Tradisi Senioritas dan Hilangnya Eksistensi Mahasiswa

Mahasiswa Riau
Mahasiswariau.com merupakan wadah informasi yang di ciptakan untuk kalangan mahasiswa yang berani berisik di ruang publik.
Konten dari Pengguna
24 Februari 2018 8:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mahasiswa Riau tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mahasiswariau.com - Senioritas merupakan kata yang tak asing lagi ditelinga mahasiswa, terlebih bagi mahasiswa yang baru menginjakkan kaki di kampus. Bahkan mereka merasakan langsung seperti apa itu senioritas. Memang dikalangan mahasiswa ada yang disebut sebagai senior dan ada pula yang disebut sebagai junior. Sebagai seorang senior, mahasiswa tersebut identik dengan penokohan akan identitasnya, baik itu pola pikirnya, sifatnya, hingga idealismenya.
ADVERTISEMENT
Hal yang berbeda dirasakan sebagai seorang junior, mereka diharapakan mampu untuk menyerap beragam nasehat hingga pemikiran dari seniornya. Katanya, nasehat dan pemikiran tersebut berguna agar mereka pantas dan layak menyandang status sebagai seorang mahasiswa.
Selain itu, beragam permasalahan di dalam kampus pun diungkap oleh sang senior, hal tersebut bertujuan agar juniornya dapat memahami bahwa kampus sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja, bahkan jika kajiannya lebih luas mereka dapat mengatakan bahwa negarapun sedang dalam masalah.
Disinilah nalar kritis seorang junior dibentuk untuk memberikan argumentasinya dihadapan para senior, dan momentum dimana para senior menanggapi argumentasi juniornya. umumnya hal ini dilakukan dengan menikmati secangkir kopi, yang telah menjadi bagian dari kehidupan mahasiswa.
Senioritas yang telah menjadi tradisi
ADVERTISEMENT
Senioritas telah menjadi tradisi turun temurun dikalangan mahasiswa. Pada realitasnya, ada strata yang terbangun secara formal di dalam kampus. Strata tersebut memiliki indikator yang berbeda-beda pula. Ada mahasiswa yang mendapatkan gelar senior hanya karena ia terlebih dahulu menginjakkan kaki dikampus. Namun ada pula yang lebih dari itu, selain ia terlebih dahulu masuk dalam kampus ia juga memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas dibandingkan juniornya.
Sebagai seorang junior silahkan Anda menilai apa indikator mereka dikatakan senior, jika hanya karena terlebih dahulu masuk kampus lalu dikatakan “senior”, lebih baik Anda tidak memiliki senior.Mengapa demikian, karena idealnya proses kaderisasi dikalangan mahasiswa harus meletakkan nilai-nilai intektualitas yang melekat pada mahasiswa itu sendiri. Jika hal tersebut tidak nampak, maka esensi mahasiswa tersebut dipertanyakan.
ADVERTISEMENT
Lantas apa yang ingin diwariskan oleh sang senior pada juniornya? Kesombongan, keangkuhan, atau “dendam masa lalu”, silahkan kalian menilai sendiri. Sedikit mengutip, bahwa Baruch De Spinoza pernah mengatakan, “Apa yang kalian sebut sebagai kebenaran? Kesesatan yang berabad-abad usianya. Apa itu kesesatan? Kebenaran yang dialami hanya semenit.
Hilangnya eksistensi mahasiswa
Eksistensi atau keberadaan mahasiswa sangat penting bagi suatu negara, karena mahasiswa adalah generasi penerus bangsa. Selain itu mahasiswa dapat menjadi penyalur aspirasi rakyat, serta mengawal kebijakan-kebijakan pemerintah agar membawa kemaslahatan bagi rakyat.
Sejarah Indonesia mencatat bahwa peran mahasiswa sangat berpengaruh dalam perjalanan kepemerintahan di Indonesia, dari awal kemerdekaan Indonesia hinga penggulingan rezim Soeharto pada tahun 1998, Semua dengan gerakan mahasiswa. Tentunya kita tidak ingin terlelap dalam kejayaan masa lalu, karena seharusnya kejayaan tersebut menjadi motivasi bagi mahasiswa masa kini untuk tetap berada pada barisan perjuangan.
ADVERTISEMENT
Indonesia Sebagai suatu negara tentunya tak luput dari masalah, maka dari itu mahasiswa hadir sebagai golongan yang dapat memberikan solusi konkret bagi keresahan rakyat. Namun, melihat kondisi sekarang, dengan mudah kita akan menebak bahwa persepsi masyarakat terhadap mahasiswa cenderung negatif.
Aksi-aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa hanya terkesan seperti ceremony dan terkadang hal tersebut meresahkan rakyat. Ini tentunya jauh dari harapan, dimana mahasiswa yang membela rakyat dengan aspirasi yang diperjuangkan, malah mendapat antipati dari raktyat itu sendiri. Jika bukan untuk rakyat, Lantas untuk siapakah mahasiswa berjuang?
Hal tersebut boleh jadi karena mahasiswa sekarang telah jauh dari tradisi-tradisinya, Seperti membaca, berdiskusi, dan menulis. Sehingga wacana-wacana yang diangkat terkesan momentum, serta pola penyampaian aspirasi yang monoton.
ADVERTISEMENT
Celakanya apabila ketika senior tak mampu menjadi patron dalam mendorong pengembangan tradisi-tradisi ilmiah tersebut, dan mewariskan keangkuhan, kesombongan, atau bahkan sifat anarkisme pada junior-juniornya. Hal ini dapat menyebabkan  hilangnya eksistensi mahasiswa karena esensinya tidak terpenuhi. Saya pernah mendengar suatu ungkapan bahwa, “Teori tanpa praktek adalah omong kosong, praktek tanpa teori adalah anarkis.
Apa yang harus dilakukan?
Sudah saatnya relasi yang terbangun antara senior dan junior itu kembali berlandaskan pada tradisi-tradisi mahasiswa, seperti membaca, diskusi, dan menulis. Karena proses kaderisasi yang ideal bagi mahasiswa adalah kegiatan-kegitan yang identik dengan mahasiswa itu sendiri. Sebagai seorang senior, mereka tentunya memiliki tanggung jawab dalam memperkenalkan dunia kampus beserta tradisi-tradisinya yang menunjang, agar mahasiswa tersebut menjadi kritis serta memiliki jiwa yang revolusioner.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, sebagai seorang junior, kalian dituntut untuk kritis terhadap senior. kritis terhadap pemikiran, sifat, terlebih tindakannya. Setiap mahasiswa harus mampu membangun nalar atas tindakannya, tak perlu ragu akan argumentasi yang tidak sempurna.
Mengutip apa yang di ungkapkan sorang filsuf terkenal Sokrates, “Argumentasi yang tak sempurna lebih mulia dari pada tak punya dalil sama sekali dalam membenarkan tindakannya.” Dengan demikian, upaya dalam mengembalikan eksistensi mahasiswa dapat dimulai dari tradisi senioritas yang sehat, yang berlandaskan nilai-nilai ideal mahasiswa serta tindakan yang dapat dipertanggungjawabakan kebenarannya.