Tata letak kampung belum berubah, memudahkan pencarian. Ia masih ingat rumah itu dulu di sebelah kiri jalan, sebelum tikungan. Dinding rumah tidak dicat, hanya dikapur putih. Gentingnya coklat kehitaman. Saat makin dekat, ia melihat perubahan. Sekarang rumah itu bercat biru muda. Sebagian genting berwarna merah bata. Pot-pot bunga berbaris di depan rumah. Seorang lelaki bercelana pendek hitam dan berkaus oblong putih duduk bersila memperbaiki pukat di teras. Wajah lelaki itu mengingatkannya kepada seseorang yang dijumpainya entah di mana pada suatu masa.
Ia segera mengucap, “Assalamu’alaikum….” dan dijawab oleh lelaki dari dalam rumah. Pintu depan terbuka. Lelaki tekun di teras hanya menyahut pelan, tidak mengalihkan pandangan sedikit pun dari pukat dan terus menyulam bagian yang putus.
Di ambang pintu, muncul lelaki yang dikenalnya. Ia jauh lebih tua sekarang, menjelang 70-an, tetapi warna suara tidak berubah. Rambutnya telah memutih. Kerut-merut tergurat di wajah. Lelaki ini mengenakan kain sarung dan kemeja batik lengan pendek bermotif kawung. Mungkin ia hendak menghadiri sebuah acara. Senyumnya terkembang ketika melihat tamu yang datang.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814