3 Nilai Utama Pemandu Kitabisa.com

M Alfatih Timur  Co-Founder dan CEO Kitabisa
Co-Founder dan CEO Kitabisa.com
Konten dari Pengguna
28 November 2018 15:51 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Alfatih Timur Co-Founder dan CEO Kitabisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lukisan kiriman salah satu pengguna situs Kitabisa, Gatot Wijoyo. (Foto: Dok: Istimewa)
Awal pekan November lalu, sebuah lukisan besar datang ke kantor Kitabisa.
ADVERTISEMENT
Pengirim lukisan itu adalah Gatot Wijoyo, seorang pelukis yang juga salah satu pengguna situs Kitabisa. September 2017 silam, ia dan istri (Ulfah) menggunakan Kitabisa untuk menggalang dana biaya persalinan putra mereka, Alfattieh namanya.
Saat itu, Alfattieh tak disangka-sangka lahir secara prematur, sehingga mereka bergegas mencari rumah sakit swasta. Biaya persalinan yang jauh melebihi perencanaan membuat mereka berinisiatif galang dana melalui kitabisa.com/bantualfattieh. Ternyata, dalam waktu kurang dari 7 hari, ada 222 #orangbaik yang berdonasi dan mengumpulkan Rp. 61.284.058 agar Alfattieh bisa keluar dari rumah sakit.
Donasi untuk Alfattieh agar bisa keluar dari rumah sakit. (Foto: Dok: Istimewa)
“Lukisan ini adalah kontribusi saya untuk Kitabisa. Semoga jadi penyemangat untuk para “avengers” di Kitabisa agar tidak berhenti menjadi baik,” kata Gatot Wijoyo, pelukis dan ayah dek Fattieh.
ADVERTISEMENT
Kisah dan ekspresi dari Gatot di atas beserta jutaan pengguna lainnya selalu menjadi mata air semangat kami selama lima tahun membangun Kitabisa.
Agar bisa tumbuh dengan optimal, kami juga dipandu oleh beberapa values berikut:
Believe in the "why"
Kami percaya ada dua waktu yang paling penting bagi setiap manusia. Pertama, ketika ia dilahirkan; kedua, ketika ia tahu kenapa ia dilahirkan. Kini, lukisan di atas menjadi salah satu simbol pengingat kami tentang kenapa kita dilahirkan dan kenapa kita bangun pagi untuk berangkat ke kantor. Sebagai social crowdfunding platform, ini yang kami yakini sebagai values pertama Kitabisa: believe in the “why”.
Customer obsessiveness
Kami percaya feedback is a gift dan hadiah yang paling berharga adalah yang datangnya dari customer. Untuk bisa secara terus menerus diberi hadiah oleh customer, kita perlu dekat dan terobsesi dengan mereka. Bentuk obsesi tersebut mulai dari disiplin melihat data behaviour customer, menganalisa pertanyaan dan complaint, hingga bertemu dan bicara langsung.
ADVERTISEMENT
Salah satu keputusan Kitabisa untuk fokus ke kategori medis juga lahir setelah berkali-kali kunjungan ke rumah sakit dan bertemu user. Hanya dengan dekat dan menyatu dengan customer, maka kita bisa yakin bahwa produk yang kita buat benar-benar dibutuhkan.
Product-market fit istilah startup-nya.
Total donasi terkumpul di kitabisa dari tahun ke tahun. (Foto: Istimewa)
Merasa “Bodoh”
Di dunia social/impact driven enterpise, sangat sedikit contoh yang bisa ditiru. Di sisi lain, ada begitu banyak masalah sosial yang perlu solusi-solusi inovatif. Selayaknya Elon musk yang menciptakan fiksi-fiksi baru di dunia science (contoh: SpaceX), kita juga harus berani memunculkan fiksi-fiksi baru di dunia sosial. Social fiction kata Muhammad Yunus, pemenang hadiah nobel perdamaian.
Untuk menciptakan social fiction tersebut, eksperimen dan kegagalan adalah teman terbaik. Kitabisa hari ini adalah hasil eksperimentasi dari berbagai asumsi-asumsi bodoh masa lalu. Dan hanya dengan menjadi bodoh, kami berani mencoba hal baru, lalu gagal, dan akhirnya belajar. Seperti kata CTO kami yang cerewet mengingatkan “Its damn okay, to make mistake!
ADVERTISEMENT