Konten dari Pengguna

Realitas Pandangan Sosial pada Cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga

luthfi Ibrahim
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
9 Juli 2024 16:22 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari luthfi Ibrahim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi cerpen. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cerpen. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT

Sinopsis

sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Cerpen dilarang mencintai bunga-bunga karya Kuntowijoyo, bercerita tentang seorang anak laki-laki yang baru saja pindah dari sebuah dusun sempit, yang kurang mengenal dunia luas, ke sebuah kota yang penuh dengan cara pikir baru. Mengangkat cerita kehidupan keluarga kecil sederhana, dengan ayah bekerja di sebuah bengkel.
ADVERTISEMENT
Pekerjaannya membuat dirinya sibuk hingga jarang bersosialisasi dengan warga sekitar. Berbeda dengan sosok ibu dalam cerita menggambarkan seorang wanita yang ramah lagi luwes dalam bergaul, bahwa diceritakan di mana pun dia di tempatkan mudah baginya untuk berkawan.
Cerita berfokus pada seorang anak laki-laki, tidak dijelaskan betul berapa umur nya, yang pasti dia suka bermain layangan-layang dengan teman-temannya dan memiliki rasa penasaran yang tinggi. Rasa penasarannya pada seorang kakek yang merupakan tetangga barunya, yang belum dia kenal. Seorang kakek yang senang dan merasa damai ketika melihat bunga-bunga, yang nantinya memberikan pemahaman terhadap anak laki-laki tersebut mengenai bunga-bunga dan rasa ketenangan.
Berbeda dengan ayahnya yang melarang jika seorang laki-laki gemar pada bunga-bunga. Menurut ayah nya hakikat laki-laki adalah untuk bekerja, dan bekerja, bukan untuk memandangi dan menikmati bunga-bunga.
ADVERTISEMENT

Teori Pendekatan Mimetik

Melalui cerpen tersebut banyak hal yang bisa diambil, namun tulisan ini akan berfokus pada nilai-nilai gender yang ada di dalamnya. Untuk diambil sebagai contoh dari realitas yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pendekatan unsur mimetik yang berpandangan bahwa sastra merupakan representasi dari realitas sosial budaya yang menjadi karya sastra.
Pendekatan mimetik merupakan teori Pendekatan karya sastra menurut Abrams, pandangan ini bermula pada pemikiran mengenai karya sastra yang diartikan representasi atau refleksi dari kehidupan nyata. Refleksi muncul sebab keterpaduan realitas dengan imajinasi seorang pengarang, yang nanti hasilnya adalah karya sastra.
Dalam tulisan ini melihat beberapa pandangan realitas sosial di sekitar kita yang direpresentasikan oleh tokoh kakek dan ayah dalam cerpen. Representasi dalam cerpen bisa tercermin dari tokoh dan karakter yang menggambarkan realitas pandangan sosial yang berkembang.
ADVERTISEMENT

Realitas pandangan sosial melalui tokoh dalam cerpen

Representasi dalam KBBI berarti perbuatan mewakili atau keadaan yang bersifat mewakili, jadi realitas pandangan sosial bisa diartikan pandangan yang mewakili, dalam hal ini yang mewakili adalah tokoh kakek dan ayah pada cerpen yang mewakili realita pandangan sosial dan budaya. Pada beberapa tokoh dalam cerpen memiliki karakter yang yang bisa menjadi gambaran dari realitas yang ada di sekitar kita.

1) Pandangan tokoh Kakek

Tokoh kakek yang menggambarkan seorang laki-laki yang gemar mengamati, merawat bunga-bunga. Dia juga mencerminkan ketenangan hidup seperti bunga-bunga yang mampu menenangkan sekitar. Bahwa menurut tokoh kakek kehidupan ditemukan dalam ketenangan, bukan dalam hiruk-pikuk dunia, seperti dalam kutipan berikut:
ADVERTISEMENT
Dari ketiga kutipan tersebut dapat dilihat bahwa tokoh kakek memiliki idealisme sendiri dalam menganggap bunga-bunga, yang berbeda dari kebanyakan orang. Dia tidak memandang bunga sebagai lambang perempuan atau juga lambang dari sifat feminis. Tokoh kakek melambangkan bunga sebagai bentuk ketenangan dan keteguhan batin.
ADVERTISEMENT
Gambar karakter kakek tersebut jika kita melihat realitas sosial, biasanya sikap atau karakter seperti ini dimiliki oleh agamawan, budayawan, pemikir/filsuf dan orang yang memandang suatu realitas berdasarkan bagaimana hakikatnya atau maknanya. Pandangan ini sering dianggap sebagai pandangan orang-orang yang tidak realistis atas kenyataan yang terjadi, pandangan orang-orang yang kalah terhadap realitas sehingga memandang suatu kenyataan dari segi lain (hakikat dan makna).

2) Pandangan tokoh ayah

Pandangan tokoh ayah di sini mencerminkan pandangan orang yang menerapkan sifat maskulinitas, dibuktikan dalam kutipan cerpen berikut :
ADVERTISEMENT
Dari 3 kutipan cerpen di atas menggambarkan tokoh ayah merupakan tokoh yang maskulin, dia melihat keharusan laki-laki untuk bermain di luar, tidak boleh menggemari bunga, laki-laki harus berani kotor, dan bekerja keras.
Pandang ini mencerminkan sifat maskulinitas yang ada pada laki-laki, menurutnya sifat-sifat tersebut harus ada pada laki-laki, dan menjadi pertanda kebanggaan dan kebahagiaan laki-laki yang sebenarnya. Tokoh ayah juga mencerminkan realita pada seseorang yang memiliki idealisme kuat, memandang kehidupan berdasarkan realita yang terjadi serta realistis dalam berpikir.
ADVERTISEMENT