Mendidik di Era Kini, agar Orang Tua dan Sekolah Kian Harmonis

Lufti Avianto
Life Story Teller // a man behind Books4Care, Auf Projects dan Kinaraya.com
Konten dari Pengguna
12 Agustus 2018 17:23 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lufti Avianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Saya kira, kita sudah tak asing dengan nasihat dari sang khalifah Ali bin Abi Thalib ra seperti di atas. Perkembangan teknologi dan informasi telah memberi dampak yang luar biasa di semua bidang, termasuk dalam bidang pendidikan, memaksa kita harus cepat belajar menjadi orang tua bijak zaman now.
Karena teknologi selalu membawa dampak dua sisi, kebaikan-keburukan, itulah sebab kita sebagai orang tua muda juga harus cepat beradaptasi dan bijak dalam memilah metode pendidikan anak yang tepat.
Ilustrasi anak belajar dan membaca. (Foto: Thinkstock)
Namun, tugas pendidikan juga harus diselaraskan dengan sekolah sebagai institusi kedua yang menanamkan nilai dan pembentukan karakter anak. Orang tua zaman now juga harus meluangkan waktu untuk mengenal lebih dekat dengan guru dan sekolah, lebih akrab sehingga tidak ada lagi penghalang untuk mendiskusikan dan mewujudkan tujuan pendidikan.
Ilustrasi anak sekolah. (Foto: Thinkstock)
Tujuannya jelas, agar orang tua dan sekolah saling merasa memiliki dan terlibat. Sebab, sekolah dan komunitas (baca: orang tua) memiliki peran strategis dalam penanaman nilai dan karakter mulia. Tapi syaratnya harus terbentuk sense of community di antara mereka.
ADVERTISEMENT
Mengapa pelibatan orang tua di sekolah penting?
Bahkan Greenwood & Hickman (dalam Gürbüztürk & Sad, 2010) menyebutkan dampak positif lainnya selain prestasi akademik, yaitu frekuensi kehadiran anak, iklim sekolah, persepsi orang tua dan anak tentang belajar di kelas, sikap dan perilaku positif anak, kesiapan anak untuk mengerjakan PR, peningkatan waktu yang dihabiskan anak bersama orang tuanya, aspirasi pendidikan, kepuasan terhadap guru, dan kesadaran anak terhadap well being.
Sementara, temuan Kotaman (dalam Gürbüztürk & Sad, 2010) menjelaskan keterlibatan orang tua yang aktif dapat memberi efek positif pada peningkatan kedisiplinan anak dan adaptasi sosial, meningkatkan kesuksesan di sekolah, dan peningkatan kehadiran di sekolah.
ADVERTISEMENT
Nah, kalau sudah sahih, tentu saja kita sebagai orang tua harus semangat dalam ‘menceburkan’ diri pada proses pendidikan di sekolah. Biar lebih kekinian dan sesuai dengan perkembangan teknologi, saya mengusulkan enam upaya pelibatan orang tua dalam pendidikan anak di sekolah:
1. Buku penghubung zaman now
com-Ilustrasi Melihat Aplikasi di Smartphone (Foto: Thinkstock)
Kalau era 1990-an dikenal ada “Buku Penghubung” yang diisi guru untuk para orang tua tentang mengkomunikasikan perkembangan anaknya di sekolah, saya kira hal itu sudah sangat bisa diadaptasi dengan teknologi.
Banyak aplikasi melalui smartphone yang memudahkan komunikasi dua arah antara orang tua, guru secara khusus dan sekolah secara umum. Bisa menggunakan blackberry messanger, whatsapp, atau telegram. Intinya, komunikasi bisa berjalan secara personal atau grup kelas yang kecil dan grup sekolah yang lebih besar, agar komunikasi bisa berjalan dengan lancar.
ADVERTISEMENT
2. Teknologi adalah kunci
Siswa ikuti ujian nasonal berbasis komputer. (Foto: ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani)
Selain sebagai sarana komunikasi, teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk aneka pembelajaran, bahkan pengawasan terhadap perkembangan anak di sekolah. Saya baca di Sahabat Kemendikbud, ada sekolah yang telah menggunakan aplikasi Google Apss for Education, yakni SMK Telkom Malang.
Sekolah ini menggunakan aplikasi GAFE untuk mendukung kolaborasi antar siswa, siswa dengan guru, guru dengan orangtua, bahkan dengan masyarakat. Contoh penggunaan GAFE, seperti untuk ulangan, pengayaan, tes di kelas bisa menggunakan fasilitas ini secara realtime. Hasil tes dan nilainya bisa diunggah ke aplikasi sehingga memudahkan dalam pembuatan raport siswa.
Bagaimana bila guru berhalangan mengajar? Itulah tujuan penggunaan teknologi: memudahkan! Guru bisa memberikan materi ajar maupun tugas ke siswa melalui aplikasi. Jadi, tidak ada alasan bagi siswa untuk tak mengerjakan tugas karena mereka terkoneksi dengan aplikasi ini.
ADVERTISEMENT
Dari sini, laporan para siswa kemudian dikirimkan melalui email kepada masing-masing orang tua. Jadi, meski orang tua tidak setiap saat bisa hadir ke sekolah, tetapi semua informasi tentang sekolah dan anak bisa diperoleh dengan mudah.
3. Kelola situs sekolah bersama.
Ilustrasi Website (Foto: Dok. Pixabay)
Zaman sekarang, hampir semua sekolah memiliki situs. Sayangnya, pengelolaannya kerap terabaikan. Entah karena alasan guru yang gaptek (gagap teknologi), keterbatasan sumber daya manusia, kesibukan mengajar yang padat, dan sebab lainnya.
Nah, kalau melibatkan orang tua, situs sekolah bisa lebih update dan meriah dengan konten yang tidak melulu didominasi oleh sekolah. Orang tua juga bisa diberikan akses untuk mengelola konten, tentu saja dengan batasan-batasan yang disepakati bersama.
4. Inovasi kegiatan sekolah.
Kegiatan CSR Navya Retail Indonesia (Foto: Dok. Navya Retail Indonesia)
Kalau selama ini kegiatan di sekolah hanya memfokuskan pada peningkatan kualitas anak didik, bolehlah rasanya satu-dua di antara belasan kegiatan tersebut dalam setahun, melibatkan orang tua dan anak sebagai objek.
ADVERTISEMENT
Saya membayangkan, sekolah memberikan giliran kepada para orang tua untuk mengisi semacam “kuliah umum” kepada peserta didik di sekolah. Bisa dalam bentuk pengenalan profesi orang tua di sekolah, atau study tour ke kantor orang tua! Kenapa tidak?
5. Optimalkan media sosial.
Ilustrasi media sosial (Foto: Pixabay)
Rasanya, hampir setiap orang tua muda memiliki media sosial. Sekolahpun sebaiknya juga memilikinya. Setidaknya pada tiga media sosial yang paling banyak digunakan saat ini, seperti facebook, twitter, dan instagram. Sebab, di zaman digital seperti sekarang, orang tua juga sudah fasih dalam mencari informasi di dunia maya.
Ini bisa dioptimalkan untuk tujuan yang positif, yaitu mengkomunikasikan kegiatan dan perkembangan pendidikan anak (kepada orang tua dan masyarakat), juga menjadi ajang promosi gratis oleh orang tua tentang sekolah anaknya.
ADVERTISEMENT
Seperti yang jamak terjadi, kalau orang tua menemani anak berkegiatan di sekolah, siapa yang paling update mengabarkan di media sosial? Tentu saja orang tua. Apalagi, kegiatan yang positif, dan photogenic atau istilah zaman now; instagramable.
6. Orientasi orang tua & kegiatan bersama.
Orang tua mengantar anak ke hari pertama sekolah. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Saya kira bukan hanya anak yang membutuhkan masa orientasi pada masa awal sekolahnya. Orang tua juga perlu mengenal lebih awal dan lebih baik personel, maupun program dan cita-cita sekolah. Dalam kegiatan ini, para orang tua bisa saling mengenal di antara mereka, juga mengenal antara guru dan orang tua.
Lalu mengapa kita tidak melakukannya?
Tentu saja, formatnya bisa diciptakan lebih informal agar keakraban cepat terjalin. Saya membayangkan format parents camp di lereng gunung untuk para ayah dan pihak sekolah (seperti karyawan, staf dan sebagainya) dan guru lelaki, dan format klasikal di sekolah untuk para ibu dan guru perempuan.
ADVERTISEMENT
Dari orientasi, kegiatan bersama lainnya bisa direalisasikan secara berkala, misal tiap semester agar para orang tua dan sekolah segera mencapai kesepahaman pola didik agar proses pembelajaran lebih mudah.
Meski zaman telah mengalami perubahan dengan cepat, tetapi semangat orang tua untuk memberikan pendidikan yang baik, dengan ikut terlibat di sekolah, tak boleh berubah. Ia harus semakin kuat diyakini oleh orang tua, guru, dan masyarakat agar proses perbaikan generasi berjalan sesuai cita-cita kita.