Frili Pemunda, Gadis asal Sulteng yang 6 Tahun Menderita Tumor Wajah

Konten Media Partner
19 Agustus 2019 14:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Frili Sisilia Pemunda duduk lesu karena tumor yang menyerang wajahnya bisa memicu rasa sakit luar biasa di bagiah wajahnya (Foto: Isa Anshar Jusuf)
zoom-in-whitePerbesar
Frili Sisilia Pemunda duduk lesu karena tumor yang menyerang wajahnya bisa memicu rasa sakit luar biasa di bagiah wajahnya (Foto: Isa Anshar Jusuf)
ADVERTISEMENT
"Terkadang rasanya nyeri sekali. Apalagi kalau sudah masuk dingin, pasti rasanya sakit sekali," ujar Frili Sisilia Pemunda lirih. Sudah hampir 6 tahun, gadis asal Desa Binsil, Kecamatan Bualemo, Kabupaten Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah tersebut menderita tumor di bagian wajahnya. Tepatnya sejak tahun 2013.
ADVERTISEMENT
Tumor tersebut semakin membesar dan sebagian wajahnya telah ditutupi oleh bengkak. Ketika berbicara, suaranya terdengar sangat lemah karena setengah bagian mulutnya tampak tertarik ke samping akibat pembengkakan tersebut.
Untuk menjalani pengobatan, gadis yang lahir pada 22 September 2000 terpaksa menumpang di rumah kenalannya di Kelurahan Ranomut, Kecamatan Paal 2, Kota Manado, Sulawesi Utara, sejak 23 Juli 2019. Alasannya, rumah sakit yang jadi rujukan operasi tumor yang akan dijalaninya berada di Manado.
Tumor yang terus membengkak dan menutupi wajahnya didapatkan Frili Sisilia Pemunda sejak tahun 2013. Walau pun sempat dioperasi, kini tumor tersebut kembali menyerang (Foto: Isa Anshar Jusuf)
Saat ditemui, Frili menceritakan awalnya tumor itu timbul di wajahnya sebelah kanan. Waktu itu, Frili masih duduk di bangku SMP. Saat itu, ia menganggap sepele karena benjolannya hanya sebesar kelereng.
"Waktu timbul pertama, saya merasa benjolan ini seperti bernapas. Tapi, tak terlalu dipikirkan karena dianggap benjolan biasa," tutur Frili yang didampingi ibunya, Martha Labawo.
ADVERTISEMENT
Namun, benjolan yang awalnya hanya sebesar kelereng itu terus membesar dan mulai menimbulkan rasa sakit luar biasa. Setahun kemudian ketika diperiksa ke dokter, benjolan itu ternyata adalah tumor. Dokter di Luwuk pun memberikan rujukan ke Makassar untuk dioperasi.
Frili Sisilia Pemunda bersama dengan ibunya yang tak lelah untuk mencari cara mengobati penyakit tumor yang dideritanya (Foto: Isa Anshar Jusuf)
Tapi karena keterbatasan ekonomi, Frili terpaksa harus menunggu beberapa bulan dulu agar bisa menjalani pengobatan ke Makassar. Pihak keluarganya harus mengumpulkan uang terlebih dahulu. Menurut Martha Labawo, saat itu meski pun biaya operasi ditanggung BPJS, namun mereka harus mengumpulkan uang terlebih dahulu untuk biaya tiket dan hidup sehari-hari di Makassar.
Ayah Frili bekerja serabutan. Terkadang, ia menjalani pekerjaan sebagai buruh angkut kayu yang dibayar tergantung jumlah kayu yang berhasil diangkutnya dari dalam hutan ke jalan raya. Sedangkan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga.
ADVERTISEMENT
"Tahun 2014 kami ke Makassar untuk operasi. Kami harus menjual sapi kami yang digunakan untuk bekerja, karena untuk biaya tiket dan hidup kami sehari-hari di sana kan tidak ditanggung BPJS. Waktu itu kami di Makassar lebih dari sebulan," kata Martha.
Usai menjalani operasi pertama, tumor itu ternyata kembali lagi. Saat itu Frili sudah duduk di bangku kelas X SMA, tepatnya pada tahun 2015. Dokter pun kembali menyarankan agar anak sulung dari 3 bersaudara ini dibawa lagi ke Makassar. Sayangnya, kondisi keuangan keluarga yang tidak menentu, membuatnya terpaksa harus menunda operasi kedua.
Butuh waktu empat tahun bagi keluarga Frili untuk bisa mengumpulkan uang sekitar Rp 7 jutaan sebagai bekalnya melakukan operasi. Untuk berobat, mereka kemudian memilih lebih Manado sebagai tempat rujukan. Alasannya, karena mereka lebih paham bahasa di Manado daripada Makassar.
ADVERTISEMENT
Berbekal uang Rp 7 juta tersebut, akhirnya Frili dan ibunya ke Manado dengan menumpang kapal laut hingga ke Gorontalo. Kemudian melanjutkan perjalanan 9 jam dari Gorontalo ke Manado.
Keinginan Frili untuk segera sembuh dan dapat bekerja demi membantu orang tuanya sangatlah besar. Ia merasa selain dirinya, adik-adiknya yang masih berusia 8 tahun dan 4 tahun juga butuh perhatian. Terlebih lagi selama ini, orang tuanya lebih banyak menghabiskan waktu untuk memperhatikannya.
"Tentu saya ingin normal lagi. Mudah-mudahan operasi ini bisa berhasil dengan baik dan saya bisa sembuh lagi," tutur Frili.
Martha mengatakan ada 2 dokter yang akan menangani Frili, yakni dokter spesialis bedah dan dokter spesialis operasi plastik yang akan kembali merestruksi wajahnya usai operasi pengangkatan tumor. Mereka berharap seluruh biaya pengobatan bisa ditanggung oleh BPJS. Meski begitu, Martha mengatakan keluarganya akan tetap berusaha mencari biaya tambahan.
ADVERTISEMENT
"Kata ayahnya, kalau memang harus jual tanah kita akan jual karena ini demi anak. Saya di sini di Manado hanya bisa berdoa semoga operasi berjalan lancar," tutur Martha dengan mata berkaca-kaca.
Isa Anshar Jusuf