Akademisi Nilai Hilangnya Nama Pendiri NU dari Sejarah Adalah Upaya Radikalisme

Konten Media Partner
21 April 2021 12:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Akademisi Universitas Trisakti, Dr.Radian Syam SH MH
zoom-in-whitePerbesar
Akademisi Universitas Trisakti, Dr.Radian Syam SH MH
ADVERTISEMENT
MANADO - Akademisi Universitas Trisakti, Dr.Radian Syam SH MH menilai hilangnya nama KH Hasyim Asyari dalam kamus sejarah Indonesia yang akan diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), dapat diduga sebagai upaya radikalisme.
ADVERTISEMENT
Menurut Radian, tindakan radikalisme bukan hanya melakukan penyerangan fisik, tapi juga penyerangan pikiran.
"Saya melihat ini sebuah penghinaan bagi sebuah sejarah. Bahkan dapat dikatakan, sudah mulai melupakan apa yang para tokoh bangsa ini telah lakukan bagi kita sebagai generasi muda," ujarnya.
Akademisi Hukum Universitas Trisakti ini mengatakan, seharusnya pemerintah harus lebih berhati-hati dalam merumuskan kebijakan, terutama menyangkut sejarah para tokoh besar sekelas KH Hasyim Asyari.
"Andai para tokoh-tokoh besar ini tidak mengawali gerakan perjuangan, maka tidak menutup kemungkinan, saat ini Indonesia masih terjajah oleh penjajah atau belum merdeka," ujar Radian.
Radian melanjutkan, KH Hasyim Asyari bukan hanya milik Nahdlatul Ulama (NU), tapi juga milik bangsa Indonesia, yang tidak perlu lagi diragukan keshalehan dan keilmuan serta perjuangan dari beliau.
ADVERTISEMENT
"Kita ada dan bisa menjadi bangsa yang besar sehingga kini menjadi negara demokrasi itu karena adanya sejarah perjuangan para pahlawan. Kita tidak dapat melupakan, apalagi sampai mau menghilangkan sejarah," tuturnya kembali.
mineshia