Buruk dan Sia-sia (26)
8 Agustus 2021 18:23 WIB
·
waktu baca 10 menit“Bayar sewa kamar dan biaya makanmu. Kamu tak numpang di rumah itu. Kamu sewa!” sergah kakakku di telepon, ketika kuceritakan apa yang terjadi di rumah Keluarga Soleh dan bertanya apa yang mesti kulakukan.
Tapi aku bahkan tak tahu berapa aku harus membayar. Aku tak pernah bertanya sebelumnya, dan setelah sebulan di sana aku merasa tak enak jika baru menanyakannya. Aku dikatai bodoh oleh kakakku karena itu. Ya, aku jelas bodoh.
Aku bertanya kepada Mas Sun’an, barangkali ia tahu. Ia menggeleng, sekaligus menyayangkan kenapa aku tak bertanya sebelum memutuskan tinggal. Aku lalu bertanya kepada seorang teman sekolah yang tinggal di pesantren berapa ia bayar SPP dan makan selama sebulan di pondok, dan dari situ kukira-kira uang yang sepadan dengan biaya kamar dan makanku selama sebulan di Keluarga Soleh. Ketika angka itu kumintakan pertimbangan Mas Sun’an, ia bilang aku harusnya bisa bayar lebih rendah, apalagi ia lihat aku banyak membantu pekerjaan mereka. Tapi karena khawatir kurang, aku berpikir untuk memberi lebih. Toh, kalau kebanyakan pasti dikembalikan, pikirku.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814