk akal untuk menampilkannya dalam bentuk tersebut," lanjutnya.
Sejatinya Google memberikan fitur baru ini untuk mengatasi masalah pemetaan yang kerap tidak akurat di wilayah tertentu.
Salah satu pemetaan yang kerap tidak akurat adalah luas Greenland yang terlihat sama dengan luas Afrika. Padahal kenyataannya, Afrika memiliki luas yang lebih besar dibanding Greenland.