Kate Spade dan Kesehatan Mental

Lynda Ibrahim
A Jakarta-based business consultant who loves telling a tale.
Konten dari Pengguna
6 Juni 2018 16:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lynda Ibrahim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kate Spade (Foto: Instagram @marekzinskicorporation)
zoom-in-whitePerbesar
Kate Spade (Foto: Instagram @marekzinskicorporation)
ADVERTISEMENT
Sepasang mahasiswa bekerja paruh-waktu di sebuah toko pakaian di kota kecil Tempe, dekat kampus mereka, Arizona State University. Seiring waktu mereka mulai berpacaran. Setelah lulus pada tahun 1985, sang wanita pindah ke New York untuk bekerja pada majalah Mademoiselle.
ADVERTISEMENT
Sang pria menyusul, dan lalu, setelah melihat sang perempuan kerap dipuji karena pilihan tasnya yang murah namun bergaya, mendorong sang pacar untuk merancang tas sendiri.
Nama mereka adalah Andy Spade dan Kate Brosnahan. Brand yang didirikan pada tahun 1993 dari tabungan bersama dan investasi seorang teman dinamai Kate Spade New York. Kate dan Andy menikah beberapa tahun kemudian.
Kate Spade New York cepat menjadi favorit di papan tengah produk aksesoris kulit. Garis desainnya sederhana, gayanya muda, warnanya cerah, dan harganya relatif terjangkau untuk pasar Amerika Serikat-- ribuan perempuan membelinya sebagai tas kerja pertama. Kate Spade kemudian merambah ke sepatu, baju, alat tulis, perlengkapan ranjang, dan pecah-belah.
Demi tambahan modal pasangan Spade menjual 56% saham perusahaan pada tahun 1999 kepada Neiman Marcus Group. Tahun 2005, setelah Kate melahirkan pada usia 42, pasangan Spade menjual sisa saham mereka, yang lalu dibeli seluruhnya oleh Liz Claiborne Inc. Tahun lalu Coach Inc mengakuisisi brand dan bisnis Kate Spade New York senilai USD 2.4 miliar.
ADVERTISEMENT
Setelah istirahat beberapa tahun, Kate dan Andy memulai brand Frances Valentine, seperti nama putri tunggal mereka. Dari luar, semua terlihat lancar. Publik antusias menunggu gebrakan baru pasangan Spade.
Namun pada 5 Juni 2018 Kate Spade ditemukan tewas bunuh diri di kediaman keluarga, meninggalkan suami dan putri remaja. Dunia mode tersentak.
Reaksi publik pertama yang keluar, mirip saat pesohor lain bunuh diri, adalah betapa kekayaan dan kesuksesan tidak menjamin kebahagiaan. Banyak yang bahkan menghujat, menuduh korban gagal bersyukur, egois, atau lupa pada Tuhan. Terlalu banyak publik yang belum sadar bahwa bunuh diri adalah muara dari penyakit mental yang tidak tersembuhkan.
Penyakit mental adalah sebuah fakta, dan jenisnya banyak. Ini bukan sekadar sedih dan kecewa yang umum dialami kita semua. Penyakit mental adalah sebuah kondisi klinis yang dipengaruhi faktor psikologi, lingkungan, genetik, dan kadang ketidakseimbangan kimiawi tubuh.
ADVERTISEMENT
Orang sering santai berujar "I am depressed" untuk menggambarkan emosi sesaat, namun Major Depressive Disorder (MDD) adalah gejala penyakit dengan metode diagnosa dan pengobatan medis resmi.
The Oxford Handbook of Depression and Comorbidity (2014) menyebutkan 2-7% orang dewasa penderita MDD akhirnya bunuh diri, sedang 60% korban bunuh diri pernah terdiagnosa salah satu bentuk mood disorder.
Badan Pusat Statistika Indonesia mencatat 812 kasus bunuh diri pada 2015, berdasarkan laporan Kepolisian. Yang tidak dilaporkan diperkirakan jauh lebih banyak; tahun 2012 saja WHO sudah mengestimasi angka bunuh diri Indonesia mendekati 10000 kasus.
Bagaimana mendeteksi penyakit mental? Ada institusi medis dan support group yang mencantumkan gejala penyakit mental pada situs mereka, namun diagnosa, dan pengobatan tetap harus datang dari konsultasi langsung dengan dokter jiwa (psychiatrist).
ADVERTISEMENT
Stigma atas penyakit mental di Indonesia masih kuat, membuat penderita enggan terbuka dan semakin merasa hilang harapan. Suicide hotline Kementerian Kesehatan yang disiapkan tahun 2010 terpaksa ditutup 2014 karena sepinya pengguna, dan akhirnya tahun lalu diarahkan ke nomor darurat 119 yang sekaligus berfungsi sebagai penghubung ke rumah sakit.
***
Jika membutuhkan sarana lain untuk konsultasi langsung dengan praktisi medis kejiwaan, ada Sanatorium Dharmawangsa di Jakarta (021-7394484) atau RS Jiwa Marzoeki Mahdi di Bogor (0251-8310611).
Untuk pendukungan moral, ada organisasi nirlaba seperti Save Yourselves (saveyourselves.org), Into the Light ([email protected]), Get Happy (get-happy.org), Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia, dan Indonesia Mental Health Care Foundation. Semua memiliki akses media sosial juga (Redaksi).
ADVERTISEMENT
***
Bagaimana bila teman atau keluarga menunjukkan gejala penyakit mental? Dengarkan tanpa menertawakan, menghakimi atau malah menakut-nakuti. Buat penderita merasa nyaman bercerita.
Berikutnya, carikan bantuan medis kejiwaan untuk penanganan yang aman dan profesional. Menganjurkan mendekatkan diri pada Tuhan itu baik, namun selalu ingat bahwa yang dihadapi adalah sebuah penyakit. Penyakit perlu penyembuhan medis.
Memang tidak mudah mendampingi penderita penyakit mental, sebagaimana cerita kakak Kate Spade kepada media massa. Bertahun-tahun sang kakak dan Andy membujuk Kate untuk dirawat, namun Kate khawatir merusak citra brand modenya yang gembira dan tanpa beban.
Bila seseorang sesukses Kate Spade bisa memilih tidak dirawat ketimbang beresiko dihujat, bayangkan rasa yang berkecamuk dalam pikiran penderita yang hidupnya biasa-biasa saja.
ADVERTISEMENT
Apakah setelah terdiagnosa penyakit mental lalu hidup akan sia-sia? Tidak. Banyak orang berpenyakit mental dalam pengobatan yang hidup dan berprestasi.
Salah satunya adalah Yayoi Kusama, seniman kontemporer Jepang yang sejak 1977 secara sukarela dirawat di sanatorium. Buktinya, pada usia 89 tahun sekarang, Yayoi tetap produktif, menggunakan kondisinya sebagai pemicu karya.
Stigma tidak pernah menolong siapa-siapa. Jangan malu memeriksakan diri Anda. Jangan juga main minum obat penenang. Bantu diri atau orang lain mencari tenaga medis kejiwaan profesional. Karena bila terlambat, yang tersisa hanya air mata dari yang ditinggalkan.
May you finally find your peace, Kate Spade.