Irama degung Sunda mengalun dari panggung yang berdiri di area samping pelaminan berdekorasi serba putih. Bagas dan Latifa menggandeng lengan calon menantu mereka, berjalan beriringan di atas karpet yang juga putih menuju meja akad nikah. Gamelan khas tanah Priangan terdengar begitu merdu, berdenting-denting dalam irama yang padu, membuat Bagas tak kuasa menahan diri. Langkahnya mulai berayun mengikuti ketukan saron, beradu dengan suara kendang dan alat musik gamelan lainnya. Tidak lama, lengan lelaki itu mulai bergerak-gerak ke depan dan samping mengikuti irama.
Sekilas, Latifa melirik ke suaminya, kemudian terkikik geli. Sebuah cubitan dari sang istri mendarat di pinggang Bagas.
“Papa, ih, jaim dikit dong! Malu, atuh,” wajah Latifa memerah karena semua mata memandang ke arah mereka. Bagas tidak peduli, dia terus berjalan dengan gaya yang disukainya.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814