LBH Manado Gelar Pelatihan Jurnalis Soal Keberagaman Gender dalam Perspektif HAM

MANADO - Lembaga Bantuan Hukum (LBH ) Manado menggelar pelatihan jurnalis terkait keberagaman gender dalam perspektif HAM untuk para wartawan media lokal di wilayah Sulawesi Utara (Sulut). Sebanyak 20 orang jurnalis dan lima perwakilan pers mahasiswa ikut dalam kegiatan yang digelar Jumat (10/3) lalu.
LBH Manado menggandeng Aliansi Jurnalis Independen (AJI) untuk mengisi sejumlah materi seperti Kode Etik Jurnalis, Pemahaman soal SOGIE-SC hingga panduan peliputan ramah HAM.
Kepala Operasional LBH Manado, Satriano Pangkey mewakili Direktur LBH Frank Kahiking, menuturkan kegiatan ini diselenggarakan tidak lepas dari penilaian mereka bahwa jurnalis memiliki peran penting untuk memberitakan hal-hal menyangkut hajat hidup orang banyak termasuk kelompok rentan.
"Seperti tema utama kita yakni jurnalis berperspektif HAM, kita ingin agar pemberitaan yang ada benar-benar independen dan tak menghakimi kelompok tertentu. Konsep pelatihan pun dibikin saling tukar pikiran," kata Yano, sapaan akrabnya.
Yano mengakui, pihaknya juga dalam waktu dekat akan melakukan audiens dengan pemerintah maupun lembaga DPRD, terkait dengan usulan agar Kota Manado bisa menjadi kota ramah HAM dan anti diskriminasi untuk semua orang dan golongan.
"Manado dikenal dengan masyarakat yang majemuk dengan toleransi yang baik. Kita ingin mendorong itu menjadi dasar kemudian daerah ini menjadi kota yang ramah akan HAM dan anti diskriminasi," ujar Yano kembali.
Adapun materi dalam pelatihan jurnalis ini adalah pemahaman tentang HAM yang dibawakan Kepala Internal LBH Manado, Pascal David. Dalam pemaparan yang dimoderatori Citra Tangkudung, materi ini menjabarkan tentang apa itu HAM, perkembangan, bentuk pelanggaran dan instrumennya.
"Masih banyak pandangan bias tentang HAM ini. Banyak yang bilang itu adalah produk barat, tidak cocok untuk budaya timur yang agamais, bentuk kolonialisasi modern. Padahal HAM itu justru berada di semua sendi kehidupan kita," ujar Pascal.
Dijelaskan Pascal, mengabaikan hak asasi manusia adalah mengabaikan manusia itu sendiri. Dia juga menyebut empat prinsip HAM yakni kesetaraan atau non diskriminasi, universal dan tidak dapat direnggut, serta tidak dapat dibagi dan saling bergantung.
"Kelompok yang paling rentan menjadi korban adalah miskin, buruh, perempuan, gender minoritas, masyarakat adat, agama minoritas dan anak serta pembela HAM itu sendiri," kata Pascal.
Pada materi Kode Etik Jurnalis, Ketua AJI Manado, Fransiskus Talokon yang tampil membawakan materi mengaku jika kode etik itu masih sering dilupakan. Padahal, kode etik justru merupakan pagar api bagi jurnalis dalam menjalankan kerja-kerja jurnalis.
"Sebagai seorang jurnalis harus mengedepankan etika jurnalisme dalam menjalankan peliputan, termasuk mengacu pada Undang Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers," kata Fransiskus.
Sementara, di materi pengenalan SOGIE-SC (Sexual Orientation, Gender Identity, Expressions and Sexual Characteritic) yang dibawakan Sekretaris AJI Manado, Isa Anshar Jusuf, peserta pelatihan diberikan penjelasan terkait perspektif gender yang banyak tak diketahui.
Dalam materi itu, Isa yang kesehariannya adalah editor in chief manadobacirita, partner resmi kumparan ini memberikan sejumlah contoh tentang ketidakadilan pemberitaan yang dibuat jurnalis kepada kelompok minoritas, karena ketidaktahuan dari jurnalis terkait konsep gender dalam perspektif HAM.
"Kita sebagai jurnalis masih sering terbawa sentimen kita kepada kelompok tertentu yang akhirnya membuat berita yang tak berimbang dan cenderung menghakimi. Padahal, sebagai jurnalis kita harus berdiri independen dalam membuat berita. Harusnya kita berlaku adil untuk semua," kata Isa.
Divisi Advokasi AJI Manado, Leriando Kambey tampil sebagai pemateri akhir membawakan pedoman peliputan berperspektif gender dan HAM. Leri pada kesempatan itu juga membahas tentang istilah dan bahasa yang bisa digunakan dalam pemberitaan berbau gender.
"Dalam pemberitaan, ada istilah ataupun kata dan bahasa yang dapat memicu keresahan dan ketersinggungan bagi kelompok minoritas. Ini yang kita hindari dan harusnya kita paham betul dengan itu," ujar Leriando kembali.
manadobacirita