news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Tertangkap Mata di Art Jakarta 2018

Lynda Ibrahim
A Jakarta-based business consultant who loves telling a tale.
Konten dari Pengguna
3 Agustus 2018 15:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lynda Ibrahim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Art Jakarta 2017 (Foto: Instagram @artjakarta)
zoom-in-whitePerbesar
Art Jakarta 2017 (Foto: Instagram @artjakarta)
ADVERTISEMENT
Mengunjungi art fair merupakan kesenangan tersendiri karena beragam karya seni yang terwakili oleh berbagai galeri peserta. Tergantung pada tingkat dan arah kurasi penyelenggara, kadang bisa ditemui tema besar dari sebuah art fair. Kalaupun tidak, akan selalu ada karya yang memikat.
ADVERTISEMENT
Art Jakarta 2018 pekan ini menginjak tahun kesepuluh. Pernah dikenal sebagai Bravacasa Art dan Bazaar Art, saat ini Art Jakarta adalah art fair seni kontemporer terbesar dan terlama yang berlangsung di Jakarta, diikuti oleh berbagai galeri dengan afiliasi internasional yang mewakili seniman dari berbagai kebangsaan dengan arahan seni yang cukup beragam. Beberapa tertangkap mata saya pada malam pembukaan.
Sepuluh karya seniman ternama seperti Heri Dono, Kemalezedine, dan Syagini Ratna Wulan terpilih sebagai simbol perayaan tahun ke-10, menghias selasar tersendiri di sisi kanan dari pintu masuk utama Ballroom Ritz Carlton Pacific Place Jakarta.
Karya Syagini Ratna Wulan di Art Jakarta 2018. (Foto: Dok: Lynda Ibrahim)
zoom-in-whitePerbesar
Karya Syagini Ratna Wulan di Art Jakarta 2018. (Foto: Dok: Lynda Ibrahim)
Syagini konsisten bermain dengan cahaya seperti sebelumnya di Artjog 2018, Kemalezedine mengerahkan seluruh keliaran warna dan guratannya dalam panel raksasa yang membentang di empat bidang, Heri Dono menampilkan serial kritik sosial yang salahsatunya ditujukan pada Donald Trump dalam karakter yang kebetulan sekilas mirip Petruk nan sok tahu dalam kisah pewayangan Jawa.
ADVERTISEMENT
Di selasar kanan pengunjung juga bisa menikmati karya seni dalam bentuk karpet dari seniman muda berbakat seperti Hendra Hehe, Dwi Antono Roby dan Darbotz. Selaras dengan menguatnya tren wearable art beberapa tahun ini, karpet adalah medium seni kontemporer yang sedang digemari (Eddie Hara, seniman senior street art Indonesia, menampilkan dua karpet menarik dalam pameran tunggalnya akhir tahun lalu). Manusia urban makin praktis dan kediamannya menyempit; wearable atau functional art kian menjadi pilihan menarik.
Dalam ruang pamer utama pengunjung dengan minat karya klasik bisa menjumpai beberapa karya seniman legendaris Indonesia abad ke-20 seperti Afandi dan Srihadi Soedarsono. Karena semua karya ini berkelas museum yang umumnya hanya terjangkau oleh kolektor serius, Galeri Art Agenda adalah kesempatan emas untuk menikmati karya-karya ini secara langsung.
Karya Sakinah Alatas di Art Jakarta 2018. (Foto: Dok: Lynda Ibrahim)
zoom-in-whitePerbesar
Karya Sakinah Alatas di Art Jakarta 2018. (Foto: Dok: Lynda Ibrahim)
Terus mendukung kerja kreatif, BEKRAF memilih 53 karya dari 37 perupa muda untuk dikedepankan melalui program Art Unlimited. Karya dari nama-nama menjanjikan seperti Bonggal Hutagulung, Aurora Arrazzi, Wulang Sunu dan Sakinah Alatas dapat diapresiasi pada galeri BEKRAF tahun ini.
ADVERTISEMENT
Perupa-perupa yang sudah berkibar seperti Antonio Sinaga, Citra Sasmita, Cucu Ruchyat, Iabadiou Piko, I Ketut Sugantika, Iwan Effendi (Papermoon Puppet), Ronald Apriyan dan Ruth "Utay-utay" tersebar di beberapa galeri bereputasi baik.
Karya Citra Sasmita di Art Jakarta 2018. (Foto: Dok: Lynda Ibrahim)
zoom-in-whitePerbesar
Karya Citra Sasmita di Art Jakarta 2018. (Foto: Dok: Lynda Ibrahim)
Piko, yang karyanya memenuhi Hotel Monopoli Jakarta, dan Citra, yang karyanya terpilih sebagai salahsatu kandidat Painting of the Year dari UOB, mengolah isu dualisme keindahan dan kebuasan alam dalam dua karya yang amat berbeda sifatnya.
Ronald Apriyan konsisten dengan lukisan figuratif hewan-hewannya sebagaimana Iwan Effendi (Papermoon Puppet) dengan boneka-bonekanya dan Cucu Ruchyat dengan karakter-karakter tambunnya yang berdansa ceria.
Karya I Ketut Sugantika di Art Jakarta 2018. (Foto: Dok: Lynda Ibrahim)
zoom-in-whitePerbesar
Karya I Ketut Sugantika di Art Jakarta 2018. (Foto: Dok: Lynda Ibrahim)
I Ketut Sugantika mengambil risiko kreatif dengan menggunakan kanvas sebagai "alas" dan materi tiga dimensi dalam tiga panel vertikal dengan komposisi warna menarik yang cukup menyedot minat pengunjung di Gudang Gambar.
Karya Ruth Marbun di Art Jakarta 2018. (Foto: Dok: Clear Gallery Tokyo)
zoom-in-whitePerbesar
Karya Ruth Marbun di Art Jakarta 2018. (Foto: Dok: Clear Gallery Tokyo)
Dari sisi galeri, Clear Gallery Tokyo juga mengambil resiko kreatif dengan berinvestasi dalam karya berukuran besar dari Ruth "Utay-utay" Marbun yang selama ini dikenal dengan karya dalam skala kecil-- perjudian yang nampaknya akan berbuah manis dilihat dari minat pengunjung pada malam pembukaan.
ADVERTISEMENT
Persilangan menarik juga ditemukan dalam keikutsertaannya insan kreatif dari disiplin berbeda. Auguste Soesastro, desainer mode dengan pendidikan formal arsitektur dan mode adibusana, menampilkan karya dalam medium kain linen.
Karya Rinaldy Yunardy di Art Jakarta 2018. (Foto: Dok: Lynda Ibrahim)
zoom-in-whitePerbesar
Karya Rinaldy Yunardy di Art Jakarta 2018. (Foto: Dok: Lynda Ibrahim)
Desainer aksesoris Rinaldy "Yung-yung" Yunardi yang mahkotanya baru saja dikenakan Madonna dalam Met Gala 2018, menampilkan kepiawaian kriyanya dalam beragam hiasan kepala dan busana yang berefek mencengangkan.
Masih banyak karya, termasuk dari perupa asing, yang bisa dinikmati dalam Art Jakarta yang berlangsung sampai Minggu 5 Agustus 2018. Seniman Kolombia Fernando Botero, yang termasuk mendapatkan pengaruh dari Diego Rivera, terwakili dengan baik di ujung ruang pamer utama. Perupa Osamu Watanabe dengan karya yang menyerupai icing kue dan Park Sung Sik dengan pahatan tiga dimensi dalam lukisan menggelitik sensasi tersendiri.
Karya Osamu Watanabe di Art Jakarta 2018. (Foto: Dok: Lynda Ibrahim)
zoom-in-whitePerbesar
Karya Osamu Watanabe di Art Jakarta 2018. (Foto: Dok: Lynda Ibrahim)
Zorikto Dorzhiev kembali hadir di Jakarta dengan lebih banyak karya bernapaskan kehidupan savana Mongolia, sementara Shyama Nadimpalli yang mencuri perhatian tahun lalu dengan serial lukisan penari whirling dervish kembali dengan seri penari India.
ADVERTISEMENT
Selamat menyantap suguhan seni kontemporer minggu ini, warga Jakarta, dan selamat untuk dasawarsa pertamanya, Art Jakarta.