Kisah Paramedis Wanita di Sulut, Menantang Maut demi Selamatkan Nyawa

Konten Media Partner
9 November 2019 14:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Puskesmas Hiung Kabupaten Sitaro, dr Youraine A Ruitang
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Puskesmas Hiung Kabupaten Sitaro, dr Youraine A Ruitang
ADVERTISEMENT
Jatuh dari motor saat hendak menjalankan tugas medis di daerah-daerah terisolir menjadi hal yang sering dialami paramedis atau petugas medis yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro). Bahkan, berkejaran dengan lava dari Gunung Karangetang pun pernah dilakoni para pejuang kesehatan ini. Mereka adalah para perempuan hebat.
ADVERTISEMENT
Dari 29 tenaga medis di Puskesmas Hiung, Kecamatan Siau Barat Utara (Sibarut), daerah yang sangat dekat dengan Gunung Karangetang, 28 di antaranya adalah perempuan dan 1 orang sisanya pria bertindak sebagai sopir.
Menghadapi medan pelayanan yang tergolong berat, sekalipun untuk laki-laki, para medis perempuan di Puskesmas Hiung ini dengan niatan untuk pengabdian kepada masyarakat, tetap berupaya keras untuk memberikan pelayanan medis. Dedikasi tinggi dari paramedis ini, membuat mereka tetap melayani dengan sepenuh hati.
Diceritakan Kepala Puskesmas Hiung dr Youraine A Ruitang, pernah satu kali, seorang petugas medisnya harus terguling-guling di jalanan yang curam, setelah terjatuh di jalan tanjakan yang berbatu, saat hendak ke Desa Nameng, salah satu desa terisolir akibat letusan Gunung Karangetang.
Tumpukan material lava Gunung Karangetang di Kabupaten Sitaro, Sulut, yang menjadi jalan alternatif paramedis asal Puskesmas Hiung menuju ke desa yang terisolir
Karena akses jalan utama tertutup, paramedis mencoba menelusuri jalan alternatif, yang masih sangat rusak dan berbatu.
ADVERTISEMENT
"Akibatnya, saat tanjakan berbatu, sepeda motor oleng dan satu petugas terjatuh hingga terguling-guling. Sakit dan luka ia, tapi karena ada masyarakat yang juga butuh bantuan, akhirnya perjalanan tetap dilakukan," kata Ruitang, dengan mata terlihat sedikit berair menahan haru.
Ruitang menyebutkan, Puskesmas yang dikomandaninya memiliki tanggung jawab untuk 8 sesa termasuk dua desa terisolir, Desa Nameng dan Desa Batu Bulan. Bertugas ke dua desa inilah yang sering membuat para petugas medis kadang mempertaruhkan nyawa, karena harus berkejaran dengan lava panas.
"Memang ada jalur laut. Tapi tidak bisa jika laut lagi tidak bersahabat. Jadi, kami lewat jalan alternatif, atau melintas di tumpukan lava yang sudah mengeras, walaupun sebenarnya ada bahayanya juga," kata Ruitang.
Ruitang bilang, tenaga di Puskesmas yang berjumlah 29 orang memiliki tugas masing-masing dan bertanggung jawab besar, karena berbicara kepentingan pelayanan untuk masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Rasa was-was tetap ada, apalagi ketika lewat tumpukan material lava, karena memang informasinya cukup berbahaya. Tapi bersyukur selama ini kami tetap bisa menjalankan tugas kami melayani kesehatan masyarakat,” katanya lagi sembari tersenyum.
franky salindeho