Lapangan Besar dan Kartu Nama Mungil (23)
18 Juli 2021 22:14 WIB
·
waktu baca 7 menitAku hanya akan mengatakan hal-hal baik tentang SMP-ku, sekolah yang kumasuki karena aku tak mau diberangkatkan ke pesantren sementara adik-adikku kehilangan kakak (setelah emak dan bapak) di rumah, tentang tiga tahun awal usia belasan yang sering terlewat dalam ingatan karena begitu datar dan tak penting, tentang guruku-guruku (dengan segala hormatku untuk mereka) yang lelah dan kuyu dan malang dan sering uring-uringan karena harus mengajar di beberapa sekolah lain secara bersamaan atau mengampu lebih dari satu mata pelajara agar bisa tetap mengajar dan tak mesti merantau seperti bapakku. Dan satu-satunya cara untuk itu adalah dengan tidak berpanjang-panjang membicarakannya.
Kecuali… sedikit soal sepak bola.
Sekolah itu tak punya perpustakaan, kakus, dan banyak hal lain yang sepatutnya dimiliki sebuah sekolah, tapi setidaknya ia memiliki sedikit peralatan olahraga: tiga batang lembing, dua bola besi, dua cakram, satu bola voli, dan dua bola sepak. Yang terpenting, di samping gedung sekolah itu terdapat lapangan sepak bola terluas sekecamatan. Dan yang lebih penting lagi, aku dan teman-teman sekolahku memiliki waktu melimpah untuk memanfaatkan apa-apa yang kami punya.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814