Harry dan Meghan: Seberapa Mendobrak Tradisi Kerajaan Inggris?

Lynda Ibrahim
A Jakarta-based business consultant who loves telling a tale.
Konten dari Pengguna
20 Mei 2018 9:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lynda Ibrahim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Royal Wedding Harry & Meghan (Foto: Dominic Lipinski/REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Royal Wedding Harry & Meghan (Foto: Dominic Lipinski/REUTERS)
ADVERTISEMENT
London, Januari 1936. Pangeran Edward dinobatkan sebagai Raja Edward VIII menggantikan ayahnya, Raja George V, yang baru saja wafat. Namun Inggris resah, karena raja baru yang lajang ini tengah kasmaran dengan wanita yang dianggap tak layak sebagai calon ratu Inggris Raya.
ADVERTISEMENT
Wallis Simpson adalah seorang sosialita warganegara Amerika, tanpa darah biru Eropa. Ia pun masih berstatus menikah-- pernikahan kedua, bahkan, karena pernikahan pertamanya berujung perceraian.
Sitegang berkepanjangan antara Raja Edward VIII dengan keluarganya berakhir pada Desember 1936 saat Edward akhirnya mengundurkan diri sebagai raja. Wallis menceraikan suami keduanya, Edward menikahi Wallis, dan keduanya hidup di luar Inggris dengan gelar Duke dan Duchess of Windsor.
Adik Edward naik sebagai Raja George VI. Ia tidak lain adalah ayah dari Ratu Elizabeth II, ratu Inggris sekarang. Pemirsa film The King's Speech (2010) pasti ingat kisah ini.
Keluarga Kerajaan Inggris (Foto: Johnny Eggitt/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Keluarga Kerajaan Inggris (Foto: Johnny Eggitt/AFP)
Sampai 1980-an, keluarga Kerajaan Inggris masih amat konservatif. Lady Diana Spencer yang "dijodohkan" dengan Pangeran Charles adalah gadis bangsawan polos berusia 19 tahun yang tidak pernah kuliah. Pangeran Andrew sempat pacaran dengan bintang film, Koo Stark, dan mati-matian ditentang keluarga. Namun setelah badai perceraian yang menimpa 3 dari 4 anak Ratu Elizabeth pada akhir 1990-an, wafatnya Diana, ditambah menguatnya semangat anti-monarki, keluarga kerajaan Inggris sadar mereka perlu mengubah citra.
ADVERTISEMENT
Tahun 2011 Pangeran William menikahi Kate Middleton, mantan teman kuliah yang datang dari keluarga pengusaha kelas menengah. Ibu Kate bahkan bekerja sebagai pramugari di masa mudanya. Ternyata publik amat menyenangi sosok Kate yang dianggap elegan namun membumi sebagai pendamping calon raja modern. Beberapa bulan kemudian anak Putri Anne menikahi olahragawan.
Pangeran William, Kate, dan Anak Ketiga Mereka. (Foto: AFP/Daniel Leal)
zoom-in-whitePerbesar
Pangeran William, Kate, dan Anak Ketiga Mereka. (Foto: AFP/Daniel Leal)
Minggu ini, 82 tahun setelah Raja Edward VIII mundur demi cinta, cucu Ratu Elizabeth II menikahi bukan saja wanita Amerika yang berstatus janda cerai dan datang dari dunia hiburan, tapi juga berdarah campuran dari orangtua yang sudah berpisah. Dunia memang telah berubah.
Seberapa jauh Meghan Markle, lulusan universitas bergengsi Northwestern yang lumayan vokal terhadap isu kesetaraan gender di Hollywood, akan lebih jauh mendobrak tradisi?
ADVERTISEMENT
Segera setelah pengumuman pertunangan, walau belum menikah, Meghan menemani Harry dalam tugas resmi dan perayaan Natal bersama Ratu-- sesuatu yang tidak pernah diijinkan sebelumnya, bahkan untuk Kate. Ini bisa diartikan sebagai restu penuh Kerajaan, selain kebutuhan Kerajaan atas figur segar yang universal pasca Brexit yang muram.
Pesta pernikahannya sendiri adalah ajang perubahan. Harry dan Meghan meminta tamu untuk berdonasi ke badan amal terpilih sebagai ganti kado pernikahan. Undangan banyak menyertakan kaum minoritas.
Protokol kerajaan mengharuskan hanya ayah mempelai wanita yang mengantar ke gereja, namun Meghan berhasil melobi agar ibunya, mantan pramugari yang menjadi guru yoga, untuk menemani dalam mobil, sebagai bentuk penghargaan pada ibunya yang membesarkan Meghan sendiri.
ADVERTISEMENT
Saat ayah Meghan batal hadir, setelah drama publik yang cukup memalukan, Meghan berjalan ke altar sendiri sebelum disambut Pangeran Charles, yang secara teknis calon mertua, di tengah St George's Chapel. Koor dan siraman rohani pemberkatan pernikahan banyak mengikutsertakan elemen Amerika-Afrika, termasuk Pendeta Mike Curry yang letupan ceramahnya sempat membuat banyak hadirin asli Inggris geli dan terperanjat.
Pangeran Harry dan Meghan Markle. (Foto: AFP/Daniel Leal)
zoom-in-whitePerbesar
Pangeran Harry dan Meghan Markle. (Foto: AFP/Daniel Leal)
Akankah pendobrakan tradisi berlanjut setelah pesta pernikahan? Bisa jadi, mengingat Pangeran Harry dikenal sebagai pemberontak. Namun dugaan yang sama pernah disematkan pada Pangeran Andrew sang pemberontak saat menikahi Sarah Ferguson yang berjiwa bebas, dan bukan saja mereka gagal mereformasi Kerajaan, pernikahan mereka pun akhirnya kandas. Yang jelas, Meghan mengisyaratkan pensiun dari layar kaca (Grace Kelly, dengan Monaco yang tidak sekompleks Inggris Raya, pun gagal kembali ke Hollywood).
ADVERTISEMENT
Di luar urusan gaya mode, pilihan isu aktivisme atau badan amal yang jadi penanda apakah Meghan, sebagai Her Royal Highness Duchess of Sussex yang baru, akan membawa angin reformasi. Diana menepis stigma HIV dan memperjuangkan pengangkatan ranjau darat. Kate memilih mendukung isu kesehatan mental bagi ibu muda. Beranikah Meghan bicara soal ras atau hak LGBT, misalnya?
Sambil menunggu, mari kita ucapkan selamat kepada Harry dan Meghan atas pernikahan mereka. Paling tidak, minggu ini, langkah kecil perombakan tradisi sudah ditunaikan.