Pemakaman Normal Untuk Pasien yang Sudah Negatif COVID-19 di Manado

Konten Media Partner
27 Maret 2020 22:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Juru bicara Satgas COVID-19 Sulawesi Utara (Sulut), dr Steaven Dandel
zoom-in-whitePerbesar
Juru bicara Satgas COVID-19 Sulawesi Utara (Sulut), dr Steaven Dandel
ADVERTISEMENT
Juru bicara Satgas COVID-19 Sulawesi Utara (Sulut), dr Steaven Dandel, menekankan jika pasien pertama di Sulut yang terpapar virus corona atau pasien kasus ke-58 di Indonesia, sudah dinyatakan negatif atau tak lagi mengidap penyakit COVID-19, sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium.
ADVERTISEMENT
Hal ini menurut Dandel, membuat pemakaman pasien tersebut tidak akan diberlakukan standar penanganan seperti pasien-pasien yang masih terpapar virus corona, seperti dibungkus plastik dan dikuburkan oleh orang yang menggunakan APD, tanpa bisa dihadiri oleh orang banyak.
Kepastian ini juga telah dikonsultasikan pihaknya kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dimana Dandel bilang, jawaban yang diterima adalah pasien tak perlu menggunakan prosedur standar penanganan, karena sudah terbukti tidak dalam fase masih ada infeksi.
"Sudah konsultasikan ke Kemenkes apakah diberlakukan standar (penanganan), tidak perlu karena sudah terbukti yang bersangkutan tidak dalam fase masih ada infeksi," tutur Dandel, Jumat (27/3) dalam jumpa pers.
Dandel juga ingin menekankan kepada masyarakat di sekitar lokasi pasien nanti, untuk tidak perlu khawatir, karena yang bersangkutan sudah terbukti secara laboratorium, dimana dua kali pemeriksaan tidak lagi ditemukan di dalam tubuh (ada virus corona)," kata Dandel.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, untuk prosedur di lokasi rumah duka, Dandel menyebutkan akan ada Pemerintah Kota yang menyampaikan secara detail tata laksana sesuai dengan hasil yag ada.
"Sekali lagi, tidak perlu khawatir karena secara scientific, tidak lagi ada virus dari yang bersangkutan. Diambil sampel dari hidung dan tenggorokan yang menunjukan tidak ada lagi virus," kata Dandel kembali.
febry kodongan