Bertemu Andriette Rosa Mantik, Paskibraka Pertama Indonesia

Konten Media Partner
21 Agustus 2020 10:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto kenangan yang dibagikan oleh anak dari Andrriette Rosa Mantik, Paskibraka pertama di Hari Ulang Tahun perdana Republik Indonesia tahun 1946 (foto: istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Foto kenangan yang dibagikan oleh anak dari Andrriette Rosa Mantik, Paskibraka pertama di Hari Ulang Tahun perdana Republik Indonesia tahun 1946 (foto: istimewa)
ADVERTISEMENT
CERITA tentang kebanggaan menjadi bagian dari Paskibraka yang bertugas mengibarkan bendera merah putih di hari ulang tahun kemerdekaan negara Indonesia yang pertama, pada tahun 1946, menjadi pembuka kalimat yang disampaikan oleh Andriette Rosa Mantik, saat bersua dengan manadobacirita di kediamannya yang ada di Kelurahan Bumi Beringin, Kecamatan Wanea, Kota Manado, Sulawesi Utara.
ADVERTISEMENT
"Saya selalu menceritakan kepada anak-anak saya, jika mama bangga pernah menjadi bagian dari Paskibraka yang bertugas mengibarkan bendera merah putih di Hari Ulang Tahun kemerdekaan negara pertama, pada tahun 1946," ujar Oma Roos.
Oma Roos adalah perwakilan pemudi asal Pulau Sulawesi, yang terpilih sebagai Pasukan Pengibar Bendera merah putih yang ditunjuk langsung Istana Negara saat itu. Sewaktu itu, Oma Roos yang aktif sebagai Palang Merah, mengaku sangat bangga dan langsung mau saat ditunjuk sebagai perwakilan pemudi asal Sulawesi.
Andriette Rosa Mantik saat menceritakan pengalamannya menjadi Paskibraka pertama di HUT Kemerdekaan RI yang pertama di tahun 1946
"Jadi kami ditunjuk masing-masing perwakilan pulau. Setiap pulau yakni Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan dan Maluku ada perwakilan pemuda dan pemudi. Kami berjumlah 10 orang waktu itu," tutur Oma Roos mengenang.
Oma Roos sendiri merupakan anak dari seorang ibu yang bekerja sebagai perawat di RS Immanuel, Bandung. Karena terbiasa melihat ibunya menolong pasien, dirinya pun masuk ke organisasi Palang Merah, dengan tujuan mulia, menolong pasien yang harus mendapatkan perawatan.
ADVERTISEMENT
Diceritakannya, menjadi perawat di masa-masa tersebut selalu membuat kenangan yang membanggakan, karena banyak menolong pasien. Bersama dengan ibunya yang memang perawat, Oma Roos mengaku diajari bagaimana bisa menolong pasien yang membutuhkan.
Namun, kegiatannya sebagai seorang relawan palang merah kemudian harus dihentikan, karena sang kakak, G.H Mantik yang pada saat itu seorang prajurit, memintanya untuk melanjutkan pendidikannya. Oma Roos bilang, alasan kakaknya meminta untuk melanjutkan pendidikan, karena usianya masih sangat muda waktu itu dan perlu untuk tetap bersekolah.
Andriette Rosa Mantik
"Kakak bilang, saya masih terlalu muda dan tak mungkin bekerja selamanya di Palang Merah, makanya disuruh untuk kembali melanjutkan pendidikan," tutur Oma Roos.
Oma Roos yang kini masih terlihat segar bugar di usia senjanya, mengaku oleh kakaknya dimasukan ke satu-satunya sekolah Katolik yang ada di Yogyakarta. Di sekolah inilah, kemudian Oma Roos mulai mengenal dengan orang-orang yang ada di istana kepresidenan yang pada masa itu memang berada di Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Dikenangnya, kemampuannya berbahasa belanda, membuat dirinya sering dimintakan oleh teman-temannya mengirimkan surat ke istana kepresidenan. Dari situlah, orang istana mengenalnya dan akhirnya sering mengajak Oma Roos ke Istana kepresidenan tempat Presiden Soekarno menjalankan pemerintahan Indonesia di masa tersebut.
Puncaknya, karena sudah dikenal oleh istana serta merupakan representatif pemudi asal Sulawesi, dirinya kemudian ditunjuk untuk menjadi pasukan pengibar bendera di HUT RI pertama pada 17 Agustus 1946 di istana kepresidenan.
Oma Roos pun menceritakan jika saat itu, dirinya langsung menerima panggilan menjadi pasukan pengibar bendera pusaka. Dirinya pun mengetahui jika untuk menjadi hal tersebut, dirinya harus benar-benar segenap hati dan tidak mengharap imbalan apapun. Menurutnya, kebanggaan sebagai orang Indonesia yang merdeka melandasi dia dan teman-temannya sangat memaknai pengibaran bendera waktu itu.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Oma Roos pun mengaku jika semua peralatan yang digunakan, mulai dari baju berwarna serba putih dan sepatu warna hitam, disediakan oleh mereka sendiri. Dan semua menyanggupi karena kami melaksanakan dengan rasa bangga, jika Indonesia telah merdeka dan merayakan kemerdekaan di tahun pertama.
"Tidak ada seragam, hanya baju sendiri berwarna serba putih dengan sepatu hitam. Itu kami semua punya. Kami sangat bangga waktu itu. Kami tidak menerima imbalan, tapi kami menerima rasa kebanggaan yang sangat besar. Dan itu, terus menjadi cerita yang indah sekaligus membanggakan untuk saya hingga kini," kata Oma Roos.
Sementara itu, di tahun ke 75 Indonesia merdeka, Oma Roos berharap, Republik Indonesia (RI) saat ini tetap bersatu dalam membangun Indonesia yang berkembang dan maju.
ADVERTISEMENT
"Saya memberi contoh bagi generasi muda untuk memberi diri bagi Indonesia, mulai dari anak muda mau berjuang untuk kemajuan Indonesia maupun bagti diri mereka sendiri. Hidup kita ini sudah dibimbing Tuhan agar kita menjalankan tugas yang telah disiapkan untuk membangun Indonesia Raya," kata Oma Roos.
Oma Roos pun berpesan, agar generasi saat ini bekerja dan bisa melihat yang baik untuk dijalankan.
"Jangan terbawa oleh obrolan orang yang tidak baik, didikan untuk anak-anak supaya mereka mengikuti Tuhan dan jalankan tugas yang sudah disiapkan," kata Oma Roos menutup percakapan.
febry kodongan