news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Transformasi Teknologi Generasi Milenial

M Lukman Leksono
Dosen bahasa Indonesia di Institut Teknologi Telkom Purwokerto Penggiat Literasi Digital Banyumas
Konten dari Pengguna
3 Juni 2021 15:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Lukman Leksono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi foto: pixabay.com/Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi foto: pixabay.com/Pexels.
ADVERTISEMENT
Transformasi generasi milenial terjadi sejak wabah pandemi ini melanda satu tahun silam, mayoritas generasi ini sangat tergantung pada peralatan berteknologi canggih dan produk-produk sehat cepat saji dalam mengarungi lautan virus COVID-19. Ruang pergaulan dan gaya hidup pun semakin berubah dengan terbatasnya ruang gerak dan ekspresi, ruang publik, serta ruang bercengkrama. Di sisi lain, roda perekonomian kita harus tetap berputar agar bisa survive di tengah-tengah peperangan masa pandemi ini. Oleh karena itu, kita wajib memerlukan generasi-generasi muda milenial yang memilki intelektual tinggi, adaptif, kreatif, dan inovatif, serta penuh daya saing tinggi.
Foto:Transformasi Generasi Unggul (Al ghazali)/https://unsplash.com/photos/vpTr0KN4vdY
Namun dalam meramu generasi-generasi milenial muda ini, perlu diingat juga bahwa semakin canggih teknologi dan semakin tinggi intelektual seseorang bisa memicu konflik horizontal yang tinggi pula. Bahkan bisa sampai ke titik kejahatan yang bersifat kasat mata atau disebut cyber crime. Selain itu, kejahatan lain yang marak terjadi sekarang, seperti penyebaran berita fitnah atau hoaks di media sosial, propaganda, penipuan, dan teror dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, semuanya termasuk dalam tindak kejahatan kriminal.
ADVERTISEMENT
Motif kejahatan-kejahatan yang para pelaku lakukan mayoritas semata-mata karena adanya kebutuhan hidup dan persaingan yang tinggi di masa pandemi.
Melihat peristiwa-peristiwa tersebut, sebaiknya kita perlu melakukan transformasi akhlak pada generasi-generasi muda, peningkatan sumber daya manusia, dan pelestarian budaya pendidikan karakter bangsa.
Sedini mungkin kita bisa mempersiapkan langkah transformasi akhlak generasi-generasi milenial yang unggul dan benar-benar dibutuhkan serta diwujudkan di masa depan. Berikut ini penjelasan singkat tentang transformasi akhlak generasi unggul yang seharusnya kita miliki di masa yang akan datang, yaitu,
Pertama, generasi milenial berjiwa kompetitif yang unggul harus diwujudkan sekarang adalah orang yang mau bersaing dan mengubah dirinya menjadi personal branding. Konsep personal branding adalah cara memproses perubahan diri kalian yang unik dan berbeda dari yang lain, bukan saja menjadi yang terbaik maupun terpintar namun ada nilai kelebihan yang khas. Membangun personal branding untuk generasi unggul kita pastinya perlu proses belajar yang cukup lama. Belajar adaptasi yang berat untuk menyesuaikan harapan perusahaan atau industri terhadap kemampuan diri. Apalagi saat seseorang baru saja lulus dari perguruan tinggi. Hal ini membuat dirinya banyak belajar secara mandiri dalam menghadapi masalah yang belum ia pelajari sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Personal Branding bisa dilakukan di dunia nyata maupun di dunia maya. Salah satu contoh figur personal branding di dunia nyata yaitu pembuat pesawat dan mantan presiden kita, yaitu Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng dan seorang pengusaha sukses, mantan Menko Perekonomian Indonesia, Bos CT Corp yang dikenal dengan “Si Anak Singkong”, yaitu Prof. drg. Chairul Tanjung, M.B.A. Beliau berdua merupakan salah satu generasi yang patut kita jadikan teladan dalam berkarya dan bersaing di dalam negeri ataupun di luar negeri. Beliau berdua selain cerdas bertransformasi dalam berteknologi, juga memilki transformasi akhlak yang low profile.
Ada pepatah mengatakan “seperti ilmu padi, semakin berisi semakin menunduk”, artinya semakin tinggi keilmuan dan intelektual seseorang, semakin rendah hatinya dan tidak sombong. Selain personal branding di dunia nyata, ternyata personal branding di dunia maya tak kalah penting. Konsultan Senior Korn Ferry Indonesia Yanuar Kurniawan (Alumni Accounting-IUP 2006) menjelaskan bahwa aspek media sosial saat ini sangat menjadi pertimbangan bagi para perekrut generasi unggul di setiap perusahaan atau industri. Salah dalam melakukan personal branding di dunia maya bisa merusak citra diri di dunia nyata. Salah satu cara agar kita bisa menjadi personal branding di dunia maya yaitu jadilah seorang youtuber, selebgram, dan lain sebagainya. Jenis pekerjaan ini akan meningkatkan mutu sumber daya manusia kita agar lebih kompetitif dan adaptif.
ADVERTISEMENT
Kedua, generasi milenial kreatif dan inovatif dalam bidang teknologi digital pendidikan perlu diwujudkan untuk Indonesia, yaitu seseorang yang memiliki ide atau gagasan dalam membuat sistem atau penemuan aplikasi terbaru setiap saat. Hal ini ditujukan untuk percepatan kualitas pendidikan yang merata dan efisien.
Salah satu cara belajar menjadi generasi milenial unggul yang kreatif dan inovatif adalah dengan cara pembinaan sumber daya manusia secara berkesinambungan melalui re skiling dan up skiling untuk angkatan kerja kita. Tujuannya adalah untuk mencapai standar kompetitif nasional yang baik. SDM yang inovatif dan kreatif akan menumbuhkan selera berkarya dan daya intelligent yang tinggi. Sehingga karya-karya inovatif untuk pembaharuan teknologi dan kemajuan Indonesia bisa tercapai.
Ketiga, generasi milenial berpendidikan karakter dan berintegritas pancasila yang harus diwujudkan dan dibudayakan oleh generasi kita, yaitu generasi yang humanis dan religius serta berbudi pekerti luhur sesuai nilai-nilai pancasila. Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Jokowi saat memimpin rapat terbatas penyampaian program dan kegiatan di bidang PMK, 31 Oktober 2019 silam di Kantor Kepresidenan. Beliau mengatakan harus ada perubahan kurikulum pendidikan bermuatan budi pekerti, sopan santun, dan pendidikan moral Pancasila.
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi menginginkan reformasi besar-besaran di kementerian pendidikan dan kebudayaan dalam hal kurikulum yang fleksibel tidak kaku sesuai perubahan ilmu pengetahuan dunia. Cara menumbuhkan karakter seseorang yaitu, mereka harus melalui tahapan pendidikan formal dan non formal. Menurut tokoh pendidikan karakter, yaitu Thomas Lickona (1991), pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti. Pendidikan karakter (character education) sangat erat hubungannya dengan pendidikan moral yang memiliki tujuan yaitu untuk membentuk dan melatih kemampuan individu secara terus-menerus guna penyempurnaan diri ke arah hidup yang lebih baik.
M. Lukman Leksono, Dosen Bahasa Indonesia Institut Teknologi Telkom Purwokerto dan Penggiat Literasi Banyumas
ADVERTISEMENT