Konten dari Pengguna

Perjalanan Cinta Bangsawan dan Jelata: Awal dan Mira

Litza Nadya Marita
Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
28 Juli 2024 16:04 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Litza Nadya Marita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perjalanan cinta sepasang kekasih (sumber:https://www.pexels.com).
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perjalanan cinta sepasang kekasih (sumber:https://www.pexels.com).
ADVERTISEMENT
Awal dan Mira adalah salah satu karya sastra berjenis drama satu babak. Awal dan Mira merupakan salah satu karya Utuy Tatang Sontani yang terbit pada tahun 1952 diterbitkan di Balai Pustaka. Secara garis besar, drama Awal dan Mira mengeksplorasi tema cinta antara seorang pemuda bangsawan dan seorang gadis dari kalangan rakyat jelata pada masa pasca-perang. Konflik yang dihadapi oleh pasangan ini tidak hanya disebabkan oleh perbedaan status sosial mereka, tetapi juga oleh suatu kenyataan fisik yang dimiliki sang gadis—suatu rahasia yang tidak diketahui oleh siapa pun, termasuk oleh pemuda yang mencintainya.
ADVERTISEMENT
Drama adalah salah satu bentuk karya sastra, di samping bentuk lainnya seperti prosa fiksi dan puisi. Jika prosa fiksi ditujukan untuk dibaca dan puisi untuk dideklamasikan, maka drama secara prinsip diciptakan untuk dipentaskan. Secara esensial, drama berbeda dari pertunjukan teater. Sebagai sebuah karya sastra, drama adalah hasil seni yang terbentuk melalui integrasi berbagai unsurnya. Unsur-unsur seperti dialog, karakter, plot, dan tema berperan dalam membangun drama yang mampu menggambarkan kehidupan secara lebih nyata. Unsur-unsur ini saling terkait dan berpadu, membentuk sebuah keseluruhan yang utuh dalam karya drama.
Naskah drama adalah sebuah cerita yang disajikan dalam bentuk dialog antara karakter-karakter. Naskah ini ditampilkan melalui interaksi verbal (dialog) dan tindakan (gerakan, aksi) yang dilakukan oleh para aktor di atas panggung. Oleh karena itu, naskah drama memiliki dua elemen utama, yaitu dialog dan gerakan (Luxemburg, 1984: 158). Dalam konteks kesusastraan, naskah drama secara khusus dirancang untuk diperankan oleh aktor atau aktris. Struktur drama mencakup tiga elemen dramatik utama: karakter, alur (plot), dan tema.
ADVERTISEMENT
Dalam drama, unsur karakter yang sering disebut sebagai tokoh adalah elemen yang paling dinamis dalam menggerakkan alur cerita. Melalui penokohan, pengarang dapat mengungkapkan alasan logis di balik perilaku tokoh-tokohnya. Tokoh-tokoh inilah yang menghidupkan tema dalam keseluruhan konteks latar dan alur. Selain itu, karakterisasi atau penokohan menjadi inti dari drama itu sendiri, memberikan kedalaman dan makna pada lakon yang disajikan. Dalam konteks drama, plot merujuk pada susunan insiden yang terjadi di atas panggung. Alur (plot) ini menjadi dasar bagi seluruh ritme drama.
Secara konkret, intensitas plot dapat dilihat ketika penonton terpikat oleh berbagai peristiwa dari awal, tengah, hingga akhir drama. Penonton dan pembaca akan dibawa dari satu krisis ke krisis berikutnya, merasakan pergantian antara ketegangan dan kelonggaran. Pada akhirnya, mereka akan terdorong menuju klimaks oleh narasi yang tak terbendung, meninggalkan mereka dalam ketegangan yang membuat mereka seakan-akan baru saja mengalami sebuah pengalaman yang mendalam. Salah satu struktur penting yang harus diinterpretasikan dalam analisis sebuah drama adalah tema. Secara umum, tema dapat dianggap sebagai gagasan sentral atau dasar cerita yang mencakup permasalahan yang diangkat dalam narasi. Tema ini berfungsi untuk memberikan arah dan tujuan cerita dalam karya sastra, termasuk dalam teks drama.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan uraian tersebut, penulis merasa terdorong untuk meneliti alur yang terdapat di dalam drama Awal dan Mira. Meneliti perjalanan kisah antara Awal dan Mira.
Analisis
Alur dalam naskah drama "Awal dan Mira" terdiri dari rangkaian peristiwa yang diatur sedemikian rupa sehingga membentuk satu kesatuan cerita yang komprehensif. Hubungan antara unsur-unsur cerita dalam naskah ini, selain bersifat logis, juga memiliki hubungan kausalitas, di mana satu peristiwa menjadi penyebab terjadinya peristiwa lain.
Cerita dalam naskah "Awal dan Mira" disusun dengan menggunakan kombinasi alur lurus dan alur sorot balik secara bergantian. Artinya, sebagian cerita disampaikan dengan alur lurus, sementara bagian lainnya menggunakan alur sorot balik. Kedua jenis alur ini terjalin dalam kesatuan yang kohesif, sehingga tidak menimbulkan kesan adanya dua cerita atau peristiwa yang terpisah baik dari segi waktu maupun tempat kejadiannya.
ADVERTISEMENT
Urutan peristiwa dalam naskah drama "Awal dan Mira" adalah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Luxemburg, Jan Van. (1984). Pengantar IlmuSastra. Diindonesiakan oleh Dick Hartoko. Jakarta: PT Gramedia
Sontani, Utuy Tatang. (1952). Awal dan Mira. Jakarta: PT. Balai Pustaka