Optimisme ditengah Carut Marut Pendidikan di Indonesia

Konten dari Pengguna
14 November 2017 11:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lutfan Dharmawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berbicara mengenai Pendidikan maka yang pertama muncul dipikiran adalah tentang sekolah, belajar, hingga kerumitan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah.
ADVERTISEMENT
Banyak yang belum sadar, dalam menekuni kegiatan tersebut tentu membutuhkan banyak persiapan baik dari segi mental hingga material. Dalam acara kumparan on boarding batch 2, menghadirkan pembicara yang luar biasa yaitu Najelaa Shihab pendiri sekolah Cikal yang mengulas mengenai kondisi tersebut, selasa (14/11).
Najelaa yang concern dalam dunia Pendidikan merasa miris dengan kondisi Pendidikan di Indonesia. “Pendidikan di Indonesia itu bisa dibilang parah. Bicara akses, apakah sekarang akses Pendidikan mudah? Tingkat drop out masih tinggi, bahkan masih ada 20% anak pada tingkatan kelas 2 SD yang masih belum bisa membaca," kata Najelaa
Permasalahan tersebut kerap menjadi isu tahunan yang berulang tanpa adanya solusi konkret dalam mengatasinya. Menurut Najelaa, permasalahan utama dalam dunia Pendidikan adalah sudut pandang dalam menyelesaikan permasalahan Pendidikan.
ADVERTISEMENT
Saat ini pola pikir simplifikasi sangat menjadi dasar dalam setiap kebijakan dan peraturan yang diterapkan oleh pemerintah. Seperti dalam menilai kualitas Pendidikan hanya melalui ujian nasional saja hingga masalah akses Pendidikan dianggap bisa diselesaikan dengan dana bantuan BOS (Bantuan operasional siswa) saja tanpa melihat kondisi faktual siswa.
Menurut Najelaa hal tersebut akan menjadi simplifikasi yang sangat berbahaya. Karena permasalahan Pendidikan lebih kompleks dari hal tersebut. berbicara mengenai kesenjangan saja saat ini Pendidikan Indonesia sangat tertinggal jauh, sebagai contohnya perbandingan dengan Pendidikan di Singapura.
“Kalau berbicara kesenjangan, kita bukan lagi berbicara perbaikan tetapi akselerasi perbaikan, agar terkejar. Kita dengan Singapura saja tertinggal jauh. Kita baru bisa mengejar Singapura dalam 120 tahun kedepan, itu pun dengan asumsi singapura dengan kondisi yang sekarang," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dengan carut marutnya kondisi Pendidikan tersebut, Najelaa masih memiliki optimisme dalam akselerasi perbaikan Pendidikan, salah satunya dengan mendirikan sekolah Cikal. Sekolah ini mulai menerapkan basis penyelesaian permasalahan dengan cara yang beragam, tidak mensimplifikasikan solusi. Tentu langkah ini menjadi awal dari perubahan besar di Indonesia apabila bisa diterapkan dalam regulasi pendidikan.