Bukan Cerita Dongeng, Sleeping Beauty Juga Ada di Kehidupan Nyata

29 Mei 2017 9:25 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kleine-Levin Syndrome (KLS). (Foto: Thinkstock)
Bagi kamu pecinta cerita dongeng princess Disney, pasti mengenal sosok putri Tidur, Princess Aurora. Dalam dongeng tersebut, diceritakan jika putri Aurora terkena sebuah jarum yang membuatnya tertidur selama berhari-hari bahkan hingga puluhan tahun.
ADVERTISEMENT
Ternyata, cerita ini tak hanya ada di dunia dongeng saja, melainkan juga terjadi di kehidupan nyata. Dilansir Times of India, sindrom sleeping beauty terjadi di India.
Sindrom yang juga dikenal dengan sebutan Kleine-Levin Syndrome (KLS) ini terjadi kepada mereka yang berusia mulai dari 16 tahun. Para ahli mengatakan jika penyakit ini memang masih jarang ditemukan. Namun seorang dokter ahli saraf asal India, Dr Preeti Devnani mengatakan bahwa ia memiliki seorang pasien yang mengidap kelainan ini meskipun tingkat prevalensinya satu sampai dua kasus dari jutaan penduduk di India.
Dr Preeti menjelaskan lebih lanjut mengenai apa yang terjadi pada mereka yang mengalami kelainan ini.
"Seorang pasien KLS mungkin bisa tidur dimana saja antara dua sampai 31 hari, dan mereka juga akan mengalami salah satu dari kelainan kognitif seperti merasa dunia itu tidak nyata, kegelisahan, kebingungan, halusinasi, perilaku yang tidak normal, cepat marah, nafsu makan meningkat dan bahkan hasrat seksualitasnya meningkat," jelas Dr Preeti.
ADVERTISEMENT
Kailash Mantry, seorang ahli kesehatan mental mengatakan jika episode KLS bersifat siklis. Bila ada, gejalanya bisa bertahan bahkan selama berbulan-bulan.
"Semua aktivitas pasien akan terhenti. Kebanyakan orang dengan sindrom ini akan berbaring di tempat tidur, merasa lelah serta tidak komunikatif. Bahkan saat mereka sudah bangun. Tidak semua orang yang terkena KLS mengalami semua gejala yang terkait dengan sindrom ini," tutur Kailash.
Penderita KLS bisa tidur di mana saja. (Foto: Thinkstock)
Apa penyebab dari KLS?
Sampai saat ini belum ditemukan penyebab pastinya dari kelainan ini. Namun, spekulasi para dokter menyebutkan jika patologi penyakit ini menandakan adanya malfungsi di daerah hipotalamus dan thalamus (daerah otak) yang di mana bagian ini berfungsi sebagai pengatur pola tidur, nafsu makan dan dorongan seksual.
ADVERTISEMENT
Gejala mirip flu sering terjadi pada pasien KLS sehingga faktor penyebab autoimun digadang-gadang sebagai salah satu penyebabnya. Infeksi juga dianggap menjadi salah satu pemicu bagi orang-orang yang mempunyai kecenderungan genetik terhadap KLS. Dr Amrapali Patil, pakar kesehatan menjelaskan mengenai faktor penyebab KLS.
"Kelainan ini ditandai dengan ketidakseimbangan neurokimia hipoperfusi pada area otak tertentu dan diketahui memiliki latar belakang genetik," ujar Dr Amrapali.
"Pada awal KLS, pasien menjadi semakin mengantuk dan kemudian mereka tertidur selama berjam-jam (hypersomnolence). Kadang mereka akan terbangun hanya untuk makan atau pergi ke kamar mandi. Episode ini akan berlanjut selama berhari-hari, berminggu-minggu dan kadang sampai berbulan-bulan," lanjutnya.
Untuk mencegah kelainan ini, Dr Preeti mengatakan jika tidak ada pengobatan pasti untuk KLS. Meskipun begitu, dokter akan tetap menuliskan resep untuk meringankan gejalanya.
ADVERTISEMENT
"Stimulan bisa melawan efek hipersomnia tapi hal ini tidak mengurangi gangguan kognitif terkait," ucap Dr Preeti.
Mengingat kelainan ini masih jarang, para ahli kesehatan masih tetap melakukan uji klinis lebih lanjut untuk mengetahui penyebab KLS yang sebenarnya.