Bertualang bersama Tiket.com

Konten dari Pengguna
14 Januari 2018 23:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Khoirul Anwar KH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bertualang bersama Tiket.com
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Pernahkah Anda melakukan misi perjalanan dengan bea yang serba pas-pasan? Sudahkah Anda mengalami beban berat untuk menjumpai orang di tengah telikung waktu yang serba cepat? Sebagian jurnalis, akan menjawabnya: iya. Bahkan mungkin kerap. Sebagian yang lain, dengan alasan tertentu, juga mungkin pernah mengalaminya.
ADVERTISEMENT
Saya bukan jurnalis. Atau lebih tepatnya mungkin mantan jurnalis. Pengalaman sebagai jurnalis beberapa tahun lalu begitu membekas sehingga sampai detik ini secara berkala saya masih kerap melakukan reportase lapangan mengenai topik apapun yang berkelebat di pikiran. Hasil reportase itu nantinya saya unggah ke blog pribadi.
Sedikit ganjil memang. Apalagi kegiatan ini sama sekali tak mendatangkan benefit finansial apapun. Bahkan saya ragu apakah ada yang membaca hasil reportaseku atau tidak. Sebab saya sadar betul bahwa diri ini bukan blogger masyhur yang tiap hari laman-nya dikunjungi ratusan bahkan ribuan orang. Tapi, mau bagaimana lagi? Apakah kita bisa menghukumi sebuah hobi?
Setidaknya gambaran itulah yang membuatku beberapa waktu lalu berniat pergi ke Yogya. Tujuan petualangan reportaseku saat itu adalah bercengkrama dengan penulis-penulis idola. Yang masuk dalam bidikan saat itu adalah: Irwan Bajang dan Arman Dhani. Mengapa mereka berdua?
ADVERTISEMENT
Setiap orang pasti memiliki preferensi subjektif terhadap idolanya. Yang demikian begitu sukar untuk diartikulasikan. Tapi setidaknya ada dua kata kunci yang membuat mengapa dua penulis muda itu layak dijadikan rujukan. Pertama, stamina berkarya. Kedua, berani beda.
Siapa orang yang tak kenal Arman Dhani? Seleb-tweet yang satu ini sudah malang-melintang di jagat sosial media negeri ini. Rasanya, isu besar apapun yang tengah menghinggapi Ibu Pertiwi, Arman Dhani akan selalu berada di garda depan untuk menjadi komentator yang brilian sekaligus slengean. Ia punya stamina di atas rata-rata untuk berdebat dengan siapa saja. Dari intelektual organik, intelektual akademik, hingga pseudo intelektual berani ia lawan.
Tak hanya omong. Dhani juga begitu piawai merangkai argumen dalam deretan kata. Nyaris seluruh portal opini digital dalam negeri pernah disinggahi oleh alumni Universitas Jember ini. Bahkan, salah satu bukunya yang berjudul Dari Twitwar ke Twitwar khusus mendokumentasikan kiprah perkelahian intelektualitas Dhani di jagat maya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan Irwan Bajang? Pemuda asal Lombok ini memang tak segigantis Dhani. Ia cenderung tertib, klimis, dan ritmis. Penampilannya kerap necis –jauh dari urakanisme yang kerap melanda para penulis. Tapi satu yang membuat orang wajib kagum padanya: ketekunan bersimbah di lembah literasi.
Ia merupakan pendiri Indie Book Corner yang fenomal. Satu lini penerbitan indie yang berhasil melahirkan banyak penulis-penulis beken. Bajang juga menggagas Independent School yang berupa sekolah gratis bagi siapa saja yang ingin menekuni dunia dunyi tulis-menulis. Bahkan berkat kiprah yang terakhir ini, Bajang diganjar penghargaan bergengsi.
Alasan-alasan di atas sepertinya lebih dari cukup untuk menggerakkanku pergi ke Yogya demi menimba inspirasi pada dua penulis muda itu. Karenanya pertengahan Desember tahun kemarin, saya bulatkan tekad pergi ke Yogya.
ADVERTISEMENT
###
Karena di kota tempatku lahir dan menetap belum ada bandara, maka tentu pilihan moda transportasi sisanya hanya ada tiga: kereta, mobil, atau bersepeda motor. Saya memilih kereta karena di samping lebih cepat, kereta juga memiliki ruang untuk selonjoran yang cukup signifikan. Selain itu, pengeluaran tiket untuk kereta maupun mobil secara nominal sebenarnya tak jauh beda. Beberapa pertimbangan inilah yang membuatku memutuskan naik kereta.
Tak perlu berpikir lama, saya pun memesan tiket kereta melalui situs agen travel online Tiket.com. Mengapa di antara begitu banyaknya jasa agen travel online saya memilih Tiket.com?
Sebab Tiket.com merupakan partner online nomor wahid PT. Kereta Api Indonesia (KAI) yang sah. Kemitraannya bahkan sudah berumur lima tahun lebih. Jadi tak perlu ada asumsi maupun kekhawatiran timbulnya pelayanan yang mengecewakan. Ibarat melamar seorang gadis, saya tentu lebih memilih jasa-jasa orang terdekat sang gadis yang paling terpercaya.
ADVERTISEMENT
Bayangkan, tiap hari tak kurang dari 17.000 pencarian tiket kereta api yang hilir mudik di situs online ini. Bahkan pernah dalam waktu bersamaan grafik pencarian tiket mencapai angka hingga 45.000 lebih. Tapi insiden ini tidak menyebabkan situs Tiket.com lumpuh. Ia tetap bugar dan sehat walafiat. Itulah alasan mengapa di tahun 2016 PT. Global Tiket Network yang menaungi Tiket.com diganjar penghargaan Platinum dari PT. KAI untuk kategori online sales.
Di samping mitra nomor wahid, cara pemesanan tiketnya juga cukup mudah. Untuk kereta api, langkah pertama adalah mencari rute perjalanan yang hendak ditempuh. Kemudian pilih jadwal/waktu pemberangkatan kereta api. Selanjutnya isi form data diri detail penumpang. Jika Anda ingin memilih kursi yang nyaman sesuai selera, silakan klik item pilih kursi. Ketika semuanya sudah oke, tinggal lakukan pembayaran melalui kanal-kanal yang tersedia. Gampang kan?
ADVERTISEMENT
Yang juga menarik dari Tiket.com adalah program-program promo yang tak terduga. Oleh sebab itu, alangkah baiknya jika sebelum memesan, cek dulu kolom promo yang tertera di bagian kanan atas. Barangkali saja, ada promo tertentu untuk pengalaman perjalanan Anda. Program ini secara khusus tentu sangat membantu untuk petualang kere macam saya.
Selain itu, setidaknya ada empat alasan lain mengapa para petualang musti berlabuh ke Tiket.com. Pertama, Tiket.com merupakan agen travel yang memiliki fitur paling lengkap dalam jasa pemesanan tiket pesawat, hotel, kereta api, sewa mobil dan entertainment. Kedua, melayani pemesanan dalam waktu 24 jam non-stop. Ketiga, jasa pembayarannya juga lebih aman dan mudah. Terakhir, pelanggan juga akan mendapat penawaran hemat melalui program TIX point. Keren kan?
ADVERTISEMENT
Intinya: agen travel online yang satu ini senantiasa siap melayani #TiketKemanapun untuk siapapun.
###
Setelah memesan tiket via Tiket.com, dengan bekal seadanya hari Sabtu (09/12) saya pun melaju ke Yogya. Dengan Irwan Bajang kita sudah bersepakat akan bertemu Senin (11/12). Rencananya hari minggu di Yogya akan saya gunakan untuk berselancar menuju kios-kios buku murah, Senin kongkow-kongkow dengan penulis idola, Selasa atau paling telat Rabu kembali pulang ke rumah. Sebab estimasi perbekalan diperkirakan hanya cukup untuk tiga hari. Jadi mau tak mau saya musti seketat mungkin mengatur rencana perjalanan.
Tapi rencana tinggal rencana. Hari Senin, pendiri Indie Book Corner itu tak bisa dihubungi sama sekali. Baru menjelang Selasa dinihari, ada pesan masuk: “Halo bro. Maaf baru balas. Td saya seharian di warung. Belum sempat buka hape. Besok masih di jogja kan? Besok jumpa ya?”, demikian keterangan Bajang.
ADVERTISEMENT
Maka satu hari itupun berlalu dengan kebingungan. Sementara perbekalan sangat terbatas. Bagaimana jika nanti kehabisan ongkos untuk pulang? Tapi bukankah salah satu nikmat perjalanan justru terjadi saat kita menjumpai tantangan-tantangan yang tak terpikirkan? Karena itu, saya pun berhenti khawatir dan mengeluh. Saya coba mengalir dan menikmati tiap inci waktu di kota Panembahan Senopati ini. Mencoba membunuh waktu dengan menyusuri pasar buku murah di Taman Budaya maupun Sosial Agency. Bukan untuk beli, melainkan untuk menghibur diri sendiri.
Selasa sore pengarang Kepulangan Kelima itu baru bisa ditemui di sebuah kedai kulinernya yang baru. Pantas saja agak susah dikontak. Rupanya Bajang tengah sibuk berjibaku menyiapkan segala sesuatu untuk kedai makanan yang baru saja ia buka. Dari sini saya justru merasa bersalah sekaligus takjub. Merasa bersalah karena sedikit banyak kehadiran saya pasti akan merenggut waktunya. Takjub lantaran di tengah kesibukan itu ia masih mau menyisihkan waktu untuk bertemu dengan orang yang bahkan baru ia kenal melalui sosial media.
ADVERTISEMENT
Tentu kesempatan berharga ini takkan kulewatkan begitu saja. Dalam perbincangan selama satu jam lebih itu Bajang membahas banyak hal mengenai hulu hingga hilir dunia perbukuan. Mulai dari kegiatan literasi di Yogya, iklim penerbitan buku Indie, pergeseran tren pasar buku konvensional, hingga persiapan menyongsong era buku-buku digital. Kesan yang saya tangkap saat itu, pemuda Lombok yang satu ini di samping produktif berkarya, ia juga begitu murah hati untuk berbagi ilmu pada siapa saja.
Bertualang bersama Tiket.com (1)
zoom-in-whitePerbesar
Menjelang maghrib saya undur diri. Mencoba menghubungi Arman Dhani untuk membuat janji. Untuk mengawali, saya berbasa-basi dengan mengajaknya ngopi. Tapi ajakan itu tak berbalas. Ia hanya sempat membalas sapa saja. Kendati demikian, saya tetap berbaik sangka. Pengalaman berjumpa Dhani beberapa tahun silam, membuatku paham bahwa Dhani sebenarnya tipikal pemuda yang begitu baik, perasa, dan peduli. Mungkin saat itu Dhani tengah khusyuk menyiapkan debut novel pertamanya yang sebentar lagi rilis.
ADVERTISEMENT
Esok harinya, karena bekal yang kian menipis, saya pun kembali mengakses Tiket.com untuk memesan tiket kereta pulang. Tapi nahas, tiket untuk kembali ke Cirebon baru tersedia di lima hari berikutnya.
Tak apa. Kendati perjalanan pulang tak memakai jasa Tiket.com, setidaknya keberangkatan kali ini merupakan perjalanan terbaik yang saya alami. Sebab dari sekian banyak petualangan reportase yang pernah saya lakukan, baru di perjalanan kali ini saya berhasil menghasilkan satu reportase yang lumayan panjang perihal geliat buku indie di pentas perbukuan nasional.
Itu setitik pengalaman saya. Bagaimana dengan pengalaman Anda?