news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Berkenalan dengan Isyroqi, Santri Tunanetra yang Hafiz Alquran

29 Oktober 2017 14:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Santri Tunanetra Hafalkan 30 juz Al- qur’an (Foto: Pesantren Darunnajah)
zoom-in-whitePerbesar
Santri Tunanetra Hafalkan 30 juz Al- qur’an (Foto: Pesantren Darunnajah)
ADVERTISEMENT
"Saya ingin mengamalkan wasiat ayah saya yang telah berpulang ke rahmatullah terlebih dahulu," ucap Isyroqi Nur Muhammad Limi'roji seorang santri penyandang tunanetra sekaligus hafiz Alquran.
ADVERTISEMENT
Usianya masih begitu belia yakni 8 tahun ketika memutuskan menjadi seorang penghafal Alquran. Keterbatasan fisik tak surutkan semangat Isyroqi mewujudkan amanah almarhum ayahnya yang telah berpulang.
Seperti disampaikan dalam siaran pers Pesantren Darunnajah Jakarta, Minggu (29/10), Isyroqi adalah salah satu peserta Musabaqoh Hifzhul Quran yang ke-3 antar pondok pesantren se-Indonesia. Isyroqi sendiri adalah santri asal pondok pesantren Bidayatul Hidayah, Mojokerto.
Musabaqoh Hifzhul Quran ini hasil kerjasama Pesantren Darunnajah dan Lembaga Pendidikan Alquran, Doha, Qatar.
Santri Tunanetra Hafalkan 30 juz Al- qur’an (Foto: Pesantren Darunnajah)
zoom-in-whitePerbesar
Santri Tunanetra Hafalkan 30 juz Al- qur’an (Foto: Pesantren Darunnajah)
“Saya mulai menghafal Alquran ketika saya berumur 8 tahun dan alhamdulilah selesai di umur 13. Saya ingin mengamalkan wasiat ayah saya yang telah berpulang ke rahmatullah terlebih dahulu. Saya ingin menjadi seorang hafiz seperti almarhum ayah saya yang juga seorang hafiz. Dulu almarhum pernah menjadi juara tahfiz di Jakarta,” kata Isyroqi.
ADVERTISEMENT
Pemuda 17 tahun yang kini duduk di bangku kelas 3 Aliyah merupakan satu di antara 426 peserta Musabaqoh Hifzhul Quran. Perjuangan santri asal Mojokerto ini bukanlah tanpa halangan, ia meneggunakan metode sima'ah dalam mendalami dan menghafal al-qur'an.
Sang ibu sangat mendukung dan terus menyemangati Isyroqi untuk terus belajar dan menghafal Alquran. Bahkan ketika rasa malas melanda, ibundanya lah yang terus memaksa Isyroqi belajar hingga menitikkan air mata.
Santri Tunanetra Hafalkan 30 juz Al- qur’an (Foto: Pesantren Darunnajah)
zoom-in-whitePerbesar
Santri Tunanetra Hafalkan 30 juz Al- qur’an (Foto: Pesantren Darunnajah)
“Ketika pertama kali saya membaca Alquran, saya harus mendengarkan ibu saya ketika beliau mendiktekan kepada saya kalimat per kalimat ayat-ayat Alquran. Saya juga menggunakan rekaman suara untuk menghafal. Ketika saya sedang malas-malasnya, ibu tetap memaksa saya untuk tetap menghafal, hingga akhirnya saya menghafalkan Alquran sambil menangis,” lanjut Isyroqi.
ADVERTISEMENT
Baginya membaca Alquran bukan soal hafal namun juga lancar serta diimbangi dengan semangat dan doa dalam menekuninya. Ia menitipkan pesan untuk para generasi muda agar terus menghafal Alquran dan jangan pernah menyerah.
“Saya berpesan agar mereka selalu bersemangat dalam menghafal Quran, jangan mudah menyerah, dan imbangi selalu antara usaha dan doa, serta usahakan bukan hanya sekedar menghafal, namun juga lancar dalam menghafalkan Alquran,” tukas Isyroqi.