Pesta Demokrasi Dalam Bingkai Seni Kontemporer
Konten dari Pengguna
31 Juli 2019 20:10 WIB
Tulisan dari Lynda Ibrahim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Yogyakarta sudah lama dikenal sebagai kota seni dan budaya. Rumah dari tahta Mangkubumi dan Pakualaman, Yogyakarta, ini adalah pemangku budaya tradisional Jawa selain Solo di Jawa Tengah. Kota di mana Institut Seni Indonesia (ISI) bertempat, Yogyakarta adalah penempa bibit-bibit seniman kontemporer Nusantara.
ADVERTISEMENT
Tahun ini Sangkring Art Space memenuhi galerinya dengan berbagai karya yang menyentil isu kekuasaan dan pesta demokrasi yang baru saja berlalu. Alit Ambara, Yuswantoro Adi, dan Wayan Cahya bermain dengan alat dan simbol komunikasi politik.
Pande Ketut Taman dan Albertho Wanma menampilkan pergulatan manusia dengan kekuasaan melalui patung-patungnya. Bagi yang ingin mengintip romansa dan seksualitas, abstraksi Putu Sastra Wibawa dan Iwan Yusuf ini menggelitik untuk disambangi.
Langgeng Art Foundation (LAF) kali ini menjadi ajang peluncuran buku 'Majapahit Milenia' dari penulis dan mantan jurnalis kawakan, Bre Redana. Di bawah sinar mentari pagi, sederet seniman, perancang busana, hingga sosialita bergantian membacakan petikan sang novelis anyar itu.
ADVERTISEMENT
Dibangun dengan kerangka lompatan waktu enam abad sejak abad ke-15 , novel ini dilengkapi dengan ilustrasi candi-candi peninggalan Majapahit dari seniman senior Putu Sutawijaya yang bisa dinikmati langsung di lantai dasar LAF. Satu lantai di bawahnya, pameran tunggal perupa Dedy Shofianto menampilkan sederetan karya bersifat mekanis yang bisa menimbulkan sensasi menenangkan bagi pemirsanya.
Jogja Gallery di Alun-alun Utara Keraton seperti biasa, mendedikasikan seluruh selasarnya bagi komunitas seni Sakato. Awalnya, galeri ini dibentuk oleh perupa-perupa muda lulusan ISI yang berasal dari Sumatera Barat, dengan sebutan komunitas Sakato.
Sakato telah melahirkan seniman muda menjanjikan seperti Erianto, Iabadiou Piko, dan Erizal AS-- yang kini sedang menggelar pameran tunggal yang mengesankan di Gajah Gallery--. Tahun ini, Sakato memilih menampilkan generasi terbarunya; beberapa karya imajinasi nakal dari Ipan, Ade Jaslil Putra, dan Agung Santosa ini tentunya layak anda saksikan.
Last but definitely not least, Srisasanti Syndicate. Berlokasi tidak jauh dari kawasan budaya Prawirotaman, kedua lantai galeri berbentuk mirip rumah ini dipenuhi berbagai karya terkini mulai dari nama besar seni kontemporer seperti Heri Dono dan Eddie Hara sampai Muklay, talenta muda yang sedang naik daun melalui sederet kolaborasi mengusung budaya pop. Ruangan bertirai gelap berisikan karya-karya Galam Zulkifli ini menyajikan pengalaman tersendiri saat manipulasi cahaya didemonstrasikan petugas galeri.
Satu kota, kaya akan sejarah, dibanjiri oleh karya. Sampai akhir Agustus 2019 nanti, pesta seni kontemporer merajai seantero Yogyakarta. Selamat menyaksikan!
ADVERTISEMENT