Bagaimana Cara Menghadapi Fase Phalic pada Anak?

Konten dari Pengguna
1 November 2022 9:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mama Rempong tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi cara menghadapi fase phalic pada anak (Sumber: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cara menghadapi fase phalic pada anak (Sumber: Pexels)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apakah Mama-mama sudah mengetahui cara menghadapi fase phalic pada anak?
ADVERTISEMENT
Sebagai orang tua, kita perlu mengetahui berbagai aspek perkembangan pada anak. Apalagi, tentunya kita ingin tumbuh kembang anak bisa berlangsung dengan optimal bukan?
Mungkin selama ini, kamu hanya mengetahui perkembangan fisik serta psikologis saja. Padahal, ada berbagai periode perkembangan yang lainnya. Termasuk perkembangan psikoseksual.
Perlu kamu ketahui, perkembangan psikoseksual merupakan periode perkembangan yang diperkenalkan oleh ahli psikoanalisis, Sigmund Freud. Menurutnya, masing-masing individu akan melewati berbagai fase ini di dalam hidupnya.
Perkembangan psikoseksual dibagi menjadi lima fase, yakni fase oral, anal, phalic, laten, serta genital. Nah, salah satu fase yang bikin orang tua menjadi khawatir adalah fase phalic. Apa sih sebenarnya yang dimaksud fase phalic dan bagaimana cara menghadapinya?
Yuk, simak penjelasan selengkapnya yang telah dirangkum dari berbagai sumber ini!
ADVERTISEMENT

Cara Menghadapi Fase Phalic pada Anak

Mengutip laman Parents, umumnya fase phalic akan berlangsung di usia 3-5 tahun. Dalam periode ini, anak biasanya mulai memperlihatkan tingkah laku memegang alat kelaminnya sendiri. Pasalnya, di fase ini pusat kenikmatan si kecil terletak dengan memegang alat kelamin atau sekitarnya.
Enggak heran, hal tersebut membuat banyak orang tua menjadi khawatir. Soalnya orang tua mungkin akan melihat anak menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan atau sentuhan di area alat kelaminnya.
Padahal, sesungguhnya kamu enggak perlu khawatir. Di masa ini, justru anak mulai menyadari alat kelaminnya sendiri. Mereka juga jadi lebih mengetahui identitas diri mereka secara gender, baik laki-laki maupun perempuan.
Terlebih, di usianya yang masih kecil, perilaku ini pun tidak didasarkan pada hasrat seksual. Melainkan lebih ke eksplorasi mengenai rasa penasaran anak.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa hal yang perlu orang tua lakukan dalam menghadapi anak yang memasuki masa phalic ini, antara lain:

1. Jangan Langsung Khawatir

Ilustrasi cara menghadapi fase phalic pada anak (Sumber: Pexels)
Kamu mungkin akan merasakan bingung saat melihat anak memegang atau fokusnya sedang pada alat kelaminnya. Saat orang tua panik, mungkin bisa langsung memarahi si kecil.
Hal ini malah bisa buat anak jadi makin takut dan penasaran. Nada tinggi dan amarah juga bisa terekam pada memori si kecil dan bisa berdampak buruk pada psikologis anak.
Jadi, saat dia mulai memainkan alat kelaminnya, Mama-mama dan Papa-papa sebaiknya tenang dulu dan jangan langsung panik ya!

2. Berikan Penjelasan yang Bisa Dimengerti Anak

Ilustrasi cara menghadapi fase phalic pada anak (Sumber: Pexels)
Setelah kondisi tenang, barulah kamu bisa menjelaskan kepada anak. Tentunya dengan bahasa yang bisa dimengertinya. Bahwa alat kelamin merupakan bagian yang sensitif serta berharga, yang bisa lecet apabila dipegang atau dimainkan terus menerus.
ADVERTISEMENT
Jangan lupa juga untuk mengajarinya mengenai pentingnya menjaga kebersihan alat kelaminnya.

3. Mengalihkan Perhatian Anak

Kamu juga bisa mengalihkan perhatian anak dengan aktivitas lainnya yang menyenangkan saat dia mulai memainkan alat kelaminnya. Seperti dengan bermain, menonton film kartun favoritnya, atau melakukan kegiatan yang disukai si kecil.
Orang tua tidak perlu khawatir berlebihan, sebab masa phalic ini umumnya akan terlewati saat anak mulai berusia 6 tahun. Kemudian anak akan memasuki fase laten yang lebih berfokus pada tumbuh kembang fisik serta kognitifnya.
Itulah dia cara menghadapi fase phalic pada anak yang bisa dilakukan oleh orang tua. Apabila terdapat gangguan pada tumbuh kembang anak, kamu bisa segera berkonsultasi baik dengan dokter maupun profesional lainnya seperti psikolog.
Semoga informasi ini bisa bermanfaat bagimu ya, Ma!
ADVERTISEMENT
(AN)