Kala Tata Rias dan Rambut Tak Lagi di Balik Panggung

Lynda Ibrahim
A Jakarta-based business consultant who loves telling a tale.
Konten dari Pengguna
13 November 2018 12:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lynda Ibrahim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
YSL Beauty Hotel Jakarta (Foto: YSL Beauty)
zoom-in-whitePerbesar
YSL Beauty Hotel Jakarta (Foto: YSL Beauty)
ADVERTISEMENT
Selama berdekade sejak pagelaran busana modern dilakukan, berbagai rupa tim bekerja keras di balik panggung, jauh dari sorotan, demi suksesnya pagelaran. Salah satu tim yang karyanya melengkapi keseluruhan tampilan model adalah tata rias wajah dan tata rambut.
ADVERTISEMENT
Walau penunjang, penataan rias dan rambut bukan perkara sederhana yang bisa diabaikan. Ada alasan mengapa panduan tata rias dan tata rambut untuk pagelaran busana dinamakan moodboard, karena memang mengarahkan emosi estetika tampilan mode yang diangankan perancang mode. Moodboard yang sesuai tergantung pada kepiawaian penata rias dan penata rambut, yang bekerja berjam-jam di belakang panggung sebelum model pertama berjalan di atas runway.
Namun jaman telah pesat berubah. Inovasi kosmetika dan produk rambut beberapa tahun ini telah mendorong minat besar dari berbagai tipe demografi, termasuk yang tidak sehari-hari hidup dalam keglamoran. Tutorial video cara merawat kulit, membubuhkan kosmetika atau memanipulasi rambut yang dilakukan "orang biasa" amat laku, sampai banyak di antaranya yang kemudian disponsori merek-merek besar.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan perkembangan ini, tata rias dan tata rambut mulai keluar dari belakang panggung dan menjadi suguhan utama. Sudah bertahun-tahun L'Oreal Profesionnel memilih Jakarta Fashion Week (JFW) sebagai forum untuk mempromosikan cat rambut teranyarnya, mengawinkan warna-warna cat tersebut ke dalam koleksi beberapa desainer lokal. Berkebalikan dengan pagelaran JFW lainnya, bintang acara adalah penataan rambut live, sementara mode adalah elemen pelengkap.
Tahun ini, beberapa warna berpantulan dingin dan bernuansa ungu-marun dalam seri Parisian Cool Bayalage dipadankan dengan koleksi berwarna netral kaya serat tenunan dari Natalia Kiantoro dan Soe Jakarta. Beberapa sesi penataan, kadang termasuk pemotongan, rambut, menjadi suguhan utama yang menyedot perhatian undangan yang hampir semuanya adalah penata rambut ahli dari salon-salon mitra L'Oreal. Langkah bisnis yang cukup jitu--pemberitaan media menyokong pemasaran ke publik, mitra salon terundang langsung terpapar produk baru dan siap berjualan.
Make Over MUA HUNT 2018 (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Make Over MUA HUNT 2018 (Foto: Istimewa)
Tata rias pun tahun ini melenggang sebagai suguhan utama dalam Make up Artist Hunt 2018 yang diselenggarakan oleh Makeover, salah satu merek kosmetika di bawah payung besar grup lokal Wardah. Penata rias (make up artis, kadang disingkat MUA) adalah salah satu profesi kreatif yang paling diminati saat ini, di mana mulai dari mahasiswa sampai ibu-ibu rumah tangga dan pekerja kantor berlomba belajar pembubuhan kosmetika secara profesional kepada MUA ternama. Banyak MUA profesional bisa mendapat penghidupan bagus dari klien tetap seperti sosialita yang merasa harus tampil maksimal setiap saat.
Dhirman Putra, Stephanie Lie, Marlene Hariman, Philipe Kurnia (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Dhirman Putra, Stephanie Lie, Marlene Hariman, Philipe Kurnia (Foto: Istimewa)
Dari 600 peserta tahun lalu 1000 MUA ikut berlomba tahun ini, dengan 20 finalis terpilih untuk memamerkan polesan tangannya pada media dan publik dalam sesi live pada JFW ke-11 baru-baru ini. Sesuatu yang menarik terlihat saat sesi live, di mana sebagian MUA finalis tampak sadar branding pribadi dan tidak segan nyaris bersaing dengan model di sisinya. Kesadaran berpromosi diri tidak salah, terutama dalam profesi yang sedang menjulang, selama kemampuan dan perilaku profesional menyertai proses kerja di lapangan yang penuh tantangan.
ADVERTISEMENT
Mengutip pernyataan terbuka salah satu pemenang MUA Hunt 2017 di final tahun ini, pada akhirnya pagelaran busana adalah kolaborasi banyak profesi yang membutuhkan kemauan untuk sadar posisi dan sudi belajar lebih tinggi. Pernyataan ini jujur, berlaku untuk semua profesi dan patut diresapi oleh pemenang berbagai kompetisi di era swa-promosi ini.
YSL Le Chushion Encre De Peau Collector 2018 (Foto: Dok.YSL Beauty)
zoom-in-whitePerbesar
YSL Le Chushion Encre De Peau Collector 2018 (Foto: Dok.YSL Beauty)
Selain kosmetika lokal, merek kosmetika global juga sadar akan meroketnya minat konsumen akan tata rias profesional sebagai gaya hidup. YSL Beauty, lini kosmetika rumah mode ternama Yves Saint Laurent, membawa YSL Beauty Hotel minggu lalu ke Jakarta, setelah menggelar proyek yang sama di berbagai metropolitan dunia.
Dirancang dengan kosmetika YSL sebagai inspirasi utama, instalasi interaktif ini mengambil bentuk kamar-kamar hotel dengan tampilan bak rock suite sarat kemuraman atau bordello penuh kebinalan. Pengunjung antusias berinteraksi, dan banyak yang akhirnya membeli. Cukup besar porsi pengunjung milenial yang mungkin saat ini belum menjadi pangsa pasar utama YSL Beauty, mengingat harga lipstik dan maskaranya yang nyaris setengah juta rupiah, namun unggahan media sosial mereka menciptakan promosi dan aspirasi untuk pangsa pasar masa depan.
YSL Beauty Hotel Jakarta (Foto: Gina Yustika Dimara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
YSL Beauty Hotel Jakarta (Foto: Gina Yustika Dimara/kumparan)
Menarik untuk diamati bagaimana investasi jangka panjang ini nantinya akan berbuah, namun yang jelas, saat ini, tata rias dan tata rambut sungguh 'tralala'.
ADVERTISEMENT