Seorang teman berupaya melihat sisi positif dari wabah ini, dengan membayangkan orang-orang akan kembali ke alam atau dekat lagi dengan alam yang dianggap memiliki kekuatan untuk menyegarkan, menyehatkan, dan menyembuhkan fisik maupun mental manusia. Sebagian orang mendefinisikan “kembali ke alam” sebagai kehidupan jauh dari kota, menghirup udara bebas polusi, makan dari tumbuh-tumbuhan yang ditanam dan ternak yang dipelihara sendiri, dan menggunakan energi dari angin atau matahari. Kedengarannya ideal, seolah-olah alam tidak terjamah perubahan dan manusia dapat setiap saat menemuinya seperti anak hilang yang kembali ke rumah orang tua.
Ketika kota-kota dibangun dan kebutuhan penunjangnya menuntut untuk dipenuhi, banyak hutan ditebang dan alam semakin jauh hingga disederhanakan keberadaan serta fungsinya untuk keperluan tertentu: memiliki wilayah resapan air—agar terhindar dari banjir, ketersediaan taman kota, pohon-pohon tumbuh di kanan kiri jalan, dan terdengar kicauan burung—untuk menjadi penanda bahwa udara yang dihirup masih aman untuk manusia.
Jika alam diartikan sebagai hutan, akan sukar bagi manusia untuk memulai hidup kembali di sana tanpa keahlian dan persiapan khusus.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814