Berlayar di tengah hutan mangrove dalam laguna ini membuatnya teringat pengalaman menembus hutan mangrove di Kamboja beberapa tahun silam. Orang-orang Khmer menyebut mangrove itu preikub. Namun, hutan mangrove di Segara Anakan jauh lebih luas ketimbang hutan mangrove di Kampung Phluk.
Permukaan air yang tenang tidak memupus rasa khawatirnya. Ia teringat kisah pengemudi perahu motor yang mengantarnya ke Danau Tonle Sap, Kamboja, tentang buaya. Orang-orang diserang buaya di danau, tetapi manusia membalas dengan makan roti isi olahan daging buaya di kafe, katanya. Ini penghiburan yang aneh. Buaya Kuba yang diimpor peternakan buaya di Siem Reap untuk membuahi buaya-buaya Siam telah mengancam pelestarian buaya Siam, katanya. Ini soal serius.
Batas pandang terjauhnya adalah pohon-pohon mangrove yang hijau rimbun dengan akar jalin-menjalin berjajar rapat di kedua sisi laguna. Ia pernah membaca berita tentang orang yang bersembunyi seharian di antara pohon-pohon mangrove untuk berlindung dari serangan buaya. Setidaknya dalam keadaan terburuk, ia memiliki tempat aman.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814