Densus 88 Tangkap 4 Teroris Jaringan Santoso di Sulsel

Konten Media Partner
11 Agustus 2018 11:23 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Densus 88 Tangkap 4 Teroris Jaringan Santoso di Sulsel
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Makassar -- Hari ini Polda Sulsel merilis para pelaku teroris yang melancarkan aksinya di sejumlah wilayah di Sulawesi Selatan. Empat terduga teroris berhasil ditangkap di Kabupaten Bone dan Kabupaten Luwu Timur, pada 10 Agustus 2018.
ADVERTISEMENT
Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Dicky Sondani, dalam keterangan persnya di Warkop Siama, jalan Urip Sumaharjo, Makassar, menjelaskan ada empat terduga teroris yang ditangkap secara bersamaan di dua wilayah di Sulsel, yakni dua orang di Kecamatan Amali, Kabupaten Bone, dan dua orang di Kecamatan Tomini, Kabupaten Luwu Timur, Sabtu (11/8).
Empat pelaku tersebut kini diamankan Densus 88 Mabes Polri untuk dibawa langsung ke Jakarta. Di mana empat terduga teroris tersebut merupakan jaringan Santoso dan Daeng Koro di Poso, Sulawesi Tengah.
"Keempat pelaku merupakan jaringan Santoso dan Daeng Koro di Poso Sulteng. Mereka bertugas menyiapkan bahan peledak dalam aksi teror di beberapa tempat di wilayah Sulawesi" kata Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Dicky Sondani, kepada Makassar Indeks, Sabtu 11 Agustus 2018.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, ia menambahkan jika pelaku yang ditangkap di Dusun Tobenteng, Desa Liliriattang, Kecamatan Amali Bone, berinisial BD (34) dan YD (35). Sementara dua orang lagi ditangkap di depan Bank BRI Kantor Cabang Pembantu Tomoni, Luwu Timur, berinisial ID (28) dan RU (40), warga Desa Mulyasari, Kecamatan Tomoni.
Mereka diduga akan merencanakan peledakan di HUT RI ke-73. Saat penangkapan, polisi menemukan beberapa bahan peledak yang ditanam di kebun dekat rumah salah satu pelaku.
"Pelaku yang di Bone kami amankan saat berada di kebun, dan sejumlah bahan peledak yang ditanam di antaranya beberapa cairan, pupuk urea, dan detonator. Bahan peledak ini kita sita hingga 14 kilogram" ujarnya.
"Mereka ini dua tingkat di bawah jaringan Santoso, jaringan ini bertugas sebagai perakit bom. Dua pelaku yang berasal dari Bone sudah lama dekat dengan Santoso. Sejak tewasnya Daeng Koro, mereka sering berpindah-pindah tempat, dari Sulteng ke Poso, terus ke Bone, kemudian mereka menyebar" pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Daeng Koro dan Santoso merupakan dua teroris yang berbahaya. Mereka melatih para calon teroris di Poso, Sulawesi Tengah.
Duet Daeng Koro dan Santoso dimulai pada 2012, ketika Daeng Koro kembali ke Indonesia dari pelariannya di Mindanao, Filipina. Daeng Koro kabur ke Mindanao pada 2011 ketika kelompok Abu Umar ditangkap polisi. Mindanao dipilih menjadi tujuan pelarian karena ia kerap membantu Abu Umar membeli dan menyelundupkan senjata dari Mindanao ke Indonesia.
Di wilayah Poso, Daeng Koro dan rekan-rekannya membuat kelompok Santoso semakin kuat. Para alumni kelompok Poso pun dipanggil kembali untuk memperkuat pasukan Santoso. Mereka kemudian dikenal dengan sebutan Mujahidin Indonesia Timur.
Santoso diangkat menjadi amir atau pemimpin kelompok, dan Daeng Koro diangkat menjadi penasihat atau orang yang dituakan. Bahkan pelarian seluruh anggota Daeng Koro merambah ke sejumlah daerah Sulawesi Selatan.
ADVERTISEMENT