Ayo, Main Bola Kalau Berani! (5)
14 Maret 2021 17:09 WIB
·
waktu baca 7 menitKami tak harus mengalami hal memalukan itu pada masa-masa berikutnya. Tidak di koridor, tidak pula di halaman. Ketika kami jadi murid-murid kelas 3 MI, kami menguasai setiap permainan di halaman. Selalu sulit bersaing dengan anak-anak yang lebih besar, namun kami hanya butuh menunggu sebentar untuk menjadi penguasa halaman sekolah itu sepenuhnya, tak selama yang kami kira.
Sekolah kecil kami tak memiliki banyak murid, dan lebih sedikit lagi murid laki-laki. Dalam setiap kelas, paling banyak ada enam murid laki-laki. Dari enam murid, seiring waktu, biasanya hanya tersisa separonya saja yang suka sepak bola , dengan satu hingga dua dari mereka berkemampuan cukup baik atau sekadar bisa menyepaknya.
Kenyataan ini menjadi berkah untuk kami. Kami enam murid laki-laki dari 14 siswa kelas 3, dan kami semua menyukai sepak bola dan bisa bermain bola. Kami segera tampak menonjol di antara kelas-kelas lainnya. Dalam pertandingan-pertandingan antarkelas tak resmi, selain selalu menang melawan adik-adik kelas, kami tak jarang membabat tim kelas 5 atau bahkan kelas 6. Dominasi kami makin kentara pada satu kompetisi sepak bola antarmadrasah, dalam sebuah pekan pramuka sekecamatan. Waktu itu kami jadi bagian inti tim yang membawa sekolah kami ke pertandingan final. Kami gagal menjadi juara setelah kalah dari Madrasah Ibtidaiyah Jatianyar, sebuah tim yang terdiri dari bocah-bocah yang kakak dan bapaknya berpuluh-puluh kali menjuarai kompetisi sepak bola antardesa di kecamatan ini.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814