Kamu percaya kalau hujan itu rahmat?
Gugun tidak percaya. Setidaknya malam itu, saat sebuah mangkuk plastik berada di meja dapurnya. Mangkuk itu memiliki penutup yang ditempeli stiker warung bakso yang cukup terkenal di kotanya. Di dalam mangkuk terbaring cantik segumpal bihun serta segerombol tauge bersama daun sawi hijau yang telah direbus. Sedikit seledri cincang dan bawang goreng berusaha mempercantik isian mangkuk. Di sampingnya, sebuah bakso daging seukuran kepalan tangan berenang bersama lima bakso kecil lain dalam kuah kaldu. Wanginya membuat cacing di perut Gugun meronta. Harganya? Paling tidak, cukuplah untuk membeli lima sampai delapan bungkus mi instan di warung.
Bukan sengaja Gugun membawa pulang seporsi bakso itu ke rumah. Hujanlah yang memaksanya. Gugun merasa ganjil saat menarik ingatannya ke belakang, ke jam-jam ketika tubuhnya yang dibalut jaket hijau bersimbah peluh meski hanya duduk di atas jok sepeda motornya di tepi jalan. Sejak dia berangkat dari rumah pagi-pagi sekali, bahkan hingga matahari terbenam, Gugun hanya mendapat tujuh orderan dan hampir semuanya tidak membayar tunai. Lalu datang hujan yang sukses memperparah keadaan.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814