Makna Tanah dan Air yang Dibawa Gubernur Sulut untuk Pondasi IKN

Konten Media Partner
15 Maret 2022 9:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 Gubernur Sulawesi Utara (Sulut), Olly Dondokambey, menyerahkan tanah dan air kepada Presiden Joko Widodo dalam Ritual Kendi Nusantara di titik nol IKN Nusantara.
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Sulawesi Utara (Sulut), Olly Dondokambey, menyerahkan tanah dan air kepada Presiden Joko Widodo dalam Ritual Kendi Nusantara di titik nol IKN Nusantara.
ADVERTISEMENT
MANADO - Gubernur Sulawesi Utara (Sulut), Olly Dondokambey, membawa tanah dari Cagar Budaya Watu Pinawetengan di Kabupaten Minahasa, dan air dari sumber mata air Malimbukan di Kabupaten Minahasa Utara, dalam ritual kendi nusantara yang digelar di titik nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kalimantar Timur, Senin (14/3) kemarin.
ADVERTISEMENT
Tanah dan air yang dibawa oleh Gubernur Olly ini bukanlah asal diambil saja. Ada filosofi dan makna kuat dari kedua benda yang kini telah bercampur di kendi nusantara di IKN Nusantara tersebut.
Dalam penjelasannya, Gubernur Olly mengatakan tanah yang diambil dari cagar budaya Watu Pinawetengan, merupakan awal mula peradaban suku Minahasa, yaitu suku terbesar di Provinsi Sulawesi Utara.
Watu Pinawetengan dulu digunakan oleh para leluhur sebagai tempat pertemuan dan musyawarah dalam penentuan atau pengambilan keputusan.
“Musyawarah penting pertama kali dilakukan di Watu Pinawetengan adalah pembicaraan mengenai pembagian wilayah yang menghasilkan sembilan Sub Etnis Minahasa, di mana setiap sub etnis memiliki bahasa dan wilayah masing-masing. Pembagian ini digoreskan pada batu yang disebut Watu Pinawetengan,” ujar Olly, sebelum menuju ke IKN.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, menurut Olly, walaupun telah dibagi menjadi sembilan sub etnis, tetapi semuanya diikat dalam satu kearifan lokal yang disebut Minaesa, atau berarti menjadi satu.
"Ini juga yang melatarbelakangi penyebutan Kabupaten Minahasa yang merupakan kabupaten tertua di Provinsi Sulawesi Utara,” ujarnya menjelaskan.
Sementara, air yang diambil dari sumber mata air Malimbukan Desa Kolongan, Kecamatan Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara, juga bukan sembarangan. Mata air ini berada di kaki gunung klabat, yang merupakan gunung tertinggi di Sulut dengan ketinggian 1.995 mdpl.
Sumber mata air juga memberikan manfaat besar bagi masyarakat, baik sebagai sumber air bersih dan untuk mengaliri lahan pertanian masyarakat maupun untuk budidaya perikanan. Hal spesial lainnya adalah sumber mata air ini terasa hangat pada saat bulan Purnama.
ADVERTISEMENT
"Ini diyakini akan memberi kehangatan bagi masyarakat yang menggunakannya pada malam hari,” kata Olly kembali.
manadobacirita