Drama dan Kenangan Upacara Pembukaan Asian Games 2018

Lynda Ibrahim
A Jakarta-based business consultant who loves telling a tale.
Konten dari Pengguna
19 Agustus 2018 14:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lynda Ibrahim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Opening ceremony asian games 2018. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Opening ceremony asian games 2018. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pembukaan Asian Games 2018 telah berlangsung. Pesta olahraga Asia ke-18 ini dibuka pada 18 Agustus 2018 di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), di mana Asian Games ke-4 juga diresmikan pada Agustus 1962, saat Indonesia pertamakalinya menjadi tuan rumah.
ADVERTISEMENT
Dari 1.400-an atlet dari 15 cabang olahraga yang mewakili 17 negara pada tahun 1962, menjadi 11.200 atlet dari 40 cabang olahraga yang mewakili 45 negara tahun ini.
Kali ini pula Palembang menjadi tuan-rumah selain Jakarta, menandai pertama kalinya Asian Games diselenggarakan di dua kota yang berbeda. Bulutangkis baru diikutsertakan pada 1962, dan sekarang sudah menjadi salah satu tumpuan medali emas untuk Indonesia.
Dari statistik di atas saja, nyata perkembangan pesta olahraga terbesar Asia ini dan peran Indonesia di dalamnya. Tapi, semulus apa perjalanan kita menjadi tuan rumah?
Promosi kegiatan dan atlet menjelang acara kurang memadai, dan mendapatkan tiket acara pembukaan amat sulit.
ADVERTISEMENT
Penukaran tiket masuk Opening Ceremony ricuh, sampai INASGOC sebagai penyelenggara harus mengalihkan penjualan dari KiosTix ke Blibli kurang dari 48 jam sebelum opening ceremony dilaksanakan.
Setelah dalam platform Blibli pun pembelian tiket pertandingan tidak nyaman, karena selain harus mencetak surel berkode-batang untuk ditukar tiket di lokasi, jam pertandingan dan jadwal tim tidak tercantum--calon penonton hanya bisa menebak kapan harus sampai ke lokasi dan siapa yang akan ditonton.
Antrean penukaran tiket Opening Ceremony Asian Games 2018 di Pintu 7 GBK , Jakarta (17/8/18). (Foto: Andrias Ekoyuono/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Antrean penukaran tiket Opening Ceremony Asian Games 2018 di Pintu 7 GBK , Jakarta (17/8/18). (Foto: Andrias Ekoyuono/kumparan)
Bagaimana dengan hari-H opening ceremony? Jalur pemeriksaan tas melalui mesin X-Ray dan pemindaian tiket di gerbang depan tidak banyak, sementara pintu tribun stadion ditutup pada pukul 18.00 WIB, dengan jarak jalan yang lumayan di antaranya, mengakibatkan penonton berdesakan di gerbang depan karena khawatir tidak sempat masuk ke tribun. Bagusnya, saat sudah di wilayah stadion semua tertata dengan penunjuk yang memadai dan staf yang mumpuni.
ADVERTISEMENT
Bukan berarti persoalan lain tidak menanti di stadion. Penonton tidak diizinkan membawa sendiri makanan dan minuman, namun kedai yang tersedia di dalam juga tidak membantu. Selain jumlahnya sedikit, cara menjualnya tidak efisien--beraneka menu dengan harga dalam pecahan yang berbeda, mengakibatkan waktu terbuang karena pembeli sibuk memilih dan penjual sibuk mencari uang kecil.
Panitia harusnya mencontoh taktik kios makanan di perhelatan besar di luar negeri di mana kios menjual paket makanan-minuman dengan harga bulat, misal €5 atau $10, yang praktis dan efisien. Menunggu 30 menit demi sebotol air dan sepotong cemilan sungguh tidak sepadan.
Drama dan Kenangan Upacara Pembukaan Asian Games 2018 (Foto: Lynda Ibrahim)
zoom-in-whitePerbesar
Drama dan Kenangan Upacara Pembukaan Asian Games 2018 (Foto: Lynda Ibrahim)
Ketidakefisienan lain tersaksikan di toko suvenir resmi (super store) Asian Games di kawasan GBK. Bukan saja cuma ada 3 kasir untuk malam pembukaan di mana mayoritas dari 30 ribu penonton minat berbelanja suvenir, proses pembayaran pun tanpa pemindaian dengan scanner tapi manual input, dengan 1-2 benda harus melalui proses penulisan bon.
ADVERTISEMENT
Pembeli yang ingin membayar tunai agar cepat malah ditolak, karena semua harus melalui kartu debit atau kredit yang tentunya memerlukan waktu otorisasi. Bila ini dilakukan demi menghindari masalah uang kembalian, harusnya diberitahukan sejak awal.
Semalam, dalam keadaan lelah setelah menonton opening ceremony, banyak calon pembeli yang setelah sejam berdiri mengantre akhirnya gagal membeli karena baru tahu tidak bisa membayar tunai setelah sampai di depan kasir.
Drama dan Kenangan Upacara Pembukaan Asian Games 2018 (Foto: Lynda Ibrahim)
zoom-in-whitePerbesar
Drama dan Kenangan Upacara Pembukaan Asian Games 2018 (Foto: Lynda Ibrahim)
Beruntung, acara utama opening ceremony memukau dan menyenangkan. Dibuka ratusan gadis penari Saman dari Aceh yang menghentak dinamis, diselipi gurau pembawa acara dan kejutan "cara masuk" Presiden Joko Widodo yang mengingatkan pada Queen Elizabeth saat pembukaan Olimpiade London 2012, dan ditutup permainan cahaya dan kembang api yang dramatis.
ADVERTISEMENT
Penyalaan api Asian Games 2018 layak dapat pujian tersendiri, bukan hanya karena atraksi api dan mantra Kecak dari Bali yang magis, namun juga untuk cerobong berbentuk gunung api yang mewakili posisi Indonesia dalam jalur vulkanis Ring of Fire.
Fire Show di Opening Ceremony Asian Games 2018. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Fire Show di Opening Ceremony Asian Games 2018. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Satu-satunya kritik adalah dominasi konten lokal lagu berbahasa Indonesia sehingga membuat banyak penonton asing di stadion, dan tentunya pemirsa digital mancanegara, kurang bisa ikut menikmati. Namun secara keseluruhan, suguhan acara tidak mengecewakan atau memalukan.
Sebagian dari 30 ribu relawan yang berbaris di pintu keluar untuk mengucapkan terima kasih adalah pengunci rangkaian kenangan indah dari pembukaan pesta olahraga Asia yang mungkin perlu 56 tahun lagi sebelum kembali ke Indonesia.
Terlalu banyak drama menjelang pembukaan. Mari berharap agar INASGOC lekas meningkatkan profesionalitasnya agar satu-satunya drama yang ada selama penyelenggaraan sampai awal September adalah momentum atlet Indonesia merebut medali emas.
ADVERTISEMENT
Dengan Garuda di dada, pasti bisa, kan? Ayo, Indonesia! Selamat datang kembali, Asian Games kita!