IDEC 2019 Sajikan Teknologi Mutakhir Kedokteran Gigi Dunia

Linda Erlina
Dosen Universitas Indonesia
Konten dari Pengguna
15 September 2019 16:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Linda Erlina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
IDEC 2019 menampilkan berbagai teknologi mutakhir untuk mendukung kualitas kedokteran gigi di Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
IDEC 2019 menampilkan berbagai teknologi mutakhir untuk mendukung kualitas kedokteran gigi di Indonesia
ADVERTISEMENT
Kedokteran gigi di Indonesia mengalami potensi pertumbuhan yang pesat. Menurut data Konsil Kedokteran Indonesia per 26 April 2019, tercatat ada sekitar 36 ribu dokter gigi yang terdiri dari 32.172 dokter gigi umum dan 3.942 dokter gigi spesialis yang terdaftar.
ADVERTISEMENT
Jumlah tersebut rupanya belum berbanding lurus dengan upaya peningkatan kualitas kesehatan gigi dan mulut masyarakat. Riset Kesehatan Dasar 2018 dari Kementerian Kesehatan menyebut bahwa dari 57,6% masyarakat Indonesia yang mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut, hanya 10,2% saja yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis. Ketidakmerataan dalam penyebaran dokter gigi memang menjadi PR tersendiri, mengingat faktor geografis Indonesia yang begitu luas.
Namun jika dibandingkan dengan negara yang luasan lebih kecil dari Indonesia, jumlah tersebut masih belum seberapa. Sebut saja diantaranya Jepang memiliki 100.994 dokter gigi (2014), Italia 47.098 dokter gigi ( 2016) bahkan hingga Prancis memiliki 43.026 dokter gigi (2016).
Membicarakan jumlah tentu juga harus dibarengi dengan peningkatan kualitas yang mumpuni.
ADVERTISEMENT
Faktanya, data dari PDGI menyebutkan, setiap orang Indonesia rata-rata memiliki kerusakan 7 gigi. Ini jauh dari standar internasional yakni FDI (organisasi dokter gigi sedunia) yang menargetkan hanya 2—3 gigi saja.
Dalam rangka meningkatkan kualitas para dokter gigi di Indonesia, Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) berkolaborasi dengan Traya Eksibisi Internasional dan Koelnmesse menyelenggarakan Indonesia Dental Exhibition and Conference (IDEC) 2019.
Gelaran yang berlangsung selama 3 hari ini (13 – 15 September 2019) menampilkan beragam peralatan dan informasi terkait industry kedokteran gigi, mulai dari praktik kedokteran gigi digital, kedokteran gigi kosmetik, bahan dan unit gigi, instrumen, headpieces dan alat untuk laboratorium, peralatan dan sistem laboratorium, furnitur laboratorium hingga berbagai layanan dari organisasi dan perusahaan kesehatan gigi.
ADVERTISEMENT
"Untuk memberikan gambaran teknologi terbaru. Supaya Indonesia tidak ketinggalan dengan teknologi internasional. Sekarang sudah ada yang robotik, digital," kata Ketua Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Dr. drg. Hananto Seno.
IDEC 2019 dihadiri oleh 150 peserta pameran yang berasal dari 18 negara. Beberapa negara seperti Tiongkok, Jerman dan Korea Selatan bahkan memiliki pavilion nasionalnya masing-masing.
Dengan menghadirkan lebih dari 15 pembicara profesional, IDEC akan menjadi wadah bagi 4000 dokter gigi lokal dan asing dalam memperkaya keterampilan mereka dengan tren teknologi kedokteran gigi terbaru. Para peserta dapat mengetahui informasi tersebut dengan mengikuti beberapa kegiatan menarik seperti pameran, main lecture program dan hands-on programme.
Salah satunya adalah teknologi digital dalam perawatan gigi yang dibahas oleh Dr. How Kim Chuan dalam main lecture yang berjudul “Digital Solutions from Scan Body to Restoration in Full Mouth Rehabilitation” pada 13 September 2019. Di seminar ilmiah ini diperkenalkan tentang proses gambar digital gigi, sinar X pada mulut secara penuh hingga teknologi 3D, dengan begitu masalah gigi masyarakat akan lebih terbantu.
ADVERTISEMENT
Selain teknologi digital pada restorasi gigi dan mulut, IDEC 2019 juga menyoroti perkembangan laser yang menjadi tren terkini dari perkembangan kedokteran gigi dunia. Tema tersebut akan dibahas oleh pakar kesehatan gigi dari India yakni Dr. Niladri Maiti dalam seminar berjudul “Laser Assisted Bioglass Theraphy In Management of Dentin Hypersensitivity” pada 15 September 2019.
Gigi hipersensitif (hipersensitivitas dentin) adalah gangguan pada gigi yang membuat rasa ngilu bagi penderitanya. Berkat teknologi laser, masyarakat kini tak perlu khawatir lagi dalam mengatasi masalah gigi hipersensitif. Dibandingkan dengan metode konvensional yang memakan waktu lebih lama, perawatan melalui laser akan berdampak pada hasil yang lebih cepat dengan waktu aplikasi yang lebih sedikit pada pasien. Inilah metode terbaru dan yang baik dalam menyelesaikan rasa sakit jangka panjang dengan segera.
ADVERTISEMENT
Selain teknologi digital dan laser, IDEC juga menghadirkan berbagai perkembangan teknologi kedokteran gigi lainnya seperti endondontik, dental photography, ortodontik hingga inovasi dalam self-ligation, semuanya dapat dipelajari oleh para pelaku kesehatan gigi di sini. Ada pula dentist robotics yang siap menjadi inspirasi dalam penerapan teknologi kedokteran gigi di Indonesia.
“Di era digital seperti sekarang, dokter gigi harus selalu memperbaharui ilmu dan keterampilan mereka sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan hadirnya berbagai suguhan teknologi kedokteran gigi di IDEC, diharapkan dapat mendorong kualitas para dokter gigi untuk memberikan pelayanan yang optimal.” papar Presiden Direktur Traya Eksibisi Internasional Bambang Setiawan.