news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Suasana Hati Sering Berubah Bisa Jadi Tanda Gejala Gangguan Bipolar

30 Maret 2017 17:59 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Seminar Gangguan Bipolar VS Gaya Hidup Modern (Foto: Luthfa Nurridha/Kumparan)
Belakangan ini, aksi bunuh diri semakin banyak terjadi dalam seminggu terakhir, baik di Jakarta maupun di kota besar lainnya. Seorang pria melakukan aksi bunuh diri secara live yang direkam di akun Facebook pribadinya. Dan tak lama dari kasus ini, juga diberitakan seorang manajer JKT48 tewas akibat menggantung dirinya di toilet rumah pribadinya di bilangan Bintaro, Tangerang Selatan. 
ADVERTISEMENT
Aksi bunuh diri ini dilakukan karena banyak faktor yang bisa menyebabkan hal ini terjadi. Dan salah satu alasan utama seseorang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri adalah karena adanya gangguan bipolar di dalam dirinya.
Menanggapi hal ini, dr. Nova Riyanti Yusuf selaku ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) cabang Jakarta mengimbau pentingnya mengenali gejala gangguan bipolar, mengingat gangguan kejiwaan ini setiap tahunnya semakin banyak dialami. Dr. Nova menuturkan, tingkat gangguan bipolar lebih besar terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta karena ketatnya persaingan kerja dan besarnya tekanan serta tuntutan pekerjaan.
Dr. Agung mempresentasikan gangguan bipolar (Foto: Luthfa Nurridha/Kumparan)
Dr. A A A Agung Kusumawardhani SpKJ menambahkan, perubahan mood dengan cepat atau biasa disebut mood swing juga menjadikan seseorang mudah mengidap gangguan bipolar.
ADVERTISEMENT
"Pasien mengalami perubahan pikiran, energi, perilaku dan suasana hati yang dramatis. Mood-nya meningkat atau iritabel, menjadi mood yang sangat menurun atau depresi," tutur dr. Agung dalam seminar gangguan bipolar di Hong Kong Cafe, Jakarta Pusat, Rabu (30/3).
Ia melanjutkan, terdapat lima fase perubahan mood yang dialami oleh orang dengan gangguan bipolar, yaitu eutimik (normal), depresi, campuran, mania, hipomania. Selama periode mood eutimik (normal), terdapat risiko terjadi kekambuhan menjadi mania atau depresi, hipomania atau campuran.
"Penyakit gangguan bipolar merupakan penyakit yang bersifat kronik, serius dan sering berpotensi fatal hingga bunuh diri. Namun deteksi dini bisa cepat dilakukan terhadap mereka yang mengalami gangguan bipolar," tambah dr. Agung.
Sesi tanya jawab seminar bipolar (Foto: Luthfa Nurridha/Kumparan)
Seseorang dengan gangguan bipolar membutuhkan dukungan orang terdekat agar mereka bisa sembuh. Mereka pun bisa mencapai kehidupan yang optimal dengan cara pengobatan atau psikoterapi dan dukungan sekitar. Sebanyak 80 sampai 90 persen penderita gangguan bipolar bisa dideteksi secara cepat dan jika mendapat dukungan dari orang terdekat bisa membuat mood pasien gangguan bipolar kembali normal.
ADVERTISEMENT
"Faktor penyebab ganggua bipolar masih sulit ditemukan secara pasti. Masih bersifat dugaan bahwa gangguan bipolar disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor genetik, biologik dan psikososial," kata dokter yang yang praktik di RSCM Salemba, Jakarta Pusat ini.
Cara mudah untuk mengetahui apakah seseorang tersebut mengalami gangguan bipolar atau tidak adalah dengan cara mengetahui kebiasaan orang tersebut dan melihat kondisi mood, apakah moodnya cepat berubah atau tidak. 
Dr. Iman soal gaya hidup modern (Foto: Luthfa Nurridha/Kumparan)
Selain itu, dr. Iman Firmansyah SpKJ mengkaitkan bahwa gaya hidup modern bukan menjadi penyebab seseorang mengalami gangguan bipolar, namun menjadi pemicu gangguan tersebut bisa terjdi. 
"Mengikuti gaya hidup modern bukanlah hal yang harus dijauhi. Selama kita bisa melihat gaya hidup modern dari sisi positif dan negatifnya maka kita bisa terhindar dari arus negatif gaya hidup modern," jelas dr. Iman masih dalam acara yang sama.
ADVERTISEMENT
Dr. Iman juga menjelaskan bahwa masyarakat modern bisa dengan mudah menggunakan narkotika akibat salahnya pergaulan atau tidak memiliki teman untuk berkeluh kesah. Jika sudah mencoba barang haram tersebut, maka seseorang pun bisa terkena gangguan bipolar.
"Masyarakat modern yang hidup tanpa kawan dekat dan menyimpan masalahnya seorang diri dan tidak dapat berbagi perasaan dengan orang lain sehingga berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri bisa memicu mereka untuk mencoba barang haram atau narkoba," tambah dr. Iman.
Di penghujung acara, dr. Agung berpesan agar masyarakat bisa lebih peduli mengenai gejala tentang gangguan bipolar serta mengajak teman atau kelurga yang sekiranya mempunyai gangguan tersebut untuk langsung segera berkonsultasi dengan dokter. 
"Dukungan dari keluarga atau support system sangat penting untuk menunjang penderita gangguan bipolar bisa tetap melanjutkan hidupnya dengan optimal," ringkas dr. Agung.
ADVERTISEMENT