Demam Bola (19)
20 Juni 2021 17:40 WIB
·
waktu baca 7 menitEmak adalah ibu yang telaten, sabar, dan selalu mencoba menangani semuanya dengan sebaik-baiknya. Dan, tentu saja, ia menyayangi anak-anaknya lebih dari segala. Ia membawaku ke puskesmas tepat waktu, menungguiku di tepi dipan sakitku seperti induk ayam yang menjaga petarangannya, dan mengeluarkan seluruh sikap lembut yang jarang ditunjukkannya di hari-hari biasa.
Pertanyaan-pertanyaan penuh welas asih dengan akhiran “Nak” (“Mau apa, Nak?”, “Makan ini ya, Nak”, “Cepat sembuh ya, Nak”) berhamburan di sepanjang hari-hari sakitku. Tapi, bagaimanapun, Emak adalah perempuan pada umumnya; ia adalah perempuan Lerok dengan empat anak, seorang istri dengan suami yang jauh dari rumah, dan uang yang tak selalu cukup. Satu hal saja tidak mengenakkan hatinya, ia bisa meledak kapan saja.
Kakakku Ulid sedang di rumah. Sekolah libur panjang. Itu sedikit melegakanku, karena dengan demikian ada orang lain yang menggantikanku membantu Emak mengurus rumah dan jualannya. Ia mentorku dalam soal rasa bertanggung jawab; aku adalah penggemar terberatnya. Namun, setelah setahun di pesantren, dan terutama sekolah di kota, sepertinya dia agak berubah. Ia bukan anak rumahan, dan sama sekali tak pernah jadi anak rumahan, tapi selama liburan ia sangat jarang berada di rumah. Dengar-dengar, ia mulai kenal pacaran. Ketika pada suatu hari ia pulang pagi, sementara aku tergolek sakit, dan Emak mesti membagi perhatian atasku sekaligus harus mempersiapkan dagangannya, Emak mengamuk.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814