Makam Nenek Moyang Dirusak, Keluarga Baginda Asal Manado Kecewa ke Pemerintah

Konten Media Partner
17 November 2021 17:06 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Spanduk yang dibentangkan oleh ahli waris keluarga Baginda, yang mempertanyakan pembongkaran makam nenek moyang mereka di lahan pembangunan jalan Boulevard II di Kecamatan Bunaken, Kota Manado
zoom-in-whitePerbesar
Spanduk yang dibentangkan oleh ahli waris keluarga Baginda, yang mempertanyakan pembongkaran makam nenek moyang mereka di lahan pembangunan jalan Boulevard II di Kecamatan Bunaken, Kota Manado
ADVERTISEMENT
MANADO - Keluarga Baginda asal Kelurahan Molas, Kecamatan Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara, mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap pemerintah, setelah makam nenek moyang mereka dibongkar diam-diam, dengan alasan pembangunan jalan Boulevard II.
ADVERTISEMENT
Yang disesalkan keluarga adalah, setelah makam tersebut dibongkar, tulang belulang dari nenek moyang keluarga besar Baginda, tidak diketahui keberadaannya lagi. Keluarga beranggapan jika tulang belulang itu hanya dibuang begitu saja dan tidak lagi dikuburkan.
"Kami sebagai anak bangsa sangat mendukung semua program pemerintah. Mau digusur pun kami bersedia. Tapi, yang kami sesalkan dan kecewa, siapa yang bertanggung jawab atas perusakan makam dan juga penghilangan tulang belulang nenek moyang kami," kata Asnat Baginda, perwakilan keluarga.
Asnat menjelaskan, pihaknya kian kecewa, karena ternyata pekerjaan proyek tersebut tak kunjung berhenti, padahal telah ada kesepakatan jika sebelum ada kejelasan terkait makam nenek moyang mereka, maka pekerjaan proyek jalan itu dihentikan sementara.
Lanjut diceritakan, pihak keluarga sudah berupaya melakukan proses hukum terkait hal tersebut dengan melaporkan kasus ke Polda Sulut. Karena ada laporan, akhirnya sesuai kesepakatan bersama antara pihak Keluarga, BPJN Sulut dan PPK proyek, sebelum ada penyelesaian proses pembongkaran kubur nenek moyang mereka, proyek jangan dulu dikerjakan.
ADVERTISEMENT
"Namun kenyataannya sekarang, proyek tetap berjalan. Untuk mengelabui, mereka kerja malam. Jadi tidak guna juga kesepakatan dengan pemerintah," kata Asnat.
"Sekarang tidak ada pihak dari BPJN, pengawas maupun kontraktor yang berkomunikasi dengan kami keluarga. Terus terang kami kecewa."
Asnat kemudian mempertanyakan apakah dengan adanya proyek pemerintah, hak rakyat harus hilang. Padahal menurutnya, hal ini sangat mudah, yakni hanya mengembalikan tulang belulang nenek moyang mereka untuk dikuburkan secara baik-baik.
"Kami minta tolong kepada Presiden untuk keadilan yang seadil-adilnya. Pak Kapolri, bagaimana dengan presisi Polri tapi kemudian hak kami malah dirampas. Kami bukan teroris, kami bukan penjahat. Kami keluarga yang sangat cinta Indonesia, tapi butuh keadilan saat ini," ujarnya kembali.
febry kodongan
ADVERTISEMENT