Aktivis Lama Lulusnya, Konvesrsi Solusinya

MOH ALI S M
Tim Media Surabaya Academia Forum (SAF) Mahasiswa Pasca Sarjana Pengembangan Sumber Daya Manusia (UNAIR)
Konten dari Pengguna
5 Agustus 2022 15:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari MOH ALI S M tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Aktivis Mahasiswa by Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Aktivis Mahasiswa by Pixabay
ADVERTISEMENT
Hembusan angin segar datang dari salah salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia yaitu UGM. Angin segar itu datang untuk para pegiat aktivis dikalangan mahasiswa, lebih-lebih yang waktu kuliahnya terbatas oleh padatnya agenda organisasi, sehingga membuat kewalahan dalam memanajemen waktu. Wakil rektor bidang kemahasiswaan UGM menggagas perihal konversi kegiatan yang dilakukan mahasiswa dalam dunia organisasi kemahasiswaan terhadap mata kuliah. Harapannya stigma yang awalnya selalu negatif perihal kelulusan aktivis yang cenderung selalu lama kini ada wacana konversi yang merupakan sebuah solusi.
ADVERTISEMENT
Apakah ini merupakan solusi bagi para aktivis yang keteteran dalam menyelesaikan Satuan Kredit Semester (SKS) di ruang kelas? Atau malah dijadikan suatu alasan bagi mereka yang sibuk berorganisasi untuk tidak masuk ruang kuliah!
Sepanjang sejarah kegiatan mahasiswa yang lebih banyak dihabiskan di ruang kuliah, banyak belajar akan teori-teori yang nantinya di implementasikan oleh mahasiswa ke dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN), Pendampingan masyarakat dalam peningkatan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan lainnya serta Praktek Kerja Lapangan (PKL) untuk meningkatkan skill individu dari mahasiswa. Sehingga terlaksana yang namanya tri dharma perguruan tinggi.
Tanggung jawab perguruan tinggi yaitu untuk melahirkan insan akademis yang memiliki soft dan hard skill yang mumpuni. Sehingga dengan lahirnya sumber daya manusia yang memiliki kapasitas di bidang tertentu itu akan menjawab tantangan dan persoalan dikalangan masyarakat. Namun, problem utama sampai hari ini adalah lagi-lagi perihal output atau lulusan perguruan tinggi yang masih dipertanyakan.
ADVERTISEMENT
Antara ketidaksiapan para lulusan perguruan tinggi atau memang kurangnya fasilitas dari pemerintah untuk mewadahi lulusan tersebut. Lulusan yang seyogyanya sudah menyelesaikan persoalan dimasyakat namun malah muncul persoalan baru di masyarakat. Sebelum pikiran kita makin liar, mari kita kembali ke topik awal yang akan kita jadikan objek bahasan.!
Peran Aktivis Mahasiswa dalam Membangun Negeri.
Sebuah gagasan dan solusi yang tepat jika memang perguruan tinggi dan pemerintah mulai melihat aspek dari seluruh kegiatan aktivis mahasiswa khususnya di Indonesia. Bagaimana peran dan fungsi dari pengembangan Sumber Daya Manusia yang ada dilingkungan akademis memang tidak semuanya hanya dilakukan di ruang kuliah atau hanya di laboratorium kelas saja. Sebab, fakta yang ada di lapangan banyak pengembangan Sumber daya Manusia yang ada di ruang lingkup akademis yang salah satunya yaitu melalui organisasi kemahasiswaan.
ADVERTISEMENT
Banyaknya aktivitas organisasi mahasiswa yang memang khusus mengembangkan skill individu memang sejatinya sudah menjawab seluruh persoalan bangsa. Sebab, dalam prakteknya kegiatan-kegiatan tersebut selain untuk pengembangan individu mahasiswa juga melibatkan masyarakat yang memang dijadikan objek dari apa yang selama ini mereka pelajari. Mulai dari kegiatan sosial yang meliputi Pemerataan layanan kesehatan, seperti kesehatan gratis, khitan massal dsb. Pendidikan dan Pendampingan pengembangan UMKM, melalui pelatihan inovasi produk, digital marketing, packaging product dsb.
Advokasi masyarakat yang memiliki kasus-kasus tertentu sehingga kasus yang awalnya alot dan sukar untuk diselesaikan, dengan adanya advokasi oleh mahasiswa bisa menemukan titik terang dan solusi yang memudahkan masyarakat. Jika memang pemerintah dan perguruan tinggi mau lebih jauh lagi melihat peran aktivisme mahasiswa dalam pengembangan sumber daya manusia yang ada di Negara ini. Seharusnya lembaga organisasi itu sudah sewajarnya mendapatkan dukungan penuh baik moril ataupun secara materiil salah satunya dengan konversi kegiatan aktivis mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Karena memang dalam prakteknya output yang dihasilkan oleh laboratorium organisasi dalam aktivisme mahasiswa itu sangat jauh berbeda daripada mahasiswa yang hanya fokus dalam aktivitas di ruang kuliah saja. Jadi, tidak heran jika aktivis mahasiswa sudah lebih dulu menjalankan yang namanya tri dharma perguruan tinggi yang selama ini merupakan tiga pilar dasar pola pikir dan merupakan suatu kewajiban bagi mahasiswa maupun civitas akademik di sebuah Perguruan Tinggi.
Bagaimana Rekognisi ini Bisa Terealisasi?
Seperti yang kita tahu, wacana yang disampaikan oleh Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Bidang Kemahasiswaan Arie Sujito. Bahwa rekognisi perlu diterapkan. "Karena sangat naif jika prestasi mahasiswa hanya diukur dari capaian mereka di dalam kelas saja," paparnya. Hal ini tentu merupakan solusi untuk mengurangi beban aktivis yang agendanya padat di luar kelas, karena memang rata-rata agenda aktivis mahasiswa di luar kelas dan menyentuh langsung dengan masyarakat. Namun beliau juga mempertimbangkan dan menggaris bawahi jika rekognisi ini malah dijadikan alasan untuk tidak masuk kelas.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, hal yang perlu diperhatikan kedepan adalah bagaimana kejian itu sudah sesuai dengan mekanisme konversi. Sebab, jika hanya bertolak ukur pada kegiatan yang benar-benar punya dampak positif bagi masyarakat. Sangat banyak organisasi yang notabene mereka agendanya beriringan dengan masyarakat langsung. Seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) misalnya yang memiliki banyak bidang, dan bidang itu memang fokus pada kebermanfaatan pada masyarakat. Salah satunya bidang sosial pemberdayaan masyarakat yang agendanya terjun ke masyarakat untuk melakukan pendampingan, seperti mengajar di sekolah, bakti sosial dsb. serta pelatihan wirausaha seperti yang biasa dilakukan oleh bidang Ekonomi dan Kewirausahaan.
Harapannya ini tidak hanya wacana semata, sebab jika dilihat dari kegiatan yang selama ini dilakukan aktivis mahasiswa memang lebih banyak dilakukan di luar ruang kelas dan berdampak kepada masyarakat langsung, sehingga itu bisa dijadikan pertimbangan oleh civitas akademik di seluruh perguruan tinggi yang ada di Indonesia.
ADVERTISEMENT