Konten dari Pengguna
Good Will Hunting: Potensi Anak Muda dan Pentingnya Ruang Aman untuk Bertumbuh
29 Juni 2025 8:56 WIB
·
waktu baca 4 menitKiriman Pengguna
Good Will Hunting: Potensi Anak Muda dan Pentingnya Ruang Aman untuk Bertumbuh
Tulisan ini membahas pentingnya ruang aman dan peran mentor dalam membantu anak muda Indonesia menemukan serta mengembangkan potensinya, terinspirasi dari film Good Will Hunting. Di tengah bonus demogMailizar

Tulisan dari Mailizar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Di tengah bonus demografi yang sedang dinikmati Indonesia, kita dihadapkan pada kenyataan bahwa jutaan anak muda masih berjuang untuk menemukan dan mengembangkan potensinya. Banyak dari mereka tumbuh di lingkungan yang keras, menghadapi keterbatasan ekonomi, tekanan keluarga, bahkan kekerasan fisik dan mental.
ADVERTISEMENT
Sistem pendidikan yang kerap menekankan prestasi akademis dan standar yang seragam sering kali gagal menangkap keunikan serta kebutuhan individu. Di sisi lain, akses terhadap bimbingan, konseling, dan mentor yang peduli masih sangat terbatas, terutama di daerah-daerah pinggiran. Akibatnya, banyak talenta muda yang terabaikan, kehilangan arah, atau bahkan menyerah sebelum sempat berkembang.
Kondisi ini sangat relevan dengan pesan yang diangkat dalam film Good Will Hunting. Film ini bukan hanya kisah tentang seorang jenius matematika dari Boston yang menemukan jati dirinya. Lebih dari itu, film ini adalah refleksi tentang bagaimana masyarakat sering kali gagal mengenali, apalagi memelihara, potensi yang tersembunyi di balik latar belakang sosial yang sulit. Will Hunting, tokoh utama dalam film ini, adalah simbol dari banyak anak muda di sekitar kita—pintar, berbakat, tetapi terjebak dalam lingkaran keterbatasan, trauma, dan ketidakpercayaan diri.
ADVERTISEMENT
Good Will Hunting adalah kritik sosial yang relevan untuk Indonesia hari ini. Kita hidup di negara dengan jumlah penduduk muda yang besar, namun masih banyak di antara mereka yang potensinya terabaikan hanya karena lahir di keluarga sederhana, lingkungan keras, atau sistem pendidikan yang belum sepenuhnya inklusif. Will Hunting adalah cerminan dari anak-anak muda yang cerdas, tetapi tidak punya akses, tidak punya mentor, dan sering kali tidak punya ruang aman untuk bertumbuh.
Salah satu pesan terkuat dari film ini adalah pentingnya peran mentor dan lingkungan yang suportif. Will, meski jenius, tidak akan pernah berkembang tanpa kehadiran Sean Maguire, sang terapis yang diperankan Robin Williams. Sean tidak hanya menjadi pendengar, tetapi juga sosok yang sabar, penuh empati, dan mampu melihat Will sebagai manusia utuh, bukan sekadar “bakat” atau “masalah”. Di sinilah letak ironi sistem kita: terlalu sering, kita menilai anak muda hanya dari nilai atau perilaku permukaan, tanpa benar-benar memahami latar belakang dan pergulatan batin mereka.
ADVERTISEMENT
Saya percaya, setiap anak muda punya potensi besar, tetapi tidak semua diberi kesempatan yang sama untuk menemukannya. Banyak Will-Will Hunting di sekitar kita—di gang sempit, di desa terpencil, di sekolah-sekolah pinggiran—yang menunggu untuk ditemukan dan didampingi. Namun, sistem pendidikan kita masih terlalu fokus pada standar dan ujian sehingga lupa bahwa pendidikan sejatinya adalah proses memanusiakan manusia, bukan sekadar mencetak angka-angka di laporan akhir rapor atau kartu hasil studi.
Lebih jauh, Good Will Hunting juga mengingatkan kita tentang pentingnya ruang aman untuk berbicara dan memproses luka batin. Will adalah korban kekerasan masa kecil, dan trauma itu membentuk cara ia memandang dunia. Banyak anak muda di Indonesia yang mengalami hal serupa—entah itu kekerasan fisik, verbal, atau emosional—tetapi tidak pernah punya ruang untuk bercerita, apalagi mendapatkan bantuan profesional. Stigma terhadap kesehatan mental masih sangat kuat, sehingga banyak yang memilih diam dan memendam luka, padahal mereka butuh didengar dan dipahami.
ADVERTISEMENT
Sudah saatnya kita membangun ekosistem yang lebih ramah bagi anak muda. Sekolah, kampus, dan komunitas harus menjadi tempat yang aman, di mana setiap individu bisa tumbuh tanpa takut dihakimi. Guru, dosen, dan orang dewasa di sekitar mereka harus belajar menjadi pendengar yang baik, bukan sekadar pemberi instruksi. Kita juga perlu memperluas akses terhadap layanan konseling dan kesehatan mental, agar anak muda yang butuh bantuan tidak merasa sendirian.
Selain itu, kita harus mulai mengubah cara pandang terhadap “kesuksesan”. Will Hunting, dengan segala kejeniusannya, justru menemukan kebahagiaan bukan pada gelar atau pekerjaan bergengsi, melainkan pada keberanian untuk menghadapi masa lalu dan membuka diri pada cinta serta persahabatan. Ini adalah pelajaran penting: sukses bukan hanya soal pencapaian materi atau akademis, tetapi juga tentang kesehatan mental, relasi yang sehat, dan kemampuan untuk menerima diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Good Will Hunting adalah pengingat bahwa setiap anak muda berhak mendapatkan kesempatan kedua, ketiga, bahkan keseratus, untuk menemukan dan mengembangkan potensinya. Tugas kita sebagai masyarakat adalah menciptakan ruang-ruang aman, menjadi mentor yang peduli, dan membangun sistem yang lebih adil. Karena di balik setiap Will Hunting, ada harapan besar untuk masa depan yang lebih baik—asal kita mau melihat, mendengar, dan mendampingi mereka dengan sepenuh hati.