Menangkal Penyebaran Radikalisme Dengan Pers yang Profesional

Konten dari Pengguna
14 November 2017 15:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lutfan Dharmawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berkembangnya teknologi ternyata tak selalu membawa manfaat apabila digunakan secara tidak bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT
Kumparan dalam acara Onboarding batch 2 mengundang banyak pembicara, salah satunya Komjen Polisi Suhardi Alius yang merupakan kepala BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme), selasa (14/11).
Memang banyak manfaat yang bisa diambil dari perkembangan teknologi, tetapi bila disalahgunakan tentu akan menimbulkan dampak yang merugikan.
Menurut Komjen Suhardi, saat ini gaya baru perkembangan radikalisme datang dari media sosial.
"Radikalisme gaya baru bisa disebar luaskan dari media sosiai," ujarnya.
Bukan hanya melalui media saja, penyebaran radikalisme saat ini sudah masuk ranah pendidikan khususnya dunia kampus.
Komjen Suhardi menceritakan ada salah satu calon dekan yang akan dilantik tetapi tidak jadi karena terindikasi terafiliasi dengan terorisme.
ADVERTISEMENT
"Ada dekan baru mau dilantik terafiliasi terorism langsung di cut. Permasalahan sekarang terorisme sudah sampai ke kampus-kampus," lanjutnya.
Menurut Komjen Suhardi salah satu permasalahan yang menjadi cikal bakal Radikalisme adalah lupanya masyarakat akan budaya setempat.
"Masyarakat sekarang sudah lupa akan budayanya, maka mudah masuk budaya asing," bebernya.
Salah satu pemanfaatan perkembangan teknologi adalah dengan hadirnya media yang idealis, profesional, dan objektif dalam pemberitaan agar membantu menumpas bibit radikalisme.
"Pers harus idealis, jangan hanya mencari profit. Media jangan jadi alat politik dan propaganda yang buruk," tutupnya.