Kisah Daud Lolong, Usaha Terdampak Corona, Kini Bikin Alat Disinfektan Sinar UV

Konten Media Partner
27 April 2020 17:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses pembuatan alat disinfektan Sinar UV yang dikembangkan oleh Daud Lolong, pria asal Minahasa Selatan, Sulawesi Utara (foto: febry kodongan)
zoom-in-whitePerbesar
Proses pembuatan alat disinfektan Sinar UV yang dikembangkan oleh Daud Lolong, pria asal Minahasa Selatan, Sulawesi Utara (foto: febry kodongan)
ADVERTISEMENT
Berawal dari rasa kesalnya terhadap virus corona yang ikut menghantam usaha rumah makan bakar ikan dan warung kopi miliknya, Daud Lolong, seorang pelaku UMKM muda, mencoba untuk membuat hal yang bisa memutus mata rantai penyebaran virus penyebab penyakit COVID-19 ini.
ADVERTISEMENT
Bersama dengan karyawan di tempat usahanya, Daud akhirnya bertekad untuk membuat alat disinfektan yang dipercaya mampu membunuh bakteri dan virus SARS-COV-2. Namun, alat disinfektan yang dibuatnya bukan berbentuk cairan seperti kebanyakan yang ada. Terinspirasi dari Kota Wuhan, China, Daud akhirnya membuat alat disinfektan dengan metode sinar ultraviolet (UV).
Bermodalkan pengetahuannya selama menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Kota Manado, Daud memproduksi alat yang disebutnya ampuh membunuh bakteri dan virus yang menempel di berbagai benda di rumahnya yang terletak di Jalan Trans Sulawesi, Desa Pondang, Kecamatan Amurang Timur, Kabupaten Minahasa Selatan. Tak tanggung-tanggung, bersama dengan lima pekerjanya, Daud berhasil membuat tiga jenis alat disinfektan sinar UV.
Tiga jenis alatnya masing-masing Handheld UV DS-002 yang bisa digunakan mandiri, DS-R001 alat Disinfektan untuk ruangan dan UV Box DS-X001.
Alat disinfektan sinar UV yang diproduksi oleh Daud Lolong dan lima orang pekerjanya, sudah pernah dites di Dinas Kesehatan Kabupaten Minsel, dimana bakteri yang terkena disinfektan ini mati (foto; febry kodongan/manadobacirita)
Untuk Handheld UV DS-002 fungsinya untuk mensterilisasi benda-benda padat seperti komputer, meja, gagang pintu dan barang lainnya yang sering kita pegang dan dicurigai bisa kena droplet. Penggunaannya pun cukup mudah, dimana hanya butuh memaparkan sinar UV yang keluar dari Handheld dengan jarak 5 centimeter selama dua sampai tiga detik.
ADVERTISEMENT
Untuk tipe DS-R001, fungsinya mensterilisasi ruangan agar supaya bakteri dan virus di ruangan tersebut hilang. Dicontohkannya, bisa ditaruh di dalam mobil ambulance, dengan catatan setelah ambulace tersebut memuat pasien bisa digunakan untuk mensterilkan. Disinfektan sinar UV ini juga bisa dipakai di ruangan dengan ukuran 6x8 dengan durasi pemaparan selama 10 menit.
"Sedangkan untuk jenis Disinfektan Box tipe DS-X001, fungsinya adalah untuk mensterilkan alat-alat seperti handphone," kata Daud.
Cara kerja alat tersebut, menurut Daud ada dua hal. Pertama panjang gelombang Germicidal yang terserap oleh virus ataupun bakteri, mengakibatkan RNA atau virus menjadi rusak dan kehilangan informasi. Jadi, ketika virus menginfeksi sel, sudah tidak ada lagi informasi untuk memperbanyak diri. Kedua. Ketika UV mengenai partikel O2 maka akan berubah menjadi O3, menjadi ozon dan kemudian ketika partikel O3 merubah lagi menjadi O2.
ADVERTISEMENT
“Disitulah partikel-partikel tersebut akan bertabrakan dengan patogen-patogen yang ada di udara. Itulah yang akan membuat disinfektan airbone yang ada di udara menjadi efektif," tutur Daud.
Produksi alat Disinfektan Sinar UV milik Daud Lolong, masih terkendala ijin edar (foto: febry kodongan/manadobacirita)
Sementara, untuk membuat alat-alat ini, Daud menceritakan, dirinya menghabiskan dana sekitar Rp 30 hingga Rp 40 juta. Suami tercinta dari Widya Repi ini mengaku, semuanya menggunakan dana pribadi, karena memang belum dipasarkan.
Alat yang diproduksinya, juga ternyata sudah pernah diuji di laboratorium Dinas Kesehatan Sulawesi Utara pada pertengahan April 2020. Alat sinar UV miliknya, dites memakai bakteri ecoli, dimana hasil uji laboratorium dengan lama penyinaran 5 detik, 10 dan 30 detik menunjukan hasil yang sangat signifikan, karena bakteri yang terpapar dengan sinar UV mati.
ADVERTISEMENT
Daud bilang, alat yang telah didemokan di Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Selatan, juga telah mendapatkan apresiasi dari Kepala Dinas Kesehatan Minahasa Selatan, dr Erwin Schouten.
“Jadi, kita melakukan tes pada bakteri yang ukurannya mirip dengan virus. Pada posisi waktu kita test, kita menggunakan bakteri ecoli, dan bakteri tersebut mati. Waktu itu kepala dinas kesehatan dan dokter mengapresiasi alat-alat ini, sekaligus memberikan penjelasan juga bahwa alat ini dapat digunakan untuk membunuh patogen virus maupun bakteri," tuturnya.
Namun, Daud mengaku jika produknya belum bisa dipasarkan karena belum mendapatkan ijin edar. Daud mengaku sangat berharap agar pemerintah memberikan ijin dan memproduksi secara massal, agar bisa secepatnya digunakan di tempat-tempat umum dan bisa digunakan untuk masyarakat umum.
ADVERTISEMENT
"Harganya berkisar di Rp 1 juta, Rp 4 juta dan Rp 8 juta. Memang terdengar mahal, karena barang-barang sparepart itu dipesan dari luar negeri. Namun, jika dibandingkan dengan alat serupa lain, harganya justru sangat murah," tutur Daud.
Menurutnya, dalam waktu dekat ini, dia ingin menyumbangkan hasil karyanya kepada Satgas COVID-19 Sulawesi Utara dan Kabupaten Minahasa Selatan, agar bisa digunakan sebaik mungkin dan mempercepat pemberantasan virus corona ini.
“Semoga alat ini bisa digunakan dalam skala besar sebagai pengganti disinfektan cairan. Ini lebih efektif dan tentunya kita tak perlu lagi beli alat dari luar. Mudah-mudahan saya bisa diberikan kemudahan untuk memproduksi dan mengedarkan alat-alat ini," kata Daud kembali.
febry kodongan/manadobacirita