Jam Malam untuk Cegah COVID-19 di Manado Tetap Berlangsung

Konten Media Partner
19 Januari 2021 22:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cegah corona. (foto: kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cegah corona. (foto: kumparan)
ADVERTISEMENT
MANADO - Pembatasan aktivitas atau jam malam di Manado untuk mencegah penyebaran COVID-19 tetap berlangsung hingga saat ini. Seluruh pusat perbelanjaan maupun tempat-tempat yang bisa mengumpulkan orang, hanya diizinkan buka hingga pukul 20.00 Wita atau jam 8 malam.
ADVERTISEMENT
Pantauan manadobacirita Selasa (19/1) malam ini, aparat gabungan kepolisian, TNI dan juga Satpol PP, tampak melakukan patroli untuk menegur kerumunan warga ataupun tempat usaha yang masih buka.
Walaupun tidak memberikan sanksi jika kedapatan masih beraktivitas, namun aparat mengaku pihaknya tak akan segan memproses para pelaku pelanggar aturan tersebut, jika kembali kedapatan melakukan hal yang sama.
Terpantau, pembatasan ini juga berlaku untuk toko-toko yang menjual kebutuhan pokok di Manado. Golden Swalayan misalnya, mereka terlihat telah menutup gerai tepat pada jam 8 malam.
Kawasan Megamas dan Mantos juga telah melarang masyarakat memasuki kawasan tersebut pada pukul 19.45 Wita, karena seluruh kegiatan akan dihentikan pada pukul 20.00 Wita.
"Yang diizinkan masuk itu hanya yang akan menjemput karyawan yang bekerja di kawasan. Kalau selain itu tidak bisa. Kawasan ditutup untuk aktivitas, termasuk untuk orang-orang yang hanya ingin duduk menikmati pantai," kata beberapa petugas keamanan yang berjaga di pintu masuk Megamas.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, warga meminta agar kebijakan ini dilonggarkan khusus untuk yang menjual makanan. Menurut warga, kios makanan seharusnya bisa dibuka hingga larut, tapi dengan ketentuan hanya bisa membeli dengan sistem delievery dan tidak bisa makan di tempat.
"Seperti kami yang kos itu akan kesulitan mencari makanan kalau jam 8 sudah harus tutup. Sebaiknya, untuk kios makanan tetap dibuka tapi hanya untuk dibawa pulang," kata Sherly, salah satu warga yang berprofesi sebagai karyawan toko.
febry kodongan