Varian Hepatitis Akut: Apakah Ekonomi Akan Lesu Lagi?

Miftahun Nur
Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Malang
Konten dari Pengguna
14 Mei 2022 12:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Miftahun Nur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto oleh Miftah
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh Miftah
ADVERTISEMENT
Pada 21 April 2022 World Health Organization (WHO) melaporkan setidaknya 169 kasus hepatitis akut misterius yang sumbernya masih ditanyakan, telah menyebar di 11 negara di Wilayah Eropa. Negara-negara tersebut yakni Kerajaan Inggris Raya, Spanyol, Israel, Norwegia, Prancis, Romania, Belgia, Amerika Serikat, Denmark, Irlandia, Belanda, Italia. Wilayah dengan jumkah korban terbanyak dan paling sedikit adalah wilayah Kerajaan Inggris Raya dan Romania dengan jumlah korban sebanyak 114 dan 1 orang.
ADVERTISEMENT
Hepatitis akut merupakan penyakit yang menyerang hati disebabkan oleh peningkatan kadar enzim ASAT dengan volume lebih dari 500 internasional unit per liter. Kebanyakan anak di usia 1 - 16 tahun lebih rentan terkena virus hepatitis akut misterius, dan kebanyakan 10% dari korban yang terpapar harus melakukan transplantasi hati. Adapun gejala klinis sementara adalah nyeri perut, diare, dan muntah dalam kebanyakan kasus, tidak disertai gejala demam (WHO).
Di Indonesia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan surat edaran nomor: HK.02.02/C/2515/2022 tentang himbauan kewaspadaan terkait munculnya virus hepatitis akut misterius . Dari isi himbauan tersebut ditujukan kepada pihak-pihak terkait untuk melakukan tindakan pencegahan terkait lahirnya virus hepatitis akut misterius. Lalu timbul pertanyaan apakah virus hepatitis misterius ini akan menjadikan ekonomi Indonesia lesu lagi? dengan pertimbangan Instruksi Mendagri Nomor 24 Tahun 2022 dan Inmendagri Nomor 25 Tahun 2022 tentang perpanjangan masa PPKM dan desas-desus peningkatan PPKM level 4 menjadi indikasi bahwa keadaan masih belum baik dan masih dalam tahap pemulihan.
ADVERTISEMENT
Kita menilik perkembangan ekonomi Indonesia sebelum munculnya virus hepatitis akut misterius yakni ketika puncak pandemi akibat covid-19 pada pertengahan tahun 2019-2020. Sektor-sektor penunjang pertumbuhan ekonomi mengalami guncangan hebat, banyak sektor-sektor yang tidak bisa survive menghadapai badai gelombang pandemi, kebanyakan mereka memilih untuk menutup daripada menanggung beban yang berat. Misalnya pada sektor industri dimana sebanyak 88% industri di Indonesia mengalami kerugian akibat output produksi yang dihasilkan kurang maksimal (Kemnaker).
Untuk mengurangi biaya dan menjaga kesehatan keuangan perusahaan, dengan keadaan terpaksa perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja, akibatnya banyak masyarakat yang menganggur terutama bagi angkatan kerja lulusan baru, tercatat pengangguran tumbuh 7.07% atau sekitar ada 9.77 juta orang menganggur akibat pandemi (BPS).
ADVERTISEMENT
Selain itu pada sektor pariwisata, secara keseluruhan jumlah wisatawan yang masuk ke Indonesia pada tahun 2020 hanya berkisar 4.052 juta. Bisa dibilang angka ini sangat mengkhawatirkan, karena totalnya hanya sekitar 25% dari jumlah wisatawan yang masuk ke Indonesia pada awal tahun 2019, hal ini didukung dengan kebijakan pemerintah dengan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mengakibatkan moblisasi masyarakat untuk keluar masuk wilayah diatur sangat ketat.
Adanya pembatasan sosial secara masif dan penutupan akses mengakibatkan penurunan pendapatan nasional dari pariwisata sebesar Rp 20,7 miliar. Parahnya lagi, turunnya wisatawan secara langsung berdampak pada tingkat hunian hotel di Indonesia. Tingkat hunian dari Januari hingga Februari tetap pada 49,17% dan 49,22%. Namun, itu 32,24% di bulan Maret dan semakin memburuk hingga April di 12,67% (Kementerian Keuangan). Selain itu bagi masyarakat lokal yang mengandalkan mata pencaharian melalui sektor wisata juga terdampak, akibatnya banyak mereka yang menjadi pengangguran baru akibat tidak adanya kunjungan dari wisatawan lokal.
ADVERTISEMENT
Masih banyak sektor ekonomi yang terdampak akibat pandemi, secara kumulatif sektor-sektor tersebut akan mempengaruhi pendapatan nasional secara langsung, dimana secara kumulatif pendapatan nasional turun sebanyak 312.8 triliun atau sebesar 15.9 persen. Penerimaan negara itu diperoleh melalui beberapa sektor unggulan yakni sektor pajak dan non pajak dengan masing-masing sebesar Rp 1.285,1 T dan Rp 343,8 T serta dana hibah Rp 18,8 T. Sementara itu, realisasi belanja negara pada APBN tahun 2020 sebesar Rp2.595,4 T atau 94,7% di alokasikan pada pemerintah pusat dan daerah dengan masing-masing sebesar Rp1.832,9 T dan Rp 762,5 T.
Melihat dampak yang disebabkan pandemi virus sebelumnya menjadi guncangan perekonomian Indonesia, adanya virus hepatitis akut misterius tidak menutup kemungkinan akan berimbas kedua kalinya bagi perekonomian Indonesia. Keadaan ini akan terjadi apabila status dari virus ini menjadi pandemi dan menjangkit hampir seluruh dunia, sehingga kebijakan pembatasan sosial yang diterapkan secara tidak langsung akan mempengaruhi perekonomian suatu negara.
ADVERTISEMENT
Sebagai dampak preventif dalam menghadapi penyebaran virus hepatitis akut misterius dapat dimulai dari diri sendiri yaitu dengan tetap memakai masker, mencuci tangan ketika setelah beraktivitas di luar rumah, menjaga makanan tetap higienis dan menjaga lingkungan tetap bersih. Namun jika mengalami gejala hepatitis akut misterius hendaknya segera dibawa ke klinik kesehatan terdekat agar segera mendapat pertolongan.