Jenazah Alumni UGM yang Meninggal Akibat COVID-19, Sempat Terlantar Selama 8 Jam

Konten Media Partner
6 Juli 2021 13:37 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses pemakaman A, alumni UGM yang meninggal karena COVID-19 di Kota Manado, Sulawesi Utara
zoom-in-whitePerbesar
Proses pemakaman A, alumni UGM yang meninggal karena COVID-19 di Kota Manado, Sulawesi Utara
ADVERTISEMENT
MANADO - Jenazah alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) berinisial A, yang meninggal dunia akibat COVID-19, di salah satu rumah sakit yang ada di Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut), terlantar selama delapan jam, sebelum akhirnya berhasil dikubur.
ADVERTISEMENT
A yang merupakan warga asal luar Sulut, terlantar akibat lambatnya penanganan dari petugas urusan pemakaman Pemerintah Kota Manado. Bahkan, jenazah tersebut baru ditangani, setelah beberapa alumni UGM di Manado menelepon Wakil Wali Kota Manado, untuk melaporkan hal tersebut.
Ketua Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Sulut, Taufik Tumbelaka, menyayangkan hal tersebut, mengingat di tengah gencarnya Wali Kota dan Wakil Wali Kota Manado, melakukan penanganan COVID-19, ternyata tidak didukung oleh para bawahan, yang terkesan lambat.
Karena kekecewaannya itu, Tumbelaka sampai menulis surat terbuka untuk Wali Kota Manado, Andrei Angouw, terkait kasus tersebut. Menurutnya, hal itu adalah bentuk kekecewaan dirinya dan masyarakat umum, karena lambatnya kinerja para pejabat di Kota Manado.
"Ini merupakan bentuk kekecewaan tak hanya kami dari para alumni UGM, tapi juga mewakili suara warga lainnya. Surat terbuka ini ditulis sebagai harapan agar Wali Kota Manado menegur bawahannya yang sangat lambat, agar tidak terjadi di kemudian hari ke warga biasa," kata Tumbelaka.
ADVERTISEMENT
Tumbelaka mengakui, perlu ada pembenahan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Manado, terkait dengan penanganan COVID-19 di lapangan, setelah kasus ini terjadi. Pasalnya, para pejabat baru mau bekerja, setelah diperintah oleh atasan, bukan karena tanggung jawab atas pekerjaan yang diembannya.
Dikatakannya, hal ini terbukti ketika salah satu personil KAGAMA, meminta perhatian dari Wakil Wali Kota Manado terkait hal tersebut, akhirnya hanya dalam hitungan beberapa menit, Kepala SKPD yang bertanggung jawab terkait pemakaman, langsung bergegas dan melakukan penjemputan jenazah di rumah sakit, hingga jenazah dikuburkan.
"Bagaimana jika hal ini menimpa orang biasa yang tidak punya kolega di pemerintahan. Untuk itu, kami menulis surat terbuka ini, agar Wali Kota Manado, mau memperhatikan kinerja bawahannya dan memperbaiki sistem yang tidak baik. Semoga kita selalu diberikan kesehatan selalu," kata Tumbelaka kembali.
ADVERTISEMENT
Sekadar diinformasikan, jenazah alumni UGM yang meninggal karena COVID-19, baru dikuburkan pada Minggu (4/7) pukul 16.00 WITA, padahal almarhum sudah meninggal pada Sabtu (3/7) sekira pukul 21.00 WITA, dan telah dijadwalkan harus dikuburkan pada pukul 07.00 WITA pagi hari.
febry kodongan